Ceramah Master Cheng Yen: Menyucikan Hati Manusia dengan Berbagi Ajaran Benar
“Saat melihat kondisi di sini, saya sangat sedih. Namun, saya juga sangat gembira karena ada Yayasan Tzu Chi yang membantu mereka hidup normal. Saya merasa bahwa kalian telah melakukannya dengan baik,” ujar Nikolina Rakic, reporter RTS.
“Bagi Serbia, Tzu Chi bukanlah tamu ataupun rekan. Tzu Chi merupakan bagian dari upaya kami. Tzu Chi merupakan bagian dari keluarga kami,” kata Cucic, Ketua Dewan Pengungsi Serbia.
Di Serbia, insan Tzu Chi menyalurkan bantuan hingga sekarang. Saya sungguh sangat bersyukur kepada insan Tzu Chi dari berbagai negara yang membangun tekad dan terus bersumbangsih di sana tanpa henti. Tahun lalu, relawan kita mengajak sekelompok relawan muda dari Bosnia ke Taiwan dengan harapan mereka dapat menggantikan insan Tzu Chi menolong para pengungsi di Serbia. Sebelumnya, para relawan dari Bosnia ini bisa menjalin jodoh dengan kita karena Bosnia dilanda banjir besar. Saat itu, sumbangsih insan Tzu Chi Eropa yang penuh cinta kasih telah menginspirasi mereka.
Bosnia merupakan negara tetangga Serbia. Jadi, lebih mudah bagi relawan Bosnia untuk menjangkau Serbia. Para relawan muda ini bersedia bersumbangsih. Selain itu, kita juga membutuhkan bantuan mereka. Jadi, dengan konsep program bantuan lewat pemberian upah, kita memberi sedikit upah pada mereka untuk memperhatikan para pengungsi di sana.
Kita menyediakan makanan dua kali dalam sehari bagi para pengungsi di Serbia. Mereka telah mengungsi bertahun-tahun dan anak-anak perlahan-lahan tumbuh besar. Para orang tua tidak bisa bekerja sehingga hidup dalam kondisi sulit. Kali ini, insan Tzu Chi dari beberapa negara yang penuh cinta kasih kembali menuju Serbia dengan membawa barang bantuan bagi anak-anak.
Seiring pertumbuhan mereka, mereka membutuhkan pendidikan. Entah kapan anak-anak ini bisa kembali ke kampung halaman mereka. Anak-anak yang tiba di Serbia saat berusia dua atau tiga tahun, kini telah berusia lima atau enam tahun, bahkan ada yang usianya lebih tua dari itu. Karena itu, pemerintah setempat merencanakan pendidikan bagi mereka. Karena itulah, kali ini, insan Tzu Chi mengantarkan tas, alat tulis, dan sebagainya ke sana.
Relawan Pfaff sungguh merupakan murid saya yang baik. Dia adalah orang Jerman dan sudah bertahun-tahun bergabung dengan Tzu Chi. Dia kembali ke Taiwan setiap tahun dan sangat berjodoh dengan saya. Dia sangat mendukung istrinya menjalankan Tzu Chi dan kembali ke Taiwan bersama istrinya.
Dia sangat memahami dan mengasihi saya, tidak kalah dari istrinya. Namun, berhubung mengidap kanker, dia tidak bisa berjalan dengan leluasa. Saya sering mengingatkannya untuk menjalani pengobatan dan beristirahat, tetapi dia enggan melakukannya. Dia tekun menjalani pengobatan, tetapi enggan beristirahat. Dia berkata, “Kesehatan Master juga tidak baik, tetapi masih berusaha menjalankan Tzu Chi.”
“Bagaimana mungkin saya berdiam di rumah dan berkeluh kesah karena penyakit?” tambahnya.
Kali ini, dia tetap bersiteguh untuk pergi ke Serbia. Dia tidak pernah menyia-nyiakan kesempatan untuk pergi ke Serbia. Perjalanan dari Jerman ke Serbia sangat jauh dan lama, tetapi dia tetap menyetir sendiri. Dia tetap bersumbangsih tanpa menyia-nyiakan waktu. Dia mendedikasikan hidupnya untuk mengemban misi Tzu Chi. Hatinya sangat dekat dengan hati saya. Berhubung dia adalah orang Jerman, saya tidak bisa berkomunikasi dengannya secara langsung. Namun, dengan adanya penerjemahan, dia bisa langsung memahami apa yang ingin saya lakukan. Karena itulah, hatinya bisa menyatu dengan hati saya.
Kali ini, meski baru menjalani kemoterapi, dia tetap bersiteguh pergi ke Serbia untuk membagikan tas dan alat tulis kepada anak-anak. Bayangkanlah, meski berbeda suku bangsa, berada jauh dari Taiwan, dan menderita penyakit, tetapi hatinya bisa menyatu dengan hati saya. Hidup memang tidak kekal, tetapi berkat adanya jalinan jodoh, hati kita bisa menyatu.
Saya sangat bersyukur. Kemarin, saat relawan dari Dajia dan wilayah lainnya akan pulang, saya pergi ke lorong dan menemui mereka sebentar. Mereka datang dari jauh untuk mengikuti pelatihan selama seminggu lebih dan membantu membersihkan selokan. Kolam penyimpanan air yang berisi persediaan air bagi Griya Jing Si juga perlu dibersihkan sesekali.
Kali ini, berhubung lumpur kembali menumpuk di selokan di belakang Griya Jing Si, para relawan kita menghabiskan dua hari untuk membersihkannya. Meski lumpur itu beraroma tidak sedap, tetapi mereka berkata pada saya bahwa mereka melakukannya dengan gembira. Kemarin saya berkata pada mereka, “Setiap kali kembali untuk melatih diri, kalian akan berbagi pengalaman dengan saya setelah itu. Pengalaman kalian bagaikan Dharma.”
Jika menendang sebuah batu, mereka juga bisa berbagi Dharma dari pengalaman tersebut. Mereka akan mengingat apa yang pernah saya katakan. Jika kita tidak sengaja menendang sebuah batu, kita bisa mempelajari sesuatu darinya meski kaki kita terasa sakit. Ini juga merupakan Dharma. Selain itu, relawan kita juga membuat kerajinan tangan yang membuat saya dipenuhi sukacita.
Sekelompok relawan lansia membuat topi dan pembatas buku dari rumput. Mereka sering membawa banyak hasil kerajinan tangan untuk saya atau tamu dari luar negeri. Berhubung tidak punya apa-apa, saya bisa menghadiahkan hasil kerajinan tangan ini pada orang-orang dan memberi tahu mereka bahwa ini terbuat dari rumput di kampung halaman saya dan dibuat oleh sekelompok Bodhisattva lansia yang sangat terampil dalam membuat kerajinan tangan.
Yang dilakukan para relawan lansia kita juga termasuk mempraktikkan Dharma. Kemarin, seorang relawan memperkenalkan relawan yang membuat topi pada saya. Dia juga membuat sandal dari rumput dan menghadiahkannya pada saya. Ini dilakukannya dengan kekuatan cinta kasih serta segenap hati dan tenaga.
Saya lalu memegang tangan relawan lansia itu dan berkata, “Oh, kedua tanganmu menjadi kasar karena membuat topi dari rumput.”
“Tanganmu sangat terampil.”
“Kamu bisa membuat berbagai barang dengan tanganmu.”
Dharma terdapat dalam diri setiap orang. Bagi orang-orang, rumput-rumput itu mungkin tidak berguna. Namun, mereka bisa menggunakannya untuk membuat tikar. Bodhisattva sekalian, Dharma terdapat dalam diri setiap orang. Dharma bukan hanya apa yang saya babarkan, tetapi juga apa yang orang-orang lakukan. Sudahkah kita mempraktikkan Dharma?
Setelah memahami prinsip kebenaran, kita hendaknya berbagi dengan orang-orang. Inilah yang disebut mewariskan Dharma. Kita harus mewariskan dan membabarkan Dharma di dunia ini untuk menyucikan hati manusia. Dengan demikian, barulah hati kita bisa menyatu dan kita bisa mengetahui arah tujuan yang benar.
Melindungi semua makhluk dengan cinta kasih
Melakukan kunjungan lintas negara untuk memberikan bantuan pendidikan
Bersiteguh menyelamatkan semua makhluk meski diri sendiri menderita penyakit
Melatih diri di Griya Jing Si dan mempraktikkan Dharma
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 11 September 2018
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Li Lie, Marlina
Ditayangkan tanggal 13 September 2018
Editor: Stefanny Doddy