Ceramah Master Cheng Yen: Menyucikan Hati untuk Menghalau Bencana
“Kakak, maaf, saya tahu ini sangat sakit. Bertahanlah sebentar. Kami harus melakukan pemeriksaan dan pengambilan lender,” Su Wen-lin, Kepala Ruang Perawatan Intensif RS Tzu Chi Taipei.
“Saya hanya takut tidak dapat menyelamatkan pasien. Saya takut tidak bisa menarik pasien dari ambang kematian. Ada banyak orang yang mendukung saya. Saya tidak mungkin bisa berjuang sendirian. Ada dukungan dari tim medis, seperti terapis pernapasan dan perawat. Boleh dikatakan bahwa mereka menerjang bahaya bersama saya,” tambahnya.
Sungguh, menghadapi pandemi Covid-19 ini, setiap orang di badan misi kesehatan kita selalu sangat waspada. Saya merasa bahwa setiap orang hendaklah tetap bermawas diri dan berhati tulus. Yang dikhawatirkan ialah orang-orang mengira pandemi hampir berlalu. "Setelah melewati masa-masa yang menegangkan selama satu hingga dua bulan,kondisi saat ini seharusnya sudah aman." Yang paling dikhawatirkan ialah pemikiran seperti ini. Kita tetap tidak boleh lengah. Jika tidak, bisa saja muncul gelombang berikutnya. Ini sangat menakutkan.
Jadi, kita tetap harus melakukan upaya pencegahan dalam kehidupan sehari-hari. Belakangan ini, saya sering berkata bahwa tiada seorang pun yang dapat menghentikan perebakan wabah. Satu-satunya cara untuk mengakhiri pandemi ialah setiap orang harus tersadarkan. Jangan terus hidup di tengah delusi.
Saat ini, kita hendaklah tersadarkan, mendongak, dan beranjali. Sebelumnya, kita mungkin lengah, bertindak sesuka hati, dan diliputi ketamakan. Kini, setelah memetik hikmah dari pelajaran besar, kita hendaklah meningkatkan kewaspadaan dan melatih diri dengan bersungguh-sungguh dan tekun. Kita hendaklah senantiasa waspada.
Berhubung penyakit bisa masuk melalui mulut, kita harus berhati-hati terhadap apa yang dimakan. Perlu diketahui bahwa ada banyak virus dan bakteri yang berasal dari hewan. Alangkah baiknya jika kita dapat berpegang pada prinsip kebenaran dan hidup berdampingan dengan alam. Bisa menghirup udara segar dan menikmati tanaman pangan yang berlimpah, kita hendaklah berpuas diri. Dengan berpuas diri, berarti kita menyadari berkah.
Dengan menyadari berkah, kita tidak akan boros. Akan tetapi, banyak orang yang tidak menyadari berkah. Pengaruh kondisi luar membuat kondisi batin mereka kacau sehingga terbelenggu oleh nafsu keinginan. Mereka terus membeli pakaian, padahal belum tentu mengenakannya.
Saat melihat pakaian yang disukai di jalan, mereka menghabiskan banyak uang untuk membeli dan membawanya pulang, lalu menggantungkannya di lemari pakaian. Setiap hari, saat membuka lemari pakaian, mereka bingung harus mengenakan yang mana karena saking banyaknya pakaian yang ada. Dalam jangka panjang, mereka terus membeli pakaian. Ada banyak orang seperti ini.
Selang beberapa waktu, saat merapikan lemari, sebagian pakaian baru yang belum pernah dipakai pun dikeluarkan dari lemari dan dimasukkan ke dalam kantong sampah untuk dibuang. Sebelumnya, masih ada banyak orang yang mengumpulkan dan membeli pakaian bekas. Namun, kini hanya segelintir orang yang mengumpulkan dan membelinya sehingga pakaian bekas menggunung. Saya berharap dunia ini tidak dipenuhi pakaian dan barang lainnya hingga kita tidak punya ruang untuk berjalan.
Adakalanya, saya melihat para relawan kita mencurahkan perhatian pada keluarga yang rumahnya penuh dengan barang-barang hingga tidak ada ruang untuk berjalan. Relawan kita pun bergerak untuk membersihkan dan mengeluarkan barang-barang yang tidak terpakai. Saya sering melihat lingkungan tempat tinggal seperti ini.
Singkat kata, kita harus berpola hidup sederhana. Minumlah lebih banyak air putih dan makanlah sayuran, buah-buahan, dan nasi. Ini sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan kita setiap hari. Dengan mengonsumsi makanan yang lezat ini, kita akan kenyang dan sehat. Jangan pula kita menimbun barang di rumah. Janganlah kita mengumpulkan atau membeli banyak barang yang tidak perlu.
Baik membeli banyak barang, tetapi tidak menggunakannya maupun mengumpulkan barang-barang kotor yang dibuang oleh orang lain hingga memenuhi rumah sendiri, semua itu karena adanya ketamakan. Apakah menimbun barang perlu mengeluarkan uang? Tidak peduli mengeluarkan banyak uang ataupun tidak mengeluarkan uang sepeser pun, ini tetaplah dilandasi ketamakan jika kita membeli atau mengumpulkan barang tanpa memikirkan apakah kita membutuhkannya atau apakah ada ruang untuk menyimpannya. Intinya, ini karena adanya delusi. Saya bisa mengulas banyak prinsip kebenaran di baliknya.
Secara sederhana, kita harus waspada agar tidak membangkitkan nafsu keinginan yang tidak seharusnya. Jangan tamak akan apa pun, baik yang berharga maupun tidak berharga. Makanlah makanan vegetaris yang bersih dan cukup untuk kebutuhan gizi tubuh kita. Kita hendaknya tidak mengonsumsi daging agar tidak tertular penyakit. Ini sangatlah sederhana.
Saat jatuh sakit, penderitaan yang dirasakan sungguh tak terkira. Jadi, kita hendaklah berpola hidup sederhana dan berpegang pada prinsip kebenaran. Dengan demikian, kita bisa memiliki kehidupan yang sehat.
Jangan lengah dan tetap menjalankan protokol kesehatan dengan ketat
Berpola hidup sederhana dan bertobat atas masa lalu
Berpuas diri, bersyukur, dan melenyapkan ketamakan
Menyucikan hati untuk menghalau bencana
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 7 Juli 2021
Sumber: Lentera Kehidupan- DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlena
Ditayangkan tanggal 9 Juli 2021