Ceramah Master Cheng Yen: Menyucikan Tubuh dan Batin serta Mengembangkan Jiwa Kebijaksanaan

Inggris di Eropa, Paraguay, Uruguay, Agentina, dan Brasil di Amerika Selatan, pada saat ini sedang mengalami banjir besar. Di beberapa daerah, warga sudah sangat panik. Sungai-sungai juga sudah hampir meluap dan membuat tanggul jebol. Semua orang khawatir akan hal ini. Menara-menara listrik pun roboh. Ribuan orang harus hidup tanpa listrik dan air bersih.

Selain itu, ratusan ribu orang harus dievakuasi. Kondisinya sangat parah dan sepertinya orang yang terkena dampak juga sangat banyak. Orang-orang yang terkena dampak bencana sebagian besar adalah mereka yang sejak awal sudah hidup berkekurangan. Rumah mereka sudah lapuk. Rumah mereka pada mulanya sudah tidak kokoh. Kini, setelah diterjang banjir, bayangkan bagaimana mereka harus bertahan hidup.

Begitu banyak bencana terjadi di berbagai tempat. Orang yang menjadi korban juga sungguh banyak. Insan Tzu Chi pun segera bergerak untuk menyalurkan bantuan darurat. Namun, insan Tzu Chi di Amerika Selatan jumlahnya tidaklah banyak. Jika relawam hanya sedikit, maka kekuatannya pun lemah. Sebaliknya, luas daerah bencana begitu besar, orang yang terkena dampak pun sangat banyak. Bagaimana kita dapat membantu mereka semua?

Empat unsur alam haruslah selaras. Untuk membuat empat unsur alam selaras sekarang bukanlah hal yang mudah. Semua orang paham ini adalah masalah global, tetapi kita tidak mencapai kata sepakat, apalagi mencapai itikad untuk bersama-sama bertindak mengurangi pemanasan global dan mengurangi bencana. Ini sungguh mengkhawatirkan. Saat ini, temperatur bumi kita sudah meningkat hampir satu derajat. Kondisi ini sudah sangat tidak normal. Apakah kita masih bisa bertahan jika kenaikannya mencapai satu setengah hingga dua derajat?

Kini setiap negara masih bersaing dalam hal pembangunan ekonomi. Siapa yang rela berkorban demi temperatur bumi? Tidak ada yang bersedia. Namun, begitu bencana alam terjadi, apa yang bisa dilakukan? Ketamakan manusia yang tiada batas kini telah membawa masalah besar bagi dunia ini dan telah mengganggu keselarasan empat unsur. Jadi, jika dilihat-lihat, banyak hal yang mengkhawatirkan.

Bagaimana pun, kita membutuhkan banyak Bodhisatwa dunia. Jika bertambah satu orang yang bertekad maka kekuatan juga akan sedikit bertambah. Jika jumlah Bodhisatwa dunia bertambah banyak maka akan mengurangi kekuatan ketamakan dan nafsu keinginan di dunia. Dengan bertambahnya kebijaksanaan, kebodohan akan berkurang. Dengan berkurangnya nafsu keinginan, sifat konsumtif pun berkurang. Dengan demikian, manusia tidak memerlukan peningkatan industri yang terus-menerus.

Bagaimana kita memberi perhatian terhadap segala sesuatu dan semua manusia di dunia, inilah yang terpenting. Kini adalah saatnya bagi kita semua untuk betekad dan bergerak menjadi Bodhisatwa dunia. Jika tidak, hal-hal yang mengkhawatirkan akan bertambah banyak. Dengan mendamaikan hati manusia, berarti kita mendamaikan bumi ini. Jadi, kita semua harus meningkatkan konsentrasi dan keteguhan pikiran kita. Kita harus memiliki keyakinan benar. Kekuatan kebijaksanaan kita juga harus ditingkatkan agar jiwa kebijaksanaan kita dapat digunakan untuk membawa ketenteraman bagi semua makhluk di dunia ini dan menyucikan hati semua manusia. Saya rasa inilah yang terpenting saat ini.

Kita juga melihat sebuah bukit buatan yang tiba-tiba mengalami longsor. Entah sudah berapa lama bukit ini terus berkembang. Akibat pembangunan dan eksploitasi alam, tanah hasil galian terus bertambah dan dibiarkan menggunung begitu saja. Kini, seiring perkembangan ekonomi daerah itu, semakin banyak pabrik berdiri di sekitar bukit itu. Namun, tiba-tiba bukit itu mengalami longsor. Ini termasuk bencana akibat ulah manusia.

Insan Tzu Chi di Shenzhen juga tidak banyak, tetapi mereka juga segera bersumbangsih dan memperhatikan anggota tim penyelamat. Terlebih lagi, cuaca di sana sedang dingin dan turun hujan rintik-rintik. Kita berusaha agar tim penyelamat dapat memperoleh nutrisi dan energi yang cukup.

Sungguh, jika ada sedikit lebih banyak relawan di sana, kekuatan kita akan lebih besar. Jika orang yang memiliki cinta kasih bertambah banyak, berarti orang yang tamak akan berkurang. Kita semua harus membangun kekayaan batin kita. Bukankah saya pernah mengatakan bahwa orang kaya hanya hanya tahu menghias rumah, sedangkan orang berbudi meningkatkan kualitas diri. Orang yang berbudi luhur tidak mengejar kekayaan materi, melainkan kekayaan batin. Lihatlah, kekuatan cinta kasih tidak membedakan yang jauh dan yang dekat. Siapa pun yang tertimpa bencana membutuhkan rangkulan dari para Bodhisatwa dunia.

Kita melihat seorang ibu yang mengalami luka-luka segera merangkul insan Tzu Chi dengan erat dan tidak melepaskannya dalam waktu cukup lama. Ini menunjukkan seberapa besar rasa takut mereka. Kondisi batin para Bodhisatwa dunia ini sangatlah indah karena mereka penuh cinta kasih sehingga rela bersumbangsih bagi orang-orang yang menderita.

Cinta kasih para relawan bagaikan aliran air Dharma yang mengalir perlahan dan meresap ke dalam batin semua orang. Kita memerlukan air Dharma untuk meresap ke dalam batin setiap orang. Singkat kata, kondisi batin yang digambarkan dalam Sutra Bunga Teratai sangatlah kaya. Untuk memahami setiap kata di dalam Sutra itu, kita harus sangat bersungguh hati. Jika kita mampu bersungguh hati untuk menyerap Dharma ke dalam hati, maka kita akan memasuki kondisi batin yang kaya itu. Kondisi batin seperti ini sungguh penuh sukacita dan kebahagiaan Dharma. Inilah kualitas luhur. Manusia yang berbudi dan berkualitas luhur akan dipenuhi kekayaan batin dan berkah.

Ketidakkekalan yang datang membawa penderitaan

Terjun bersumbangsih untuk menenteramkan hati manusia

Menyucikan tubuh dan batin serta mengembangkan jiwa kebijaksanaan

Membawa kesejukan Dharma bagi semua makhluk 

Sumber: Lentera Kehidupan  - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 30 Desember 2015

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 28 Desember 2015

Orang bijak dapat menempatkan dirinya sesuai dengan kondisi yang diperlukan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -