Ceramah Master Cheng Yen: Menyusun Kitab Sejarah Tzu Chi dengan Kisah Kehidupan Relawan
Kita sudah 30 tahun menggalakkan pelestarian lingkungan. Kemarin pada 30 tahun yang lalu, tepatnya tanggal 23 Agustus, saya memberikan ceramah di Taichung. Hari itu, dalam perjalanan, tiba-tiba bertiup angin kencang bagaikan tornado berskala kecil. Lalu, ada sampah yang terangkat dan membentur kaca depan mobil. Saya terkejut karenanya.
Saat memberikan ceramah pada malam hari, saya berbagi tentang apa yang terjadi hari itu. Hadirin terus bertepuk tangan.
Saudara sekalian, dengan kedua tangan yang bertepuk tangan ini, kalian bisa melakukan apa? Pemilahan barang daur ulang, benar tidak?
"Pada tanggal 23 Agustus 1990, saya mendengar ceramah Master. Setelah mendengarnya, keesokannya saya langsung mempraktikkannya. Ini adalah perbuatan baik tanpa modal. Sifat saya seperti orang kepo dan pendekar wanita. Begitu mendengarnya, saya sangat menyukainya. Inilah hal yang ingin saya lakukan,” kata Huang Cui-yu relawan Tzu Chi.
Saya sangat bersyukur. Ceramah yang saya berikan tahun itu sungguh telah menjalin banyak jodoh baik dan menginspirasi banyak relawan Tzu Chi.
“Yang melakukan daur ulang dari 30 tahun lalu hingga kini tanpa henti, silakan angkat tangan. Terima kasih. Selain kalian, juga ada perwakilan relawan lainnya. Silakan naik ke atas panggung,” kata pembawa acara dalam rangka 30 tahun pelestarian lingkungan Tzu Chi di Aula Jing Si Hualien.
Kemarin, saya sangat bersyukur melihat pementasan tim opera Tang Mei Yun di atas panggung. Mereka sangat bertalenta dan artistik. Selain opera Taiwan, mereka juga dapat menampilkan keindahan zaman sekarang. Sungguh, mereka menunjukkan budaya humanis. Ini sangat menyentuh.
Mereka menunjukkan keindahan Bumi, kerusakan yang ditimbulkan oleh manusia, dan perubahan Bumi yang berujung pada krisis bagi Bumi. Kemudian, semua orang bekerja keras untuk menyelamatkan Bumi. Benar.
Berhubung ada banyak orang yang bekerja keras untuk menyelamatkan Bumi, maka krisis dapat mereda secara perlahan. Pesan yang terkandung dalam pementasan itu sangatlah jelas.
Nama Dharma Mei-yun adalah Ci Hong. Saya berkata padanya, “Kamu harus membantu saya membabarkan Dharma. Saat mengadakan pementasan yang berkaitan dengan Tzu Chi, tunjukkanlah bahwa semangat Tzu Chi berasal dari Dharma.”
Di atas panggung, Xiao-mi dan Mei-yun juga berperan sebagai lansia zaman sekarang. Mereka berinteraksi dengan relawan daur ulang yang sesungguhnya di atas panggung. Cai Kuan yang berusia 102 tahun juga naik ke atas panggung dan berbagi tentang caranya melakukan daur ulang. Dia bisa membungkukkan badan seperti ini. Bisakah kita melakukannya?
Jika ingin bisa melakukannya, mulai hari ini, kita harus berlatih setiap hari dengan mengangkat tangan tinggi-tinggi, membungkukkan badan hingga bisa menyentuh lantai dengan tangan, lalu meluruskan kaki kita. Bisakah kalian melakukannya? Kalian seharusnya bisa.
Saya berkata demikian karena saya juga bisa. Saya juga berlatih setiap hari. Saya melakukan peregangan setiap hari sehingga lama-kelamaan, saya juga bisa melakukannya.
Lihatlah relawan di atas panggung ini. Dia tidak bisa berdiri dengan tegak. Dia naik ke atas panggung untuk berbagi pengalaman. Ini juga sangat menyentuh. Sesungguhnya, setiap orang memiliki naskah kehidupan yang berisi beragam kisah.
Acara kemarin sungguh membuat saya sangat tersentuh dan bersyukur. Melihat para relawan dari berbagai tahapan usia di atas panggung, saya sangat bersyukur.
Tim acara kita dan Ci Yue sangat bersungguh hati dalam merancang acara tersebut. Mereka memperhatikan ceramah saya dan bagaimana kondisi masyarakat sekarang. Mereka mengumpulkan informasi dan berbagi satu sama lain untuk menentukan kisah apa yang akan dibagikan di atas panggung. Mereka merancangnya secara perlahan sehingga bisa menyatukan semua sesi menjadi satu acara yang lengkap.
Lihatlah A-tao dan Xiu-zhu, mereka merupakan teladan relawan Tzu Chi. Mereka menampilkan kisah mereka dahulu. Ada yang putranya akan menikah dan ada yang putrinya akan menikah. Jika membeli gaun pesta, butuh biaya 40.000 dolar NT lebih. Mereka berkata, “Lebih baik kita pergi ke posko daur ulang untuk membeli gaun seharga 50 dolar NT.” Lalu, mereka pergi mencari gaun. Baik saat putra maupun putri mereka menikah, mereka selalu mengenakan gaun itu. Donatur mereka juga meminjam gaun tersebut untuk pernikahan putra atau putrinya.
Lihat, demikianlah insan Tzu Chi. Mereka berusaha untuk berhemat dan tetap bisa tampil cantik. Inilah insan Tzu Chi.
Mendengar kisah mereka, kalian mungkin merasa bahwa mereka sangat aneh. Sepatu mereka dan semua yang mereka pakai dibeli dari posko daur ulang. Mereka berdua merupakan permata. Masing-masing memiliki kisah yang menarik. Bukan hanya mereka berdua, melainkan semua relawan.
Sungguh, terdapat banyak kisah kehidupan di Tzu Chi. Saya sering berkata bahwa kita harus menulis sejarah Tzu Chi. Jika kisah kehidupan para relawan ditulis dengan baik, semua itu akan menjadi kisah yang indah. Yang ingin saya sampaikan sangatlah banyak dan tidak ada habisnya.
Setiap relawan memiliki kisah kehidupan. Relawan mana yang tidak memiliki kisah tersendiri?
Kitab sejarah Tzu Chi membutuhkan kisah dari setiap relawan. Kalian harus tahu bahwa kitab sejarah Tzu Chi membutuhkan kisah setiap orang. Jadi, kita harus bersungguh hati.
Selain memuji diri sendiri, kita juga harus memuji orang lain. Setiap orang di sekitar kita pantas dipuji.
Saya bersyukur kepada para Bodhisatwa yang meninggalkan kisah kehidupan mereka. Saya ingin mengumpulkan kisah kehidupan setiap relawan. Saya berharap dapat mengumpulkan sekelompok orang untuk menyusun kitab sejarah Tzu Chi. Ini merupakan harapan terbesar dalam kehidupan saya sekarang.
Pelestarian lingkungan Tzu
Chi telah dijalankan selama 30 tahun
Tim opera Tang Mei Yun membabarkan
Dharma lewat pementasan
Menunjukkan keluhuran dan
kebijaksanaan dengan mengasihi sumber daya alam
Menyusun kitab sejarah Tzu Chi dengan kisah
kehidupan para relawan
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 25 Agustus 2020