Ceramah Master Cheng Yen: Menyucikan Noda Batin dengan Tekad yang Teguh


“Saya sangat bersyukur memiliki kesempatan untuk mementaskan adaptasi Sutra bersama relawan dari tanah kelahiran Buddha. Dalam upacara pemandian rupang Buddha, ada lebih dari 600 orang yang mempersembahkan pementasan adaptasi Sutra. Semuanya telah melakukan persiapan sejak satu bulan sebelumnya,”
kata Zhong Li-juan relawan Tzu Chi Singapura.

“Lebih dari 20 orang melakukan pembersihan. Setelah pembersihan pertama dengan air, masih terasa sangat berdebu. Pada akhirnya, kami perlu menggunakan banyak cairan pembersih untuk benar-benar membersihkannya. Para wanita yang membersihkan kursi perlu membersihkannya setidaknya 3 kali untuk menghilangkan debu. Kemudian, saat hujan turun, mereka meletakkan kursi di luar agar terkena air hujan sebelum dilap kembali. Saat penataan, kami awalnya memiliki 32 rupang Buddha. Namun, setelah itu kami berpikir bahwa tempat yang begitu luas itu hendaknya dibuat lebih megah dan agung,” kata Wu Su-hui relawan Tzu Chi Singapura.

“Kebetulan, Aula Jing Si Muar, Johor Bahru, Malaysia baru saja dibuka. Relawan di Penang bertanya apakah mereka bisa mengirimkan rupang Buddha ke Muar dengan bus agar relawan dari Singapura dapat menjemputnya di Muar. Ketua kami, Bapak Low Swee Seh, mengemudi ke sana untuk membawa 6 rupang Buddha dari Muar ke Singapura. Lalu, 13 relawan dari Singapura membantu membawanya ke Lumbini. Jadi, kami berhasil mengumpulkan 88 rupang Buddha di Lumbini,” pungkas Wu Su-hui.

Mendengar laporan yang kalian bagikan, kalian sungguh telah menyelesaikan sebuah misi yang hampir tidak mungkin dapat diselesaikan. Namun, kalian telah menyelesaikannya dengan sangat benar dan indah. Ini sangat tidak mudah. Terlebih lagi, saya melihat bahwa kalian telah menunjukkan keindahan yang murni tanpa adanya konflik. Saya yakin bahwa tidak ada konflik di antara kalian. Semuanya senantiasa mengingat saya dalam hati, seolah-olah saya selalu memperhatikan kalian.

Saya benar-benar merasa sepanjang hidup ini sangat bernilai karena ada kalian yang sangat patuh. Saat insan Tzu Chi dari luar negeri datang, saya selalu berkata bahwa saya merasa sangat puas. Saya hanya memiliki satu harapan, yaitu membawa manfaat bagi tanah kelahiran Buddha. Kalian telah pergi ke sana dengan membawa jalinan kasih sayang tak berujung. Saya sangat terharu dengan setiap kisah kalian. Saya merasa bahwa harapan saya dapat terwujud. Terima kasih.


Saat tiba di Lumbini, cuaca terasa sangat panas. Suhu udara di sana mungkin mencapai 40 atau 41 derajat Celsius. Selain panas, di sana juga sangat kering sehingga banyak debu di tanah. Tubuh kami membutuhkan waktu untuk beradaptasi dengan lingkungan tersebut. Tantangan kedua adalah kendala bahasa. Semua informasi yang diterima oleh relawan Lumbini membutuhkan penerjemahan kami,” kata Zhong Li-juan relawan Tzu Chi Singapura.

“Saat menerjemahkan, kami harus memastikan bahwa arah kami tidak menyimpang dan kami tidak menyampaikan informasi yang salah. Jadi, kami harus selalu mengingatkan diri bahwa apa yang kami terjemahkan dan jelaskan harus sesuai dengan ajaran yang benar dan tidak menyimpang sedikit pun. Terlebih lagi, penjelasan yang kami sampaikan harus sederhana dan jelas agar mereka dapat memahaminya,” pungkas Zhong Li-juan.

Saya berharap dengan jalinan jodoh yang sudah matang ini, kalian dapat sungguh-sungguh mencurahkan perhatian di Nepal karena di sanalah Buddha meninggalkan jejak-Nya dan kita harus mengikuti jejak-Nya. Meski tidak dapat mengikuti setiap jejak Buddha, saya selalu merasa familier dengan pemikiran-Nya. Oleh karena itu, saya berharap kita dapat berjalan menuju arah yang familier bagi kita ini.

Waktu tidak akan menunggu kita. Jadi, saya ingin kita semua menggenggam setiap menit dan detik untuk mewujudkan misi Tzu Chi. Kalian telah berhasil dalam keluarga dan karier. Saat ini, hendaknya kalian sungguh-sungguh dalam menjalankan misi dan melatih diri. Sebagai umat perumah tangga, kebijaksanaan kalian terus bertumbuh.


Saya ingin mengingatkan kalian bahwa kalian sangat dipenuhi berkah. Namun, kita harus terus menumbuhkan berkah ini dengan menapaki Jalan Bodhisatwa dari kehidupan ke kehidupan dan menjalin jodoh baik. Makin banyak jalinan jodoh baik, makin bertambah pula berkah yang kita miliki. Oleh karena itu, saya sering berkata bahwa saya sangat dipenuhi berkah. Namun, apakah itu sudah cukup? Belum, karena masih ada banyak orang yang belum saya temui.

Namun, kehidupan manusia tak luput dari hukum alam. Dengan memahami hukum alam serta tidak melekat pada untung dan rugi, kita secara alami akan mengenal rasa puas dan menggenggam waktu yang ada. Ini disebut dengan damai dan tenang.

Saya telah mendirikan ladang pelatihan dan mengajarkan semua untuk tekun menjalankan silsilah Dharma Jing Si dan mempraktikkan mazhab Tzu Chi di dunia. Jadi, hendaknya kita tekun menggarap ladang pelatihan kita, bukan hanya sekadar berusaha untuk pelatihan diri sendiri. Kita harus memperluas ladang pelatihan kita ini. Dengan demikian, insan Tzu Chi di seluruh dunia dapat kembali ke kampung halaman batin.

Rumah ini harus dipenuhi dengan santapan spiritual. Meski para bhiksuni di Griya Jing Si terlihat sangat biasa, sebenarnya mereka sangat luar biasa. Kehidupan sederhana mereka membuat saya sangat tenang dan dapat mendelegasikan sebagian tugas saya. Setiap pagi, mereka mewakili saya untuk memimpin pertemuan pagi relawan. Mendengar mereka berbicara membuat saya merasa sukacita karena mereka menggunakan ajaran duniawi yang tidak terpisah dari ajaran Buddha. Saya ingin memberi tahu kalian bahwa begitulah membabarkan Dharma.


Di luar alam manusia, tidak ada Dharma yang dapat dibabarkan. Bukankah kita membabarkan Dharma untuk didengar dan dipahami orang lain? Selain didengar dan dipahami, Dharma juga harus dipraktikkan. Kita mengamati bagaimana orang-orang mempraktikkannya. Saat ini, kalian mempraktikannya dan saya mengamati kalian. Kalian telah menjalankan praktik Bodhisatwa di dunia.

Jalinan jodoh telah matang dan kalian telah sungguh-sungguh membawa manfaat bagi tanah kelahiran Buddha. Ketika meneladan Buddha dan mempelajari Dharma, jangan hanya fokus pada pencapaian pribadi. Kalian harus mengubah kekeruhan menjadi kemurnian. Kalian pasti dapat melakukannya. Sama seperti sebuah guci berisi air kotor, jika kita terus menuangkan air bersih ke dalamnya, lama-kelamaan air itu akan menjadi bersih.

Jadi, kita hanya memerlukan waktu dan jangan terlalu terburu-buru. Kita cukup melakukannya dengan sepenuh hati dan tekad, tidak perlu terburu-buru. Lakukanlah praktik nyata hingga selamanya dengan tekad yang tak pernah goyah. Apakah kalian mengerti? Saya memiliki harapan besar terhadap kalian. Terima kasih.

Dengan sumbangsih yang tulus, kalian telah berjalan dengan langkah yang mantap di jalan kebajikan. Hendaknya kita membawa manfaat bagi tanah kelahiran Buddha dan mewujudkan tekad serta ikrar Buddha, yaitu terjun ke tengah masyarakat untuk membimbing semua makhluk agar kembali pada hakikat yang murni. 

Mencari jejak Buddha dan menyebarkan ajaran baik
Menciptakan jalinan jodoh berkah dengan kemurnian tanpa konflik
Membentangkan jalan agung secara mandiri
Menyucikan noda batin dengan tekad yang teguh

Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 12 Agustus 2024
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Graciela
Ditayangkan Tanggal 14 Agustus 2024
Cemberut dan tersenyum, keduanya adalah ekspresi. Mengapa tidak memilih tersenyum saja?
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -