Ceramah Master Cheng Yen: Menyucikan Hati Manusia untuk Menciptakan Keharmonisan

“Saya sungguh berharap kepergian putri saya dapat meninggalkan makna bagi masyarakat dan membawa perkembangan yang dapat mengembalikan cinta kasih dan kepedulian orang-orang terhadap berbagai masalah di masyarakat,” ucap seorang pengungsi.

Bayangkanlah bagaimana perasaan sang ibu. Dia telah berulang kali meminta media massa untuk berhati-hati menggunakan video ataupun foto dalam siaran berita. Dengan menahan air mata, dia menggunakan kebijaksanaannya untuk mengeluarkan seruan agar masyarakat dapat menjaga pikiran dan media massa dapat berhati-hati dalam menyiarkan berita. Kita bisa mendengar dan melihat dia berkata bahwa dia biasanya sangat tegar, tetapi saat malam tiba, dia tidak bisa tetap tegar. Dia mengucapkan kata-kata ini sambil meneteskan air mata. Bagaimana pula kondisinya pada malam yang sunyi? Bagi seorang ibu yang penuh cinta kasih, malam hari pasti terasa sulit dilewati saat putrinya yang menggemaskan sudah tidak ada di sisinya. Penderitaan akibat berpisah dengan anggota keluarga sungguh tak terkira. Karena itu, kita seharusnya sungguh-sungguh membina cinta kasih di dalam hati setiap orang.

Lihatlah, di kamp pengungsi di Serbia, insan Tzu Chi telah mencurahkan perhatian selama satu bulan penuh. Insan Tzu Chi dari Eropa akan mulai meninggalkan Serbia. Selanjutnya, mereka akan mencurahkan perhatian secara bergilir. Yang terpenting, kita sangat berharap ada relawan lokal atau relawan dari negara tetangga Serbia, seperti Bosnia, yang dapat memberikan bantuan. Selama beberapa hari ini, relawan dari Bosnia dengan sepenuh hati belajar dari insan Tzu Chi bagaimana cara berinteraksi dengan pengungsi agar orang-orang yang menderita dapat bergembira dan anak-anak dapat ceria kembali.

“Pertama kali kalian datang ke kamp pengungsi, saya mengira kalian seperti organisasi amal lainnya yang hanya datang untuk melihat-lihat. Namun, dengan penuh kehangatan, kalian terus mendampingi dan memenuhi berbagai kebutuhan kami. Dalam pengungsian kali ini, saya merasa bahwa Tzu Chi menolong kami dengan tulus. Saya sungguh berterima kasih kepada kalian,” ucap salah satu pengungsi.

Kita bisa melihat anggota Komisi Penanganan Pengungsi belajar dari insan Tzu Chi. Begitu pula dengan relawan dari Bosnia yang merupakan negara tetangga Serbia. Setelah insan Tzu Chi kembali ke negara masing-masing, merekalah yang akan mengemban tanggung jawab di Serbia. Kita berbagi dengan mereka bahwa selain memberikan makanan yang dapat mengenyangkan perut pengungsi, kita juga harus meningkatkan kualitas makanan pengungsi. Setelah tahu bahwa para pengungsi juga suka makan nasi putih dengan sayuran, kita pun memenuhi keinginan mereka.

“Kita menyajikan nasi Jing Si seperti nasi putih dengan memisahkan sayur-sayuran. Sayur-sayurannya kita seduh secara terpisah di panci lain. Kita juga membeli acar mentimun. Kita memberi setiap pengungsi acar mentimun dan sebotol yoghurt. Mereka sangat suka makan seperti ini,” ucap Yang Wen-cun, relawan Tzu Chi .

Untuk meningkatkan kualitas makanan mereka, kita harus bersumbangsih dengan segenap hati dan tenaga serta penuh rasa hormat dan cinta kasih. Terlebih lagi, kini ada ratusan pengungsi di sana. Kita berharap mereka dapat hidup bahagia dan membuka pintu hati mereka. Sungguh, dunia ini penuh dengan penderitaan. Bencana akibat ulah manusia telah menimbulkan banyak penderitaan. Karena itu, kita harus lebih bersungguh hati.

Kita bisa melihat kekuatan cinta kasih di Australia. Wali Kota Paul Pisasale sudah beberapa kali kembali ke Taiwan dan telah menyatakan berguru kepada saya. Beliau juga berikrar untuk memperhatikan orang yang menderita bersama insan Tzu Chi. Tahun lalu, Relawan Zhao-feng berkata kepada beliau bahwa ada banyak orang yang menderita, tetapi tidak ada jalan yang bisa kita tempuh untuk menolong mereka. Zhao-feng meminta bantuan kepada beliau untuk membuka jalan bagi kita. Beliau pun memperkenalkan sebuah organisasi setempat kepada Tzu Chi sehingga kita bisa membagikan barang bantuan. Saya sungguh tersentuh melihatnya.

Kita juga bisa melihat insan Tzu Chi Taiwan yang telah bersumbangsih dalam jangka panjang. Meski menderita penyakit, Relawan Chang terus bersumbangsih selama 20 tahun lebih. “Anda harus minum obat pada waktunya. Anda masih bisa menekannya (tekanan darah-red). Lihatlah ini. Anda harus menjalani fisioterapi. Lihatlah saya. Saya sudah menjalani cuci darah selama 20 tahun lebih. Sekitar 25 tahun. Kita harus mempertahankan suasana hati yang baik karena hampir setiap orang bisa terserang penyakit. Penyakit yang diderita setiap orang berbeda, tetapi kita tidak perlu takut pada penyakit,” ucap Chang Guang-hui, relawan Tzu Chi kepada seorang penerima bantuan pengobatan Tzu Chi.

Kita juga bisa melihat relawan Cai-feng. Meski sudah lanjut usia, dia tetap memperhatikan saudara se-Dharma dan lansia yang hidup sebatang kara. Cai-feng telah menyiapkan lebih dari 4.000 nasi kotak selama beberapa tahun ini. Dia juga memperhatikan seorang lansia berusia 90-an tahun dan lansia lainnya yang kehilangan penglihatan. Tidak peduli badai ataupun hujan, cinta kasihnya tidak pernah terputus. Dia menggenggam setiap menit dan detik untuk bersumbangsih dengan kekuatan cinta kasih. Inilah kehidupannya. Orang yang mendedikasikan hidupnya untuk bersumbangsih bagi orang yang menderita membuat orang-orang merasakan kehangatan. Baik para pengungsi, orang-orang yang hidup menderita, maupun lansia yang hidup sebatang kara, semuanya harus kita kasihi bagaikan keluarga dan saudara sendiri. Saat ada yang membutuhkan makanan, relawan Cai-feng selalu menolong mereka.

Singkat kata, jika kita bisa menjadi penyelamat dalam hidup orang lain, berarti kita telah mengembangkan nilai hidup kita. Intinya, hal yang perlu kita syukuri dan membuat orang tersentuh sungguh sangat banyak. Namun, penderitaan di dunia juga tak terhingga. Karena itu, kita harus menggenggam waktu untuk merekrut lebih banyak relawan di seluruh dunia sekaligus menyucikan hati manusia. Inilah arah yang harus kita tuju.

 

Menghargai jalinan jodoh dengan keluarga dengan penuh kesadaran

Menghormati, memperhatikan, dan mengasihi orang yang hidup menderita

Mengembangkan nilai hidup dan giat bersumbangsih

Memperpanjang jalinan kasih sayang tanpa takut terpaan angin dan hujan

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 30 Maret 2016
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 1 April 2016
Dengan kasih sayang kita menghibur batin manusia yang terluka, dengan kasih sayang pula kita memulihkan luka yang dialami bumi.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -