Ceramah Master Cheng Yen: Merangkul Penghuni Sanatorium dan Membentangkan Jalan Cinta Kasih


“Saya menderita kusta sejak berusia tiga tahun. Lesi kulit muncul di seluruh tubuh saya dan kaki saya penuh dengan borok. Hingga saya berusia 15 tahun, polisi menyuruh ayah saya untuk membawa saya ke sini. Saya tidak menyangka saya akan tinggal begitu lama di sini. Master Cheng Yen berkata bahwa perbuatan baik harus terus dilakukan dan tidak boleh ditunda. Dengan berbuat baik tanpa pamrih, kita akan dipenuhi sukacita,” kata Wang Mu-lan, penghuni sanatorium.

Mereka menunjukkan kepada kita bahwa kehidupan penuh dengan penderitaan. Mereka menderita penyakit kusta sejak kecil. Seratus tahun yang lalu, orang-orang sangat takut pada penyakit kusta. Karena itu, mereka diasingkan dan tidak ada orang yang berani mendekati mereka. Sesungguhnya, mereka juga penuh cinta kasih.

Sekitar 30 hingga 40 tahun lalu, saya sering mengunjungi Sanatorium Losheng di Xinzhuang, Taipei. Dalam kunjungan pertama ke sana, saya melihat bahwa orang-orang di sana sungguh telah dijauhi dan diasingkan oleh masyarakat. Saat berkunjung ke sana untuk menjangkau para Bodhisatwa itu, saya sungguh sangat terinspirasi oleh mereka.

Kita hendaknya mengasihi mereka dan membawa kehangatan batin bagi mereka. Saat itu, kondisi kehidupan mereka sangat susah. Saya pun segera memperbaiki tempat tinggal mereka. Makanan yang mereka konsumsi juga sangat sederhana. Karena itu, kita memberikan dana bantuan setiap bulan untuk meningkatkan kualitas makanan mereka. Sebagian penghuni sanatorium bahkan tidak bisa mengurus diri sendiri.


Saat itu, kita mengupah penghuni lain yang bersedia bekerja untuk merawat penghuni yang mengalami keterbatasan. Jadi, Sanatorium Losheng memiliki jalinan jodoh yang sangat mendalam dengan Tzu Chi. Sejak itu, saya sering berkunjung ke sana.

Awalnya, saat saya mendekati mereka, mereka sendiri merasa takut dan mundur. Saya melangkah maju dan mereka melangkah mundur. Saya lalu menggandeng tangan mereka dan berkata, “Mengapa kalian menjaga jarak dengan saya?” Mereka berkata, “Master, tidak ada orang yang berani datang ke sini. Kami sangat gembira Master datang ke sini, tetapi banyak orang yang takut pada kami.” Saya berkata, “Mengapa saya harus merasa takut? Kita sama-sama adalah manusia.” Inilah yang terjadi pada saat itu.

Saat saya berkunjung ke sana, para penghuni akan berkumpul untuk mendengarkan ceramah saya. Saat itu, saya bertekad untuk membangun rumah sakit. Penyakit merupakan penderitaan terbesar. Saat seseorang jatuh sakit, kita hendaklah menjangkau dan merawatnya dengan cinta kasih. Karena itulah, saya hendak membangun rumah sakit.

Para Bodhisatwa di Sanatorium Losheng juga membangkitkan cinta kasih. Umat Buddha di Wihara Qi Lian, Sanatorium Losheng Umat Buddha di Wihara Qi Lian, Sanatorium Losheng juga bertekad dan berikrar untuk membantu. Jadi, saat saya hendak membangun rumah sakit, mereka juga memberikan dukungan. Melihat mereka berinisiatif berhenti menerima bantuan demi menolong sesama, saya sungguh sangat tersentuh.


Seorang penghuni sanatorium, Lin Ye, juga bersedia keluar untuk menggalang teratai hati. Dia sangat berdedikasi. Meski pernah dijauhi oleh orang-orang, dia tetap bisa membusungkan dada dan melangkah keluar. Dia juga merupakan Bodhisatwa dunia yang telah membimbing orang yang tak terhingga. Di hadapan hampir seribu orang, dia juga bisa naik ke atas panggung untuk berbagi Dharma, bernyanyi, dan menggalang dana.

Di Sanatorium Losheng, terdapat banyak Bodhisatwa dunia seperti ini. Saat melihat video seperti ini, saya selalu bisa mengingat banyak hal. Setelah saya mengunjungi sanatorium serta menjangkau dan memperhatikan para penghuni dengan penuh cinta kasih, relawan kita pun terus mencurahkan perhatian pada mereka, bahkan anggota Tzu Ching dan masyarakat pun berani menjangkau mereka serta menghormati dan mengasihi mereka. Jadi, manusia dapat membabarkan Dharma.

Manusia dapat menyebarkan Dharma, membuka pintu hati orang-orang, dan membentangkan jalan dengan cinta kasih. Kita harus belajar menjalankan praktik Bodhisatwa dengan menjangkau orang yang membutuhkan. Setiap tempat memiliki kekuatan yang sangat bernilai. Setiap tempat memiliki kekuatan yang sangat bernilai.

Kita bisa melihat bahwa di Malaysia juga ada sanatorium dan pasien seperti ini. Insan Tzu Chi setempat sangat berani. Mereka memperhatikan para penderita kusta dengan penuh cinta kasih dan kehangatan. Melihat bagaimana insan Tzu Chi di Taiwan memperhatikan penderita kusta, insan Tzu Chi Malaysia juga melakukan hal yang sama. Melihat mereka bersumbangsih dengan cinta kasih, saya sungguh dipenuhi sukacita dalam Dharma.


Insan Tzu Chi Malaysia telah menyerap Dharma ke dalam hati dan mempraktikkannya secara nyata. Saat bersumbangsih, mereka selalu membawa nama saya. Saat bersumbangsih dengan cinta kasih, mereka selalu berkata bahwa mereka menuruti kata-kata saya. Saya melihat murid-murid saya melakukan apa yang saya katakan. Mereka berkata, “Apa yang Master katakan, itulah yang kami lakukan.” Demikianlah mereka meneruskan ajaran saya. Mereka menggenggam setiap detik untuk membangkitkan cinta kasih orang-orang.

Para penderita kusta mungkin tidak memiliki fisik yang sempurna, tetapi dengan kondisi batin yang indah, mereka dapat mengerahkan kekuatan cinta kasih.

Dengan berusaha semampu kita untuk menolong para korban bencana dan orang yang menderita di seluruh dunia, berarti kita menjalankan praktik Bodhisatwa. Rasa syukur saya tidak habis untuk diungkapkan. Saya mendoakan semoga semua orang dapat menapaki Jalan Bodhisatwa hingga selamanya dari kehidupan ke kehidupan.

Penderita kusta dijauhi karena kesalahpahaman
Meski fisik tidak sempurna, penderita kusta memiliki hati yang indah
Merangkul penghuni Sanatorium Losheng dan membentangkan jalan dengan cinta kasih
Insan Tzu Chi mewariskan silsilah Dharma secara estafet

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 16 Februari 2022
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Devi
Ditayangkan tanggal 18 Februari 2022
Jangan menganggap remeh diri sendiri, karena setiap orang memiliki potensi yang tidak terhingga.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -