Ceramah Master Cheng Yen: Menyucikan Hati Manusia dan Menyelaraskan Kondisi Alam


“Pada tahun 2001, saya adalah seorang kamerawan. Kami pergi ke Jalan Datong di Xizhi. Pada malam hari pukul 8 lewat, genangan banjir telah mencapai betis. Bersama anggota pemadam kebakaran yang menarik perahu karet, kami semua berjalan maju. Saya ingat bahwa saat itu level air meningkat dengan cepat. Setelah kami tiba di rumah yang kami tuju, genangan banjir telah mencapai pinggang. Saat itu, kami berpikir untuk pergi ke gedung sekitar guna melihat kondisi di sana dan mengambil lebih banyak gambar,”
kata Ou Hong-yu Wakil direktur kantor penggalangan dana badan misi budaya humanis Tzu Chi.

“Di dalam mobil, kami mendengar siaran radio bahwa banjir telah terjadi di mana-mana. Namun, kami ingin segera mengantarkan kaset kami ke stasiun televisi agar dapat segera disiarkan. Karena itu, keesokannya, pagi-pagi sekali, saat melihat mobil pemadam kebakaran, sebuah mobil jip yang lebih tinggi, saya langsung menghentikannya dan meminta tumpangan untuk mengantarkan kaset,” pungkas Ou Hong-yu.

Sungguh, kita harus mengenang masa lalu. Terjangan Topan Nari sungguh merupakan ujian yang sangat besar dan berat bagi kita. Saat itu, kita berada di Nangang dan meminjam tempat dari CTV. Saat itu, demi menyebarkan semangat Tzu Chi, kita memiliki ikrar yang teguh untuk mendirikan stasiun televisi. Meski meminjam tempat dari stasiun televisi lain, kita telah meneguhkan tekad untuk memiliki stasiun televisi sendiri. Kita merasa bahwa menyiarkan berita sangatlah penting.


“Pada hari Topan Nari menerjang, sekitar pukul 4 dini hari, ayah dan adik perempuan saya berkendara untuk mengantar saya. Namun, kami tidak bisa melewati Jalan Nangang 3 karena jalan itu telah tergenang banjir. Saya lalu memasukkan jas, kemeja, dan celana saya ke dalam tas dan berjalan memasuki Da Ai TV,”
kata Ni Ming-jun, wakil direktur kantor penggalangan dana.

“Saat itu, yang ada dalam benak saya hanyalah kembali ke Da Ai TV. Namun, kembali ke sana pun percuma karena suplai listrik terputus dan kita tidak dapat menyiarkan program ataupun berita apa pun. Karena itu, Kakak Yao berharap saya dapat pergi ke Linkou untuk menyiarkan berita. Di bawah bantuan tim SAR, saya pergi dengan naik perahu,” lanjut Ni Ming-jun.

“Saya dan kolega saya, Huang Ning-hao, pergi dengan membawa banyak peralatan, bagai memindahkan departemen berita yang kecil dari Da Ai TV. Master berkata bahwa siaran Da Ai TV tidak boleh terputus karena jika siaran Da Ai TV terputus, mungkin jiwa kebijaksanaan seseorang dan silsilah Dharma di suatu tempat akan terputus. Jadi, siaran Da Ai TV sangatlah penting,” pungkas Ni Ming-jun.

“Inilah ruang kendali sementara yang saat itu digunakan untuk menyiarkan berita setiap hari. Perlengkapan standar di kaki setiap orang ialah sepasang selop. Kertas yang buram ini berisi jadwal tayang berita malam hari. Ruang kendali sementara dan studio berita hanya dibatasi oleh sebuah pintu. Kita menyisakan sebuah celah agar dapat mendengar penyiaran berita telah sampai di bagian mana. Siapakah orang yang mengenakan sepatu bot ini? Kakak A-ying dan Kakak Yi-long. Mereka masih sangat muda, bukan?” kata He Ren Jia-zhen, Wakil direktur pusat penyiaran berita.

“Begitu perekaman selesai, mereka segera membawa kasetnya kembali. Kita bisa melihat studio sederhana yang diceritakan oleh Ming-jun. Selain pencahayaan yang kurang memadai, juga tidak ada telepromter. Namun, kita telah membuktikan bahwa kita menyiarkan berita dengan kemampuan kita,” pungkas He Ren Jia-zhen.


Saat itu, para staf kita masih muda dan penuh tekad. Mereka memiliki hati yang murni dan teguh. Meski banjir sangat tinggi, mereka tetap melangkah maju dengan berani. Semua orang berusaha untuk menyelamatkan kaset video. Itu sungguh tidak mudah. Bukan hanya para staf kita yang melakukannya. Di Guandu, setiap orang memegang kuas untuk membersihkan kaset dengan pelan dan mengangin-anginkannya hingga kering. Dengan kecermatan dan cinta kasih, mereka berusaha untuk menyelamatkan jiwa kebijaksanaan. Kaset-kaset itu adalah jiwa kebijaksanaan. Mereka telah menyelamatkan kaset-kaset yang dapat meneruskan jiwa kebijaksanaan. Tanpa para insan Tzu Chi, semua ini tidak mungkin terwujud.

“Saat sedus demi sedus kaset tiba di Guandu, kami melihat bahwa setiap kaset penuh lumpur. Bayangkanlah betapa sulit untuk membongkar dan memulihkan semua kaset. Kami bersyukur atas pendampingan para relawan senior, seperti Kakak Jing Yang dan Kakak Gao. Kami semula tidak mengerti, tetapi ada staf Da Ai TV yang mengajari kami secara langsung bagaimana membersihkan kaset-kaset itu. Kaset-kaset itu adalah harta kita yang sangat berharga,” kata Song Huang Yang Tim budaya humanis kantor administrasi.

Demi menyelamatkan kitab sejarah Tzu Chi, para insan Tzu Chi yang hanya manusia biasa telah mengembangkan potensi yang luar biasa. Semangat kita semua sangat murni. Dengan semangat yang sangat murni inilah kita bersumbangsih. Jiwa kebijaksanaan patut untuk diselamatkan agar dapat diwariskan kepada generasi mendatang. Saat itu, kita semua pernah bersumbangsih dan menyaksikan apa yang terjadi. Jadi, kita memiliki tanggung jawab untuk melestarikan sejarah kita.

Saat bencana terjadi, niat untuk melindungi jiwa kebijaksanaan dan cinta kasih ialah yang tertulus. Mendengar laporan para staf kita, saya sangat bersyukur. Sungguh, rasa syukur ini terukir secara mendalam dalam benak saya. Saya sungguh sangat bersyukur.

Kini, saat mengenang masa lalu, kita akan sadar bahwa setiap orang adalah Bodhisatwa. Tzu Chi berawal dari praktik celengan bambu dan kini, Tzu Chi telah menjangkau dunia internasional. Saya sungguh merasa bahwa Tzu Chi telah berjuang bagi ajaran Buddha. Kini, Tzu Chi dapat turut hadir dalam konferensi PBB dan berbagi tentang hal-hal yang dilakukan oleh Tzu Chi. Saat hadir, insan Tzu Chi selalu menyosialisasikan vegetarisme.


Dalam konferensi PBB yang dihadiri oleh banyak orang, kita mendirikan stan untuk menyosialisasikan vegetarisme. Saya sungguh sangat bersyukur atas hal ini. Tentu saja, sebelumnya, Tzu Chi telah menjalankan misi amal, kesehatan, pendidikan, dan budaya humanis di seluruh dunia. Sesungguhnya, bagaimana cara menyucikan dunia ini?

Saat ini, pencemaran terjadi di mana-mana. Langit, bumi, dan hati manusia, semuanya tercemar. Selama puluhan tahun ini, saya selalu berkata bahwa kita harus berusaha untuk menyucikan hati manusia dan mewujudkan masyarakat yang harmonis. Inilah yang selalu saya katakan dalam Pemberkahan Akhir Tahun setiap tahunnya. Namun, belakangan ini, saya merasa bahwa kita harus menyosialisasikan vegetarisme.

Menerapkan pola makan vegetaris dapat mengurangi polusi udara, menjaga kebersihan bumi, dan mentransformasi hati manusia. Untuk mentransformasi kejahatan menjadi kebaikan, kita harus menyosialisasikan vegetarisme. Saya sering mengulas tentang tiga energi, yakni energi langit, bumi, dan manusia. Energi manusia mencakup temperamen. Orang yang bertemperamen buruk mungkin berpikir, "Saya tidak jahat. Hanya saja, temperamen saya kurang baik."

Orang yang bertemperamen buruk akan mudah terlibat konflik dengan orang lain. Konflik akan memicu pertengkaran dan menimbulkan rasa dendam. Jadi, ini bukan sekadar temperamen buruk saja. Ini bukan hanya berdampak bagi satu individu, melainkan orang banyak. Ini berkaitan dengan masyarakat. Jadi, masyarakat berkaitan erat dengan setiap individu. Karena itulah, kita perlu menyucikan hati manusia agar dapat mewujudkan masyarakat yang harmonis. Ini sangatlah penting.

Menjadi saksi dan melindungi sejarah
Meneruskan jiwa kebijaksanaan dan mewariskan Dharma hingga selamanya
Menaklukkan tabiat buruk dan tulus bervegetaris
Menyucikan hati manusia dan menyelaraskan kondisi alam

Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 23 Januari 2025
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Graciela
Ditayangkan Tanggal 25 Januari 2025
Saat membantu orang lain, yang paling banyak memperoleh keuntungan abadi adalah diri kita sendiri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -