Ceramah Master Cheng Yen: Menyucikan Pikiran dan Berbuat Kebajikan untuk Menciptakan Berkah


Kita semua dapat melihat bahwa bencana yang terjadi di seluruh dunia pada saat ini merupakan akibat dari akumulasi karma buruk manusia. Ini membuktikan ajaran Buddha tentang ketidakkekalan, penderitaan, dan kekosongan.

Penderitaan disebabkan oleh akumulasi pikiran buruk. Dari detik, menit, hari, bulan, hingga tahun, semuanya adalah bagian dari waktu. Dimulai dari munculnya sebersit niat buruk, pikiran buruk terus terakumulasi dan makin hari makin parah.

Banyaknya penemuan di dunia membawa dampak kerusakan yang lebih parah. Seiring berjalannya waktu, manusia menciptakan makin banyak karma buruk. Namun, jika setiap orang berbuat kebajikan tanpa mengumbar nafsu keinginan dan bertikai, dunia akan menjadi damai. Saat antarmanusia tidak bertikai dan melukai satu sama lain, inilah era yang damai dan berkah bagi umat manusia. Pikirkanlah, berapa besar nilai kehidupan kita?

Ketika masih hidup, kita bisa berbaring jika ingin tidur. Ketika hari sudah terang, kita bisa bangun dan merencanakan kegiatan hari ini. Inilah yang dimaksud dengan kehidupan yang bebas. Bisa melakukan banyak hal dengan bebas, inilah kehidupan yang paling bernilai.

Kita harus selalu mengembangkan nilai kehidupan. Melakukan hal yang benar berarti mengembangkan nilai kehidupan dan menumbuhkan jiwa kebijaksanaan. Melakukan hal yang salah berarti melukai dan menodai kehidupan diri sendiri. Usia kehidupan berkurang seiring berjalannya waktu. Tidak ada yang bisa dibawa pergi, hanya karma yang selalu menyertai.


Sebersit niat buruk yang timbul hari ini dapat membuat kita menciptakan karma buruk. Dengan terus menciptakan karma buruk, noda dan kegelapan batin kita juga terus terakumulasi. Namun, dengan waktu yang sama, baik itu satu detik, satu jam, atau satu hari, kita bisa memulai hidup baru.

Setiap hari, saat bangun tidur, kita berpikir tentang kegiatan hari ini. Bagaimana melakukan kebajikan dan membantu yang membutuhkan?

“Bacang pertama yang saya buat dalam hidup ini untuk membantu para pengungsi Ukraina. Saya sangat gugup karena sulit sekali untuk melipat daun bacang hingga terlihat indah,” kata Zhang Mei-juan relawan Tzu Chi.

“Tahun ini saya berusia 91 tahun. Kami adalah pekerja. Dengan hasil penjualan bacang vegetaris ini, kami dapat membantu para pengungsi Ukraina,” kata Zhang Wang Huan relawan daur ulang.

“Tidak ada kata-kata yang bisa menggambarkan kesedihan saya. Jika mereka adalah putra, putri, atau cucu saya, hati saya tentu akan sakit sekali. Kami bersatu hati menyelesaikan tugas ini agar bisa membantu para pengungsi Ukraina,” kata Li Shu-hui relawan Tzu Chi.

Kita bisa melihat para insan Tzu Chi membuat bacang guna menggalang dana. Orang yang menjual dan membeli bacang memiliki sebersit niat baik untuk membantu para pengungsi Ukraina.


Dalam rangka Festival Perahu Naga, para relawan bersatu hati membuat bacang. Ada yang membeli daun dan beras, ada juga yang membantu dengan tenaga. Semua orang melakukannya dengan sukacita.

Warga Tionghoa memperingati hari raya dengan sukacita. Sebenarnya, ini juga mengingatkan kita bahwa satu tahun lagi telah berlalu. Waktu dapat mendukung segala pencapaian, juga dapat menghancurkan segalanya.

Di dunia ini, ketidakkekalan pikiran menciptakan kegelapan batin. Bagaimana dengan makrokosmos? Dalam jangka waktu yang lama, manusia membagi bumi menjadi berbagai wilayah kekuasaan, mengembangkan dan merusaknya, dan lain-lain. Lama-kelamaan, bumi pun terluka parah. Ini merupakan makrokosmos. Begitu pula dengan mikrokosmos, tubuh kita ini. Contohnya, kini banyak orang yang terinfeksi Covid-19. Virus ini tidak terlihat dan tidak ada yang bisa menghentikan penyebarannya.

Dalam menghadapi pandemi ini, daripada merasa panik, lebih baik kita meningkatkan kewaspadaan. Pandemi merupakan pelajaran besar bagi kita. Pandemi ini mengajari kita untuk mengasihi diri sendiri serta menyucikan tubuh dan pikiran. Kita harus menjaga kebersihan dan melindungi diri sendiri. Kita harus berbuat baik, berpikiran baik, dan bertutur kata baik. Inilah yang harus kita lakukan.


Pada dasarnya, setiap orang memiliki sifat hakiki yang murni, yakni hakikat kebuddhaan. Dengan memiliki hakikat kebuddhaan, kita dapat berjalan di Jalan Bodhisatwa dengan cinta kasih dan welas asih agung. Ini merupakan hakikat sejati setiap orang. Namun, karena pengaruh kegelapan batin, pikiran orang-orang pun menyimpang.

Ketamakan yang tidak terkendali membuat orang-orang memperebutkan apa yang diinginkan. Awalnya hanya hal-hal kecil, lalu berkembang menjadi hal yang lebih besar. Makin besar kekuasaan seseorang, makin besar pula karma buruk yang tercipta. Inilah penyebab terjadinya bencana.

Banyak sekali sejarah penuh darah dan air mata antarnegara. Oleh karena itu, kita harus bersumbangsih dengan kesungguhan hati dan cinta kasih serta berdoa demi ketenteraman dunia. Setelah melihat penderitaan di seluruh dunia, kita harus bertekad untuk menciptakan berkah agar dunia dapat damai dan tenteram. Kita harus berdoa dengan tulus dan yang terpenting ialah bervegetaris. Dengan bervegetaris, kita baru bisa memiliki pikiran yang murni.

Penderitaan, kekosongan, dan ketidakkekalan merupakan kebenaran sejati
Melenyapkan niat jahat dan berbuat baik untuk mendapatkan kedamaian
Bervegetaris demi melindungi kehidupan dan menumbuhkan jiwa kebijaksanaan
Menyucikan pikiran untuk menciptakan berkah                
                                                                    
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 02 Juni 2022
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Devi
Ditayangkan tanggal 04 Juni 2022
Kehidupan masa lampau seseorang tidak perlu dipermasalahkan, yang terpenting adalah bagaimana ia menjalankan kehidupannya saat ini.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -