Ceramah Master Cheng Yen: Merasakan Sukacita Dharma dan Menyatukan Tekad


Bodhisatwa sekalian, apa kabar? Sungguh, Tahun Baru hampir tiba. Saat tiba di sini, saya melihat kuplet yang penuh suasana Tahun Baru Imlek. Semua kuplet penuh dengan doa dan kata-kata baik. Jika setiap orang dapat merenungkan semua isi kuplet itu setiap hari, saya yakin bahwa mereka akan senantiasa bahagia.

Semua kuplet itu mengandung Dharma. Jika di dalam hati kita senantiasa ada Dharma, cinta kasih, dan niat baik, dunia ini akan menjadi dunia yang indah, bebas dari sikap perhitungan dan pertikaian antarmanusia. Singkat kata, Buddha datang ke dunia demi mengajari kita bahwa Buddha ada dalam hati setiap orang. Bukankah kini Dharma ada dalam hati kalian? Dharma adalah prinsip kebenaran.

Bodhisatwa sekalian, Dharma harus senantiasa ada dalam hati kita dan dipraktikkan di dunia. Buddha berkata bahwa hanya di alam manusialah kita dapat mencapai kebuddhaan. Saya berharap kalian dapat mempelajari Sutra Makna Tanpa Batas. Setiap penggal dan kalimat dalam Sutra ini mengajarkan tentang bagaimana menapaki Jalan Bodhisatwa di dunia. Berhubung dunia ini penuh dengan penderitaan, Bodhisatwa dunia dibutuhkan untuk menyelamatkan semua makhluk yang menderita. Tanpa makhluk yang menderita, tidak akan ada Bodhisatwa di dunia ini.


Saat Buddha datang ke dunia ini, para Bodhisatwa memberikan dukungan demi menolong semua makhluk yang menderita di Dunia Saha ini. Buddha Sakyamuni memiliki jalinan jodoh dengan Dunia Saha. Karena itulah, Beliau datang ke Dunia Saha untuk mencapai kebuddhaan. Saat Buddha membabarkan Dharma, para Bodhisatwa memperagung ladang pelatihan dengan datang dari sepuluh penjuru dan membawa anggota keluarga.

Selain itu, Buddha Prabhutaratna juga datang ke Puncak Burung Nasar dengan stupa permata. Setelah membuka pintu stupa permata, Buddha Prabhutaratna yang berada di dalamnya mengajak Buddha Sakyamuni untuk duduk bersama-Nya di dalam. Beliau sangat ramah. Buddha Sakyamuni juga masuk ke dalam stupa itu. Jadi, ada dua Buddha yang duduk bersama dalam stupa itu. Persamuhan Sutra Teratai sangatlah megah. "Megah" di sini berarti sangat agung dan tertib. Demikianlah persamuhan Sutra Teratai.

Bodhisatwa sekalian, kita memiliki jalinan jodoh dengan Sutra Teratai. Dalam melatih diri, saya membaca banyak Sutra. Namun, saat membaca Sutra Teratai, saya sangat sukacita. Lalu, saya membaca Sutra Makna Tanpa Batas dan sepenuh hati menyelaminya. Sutra Makna Tanpa Batas sungguh mengajarkan Dharma duniawi yang dapat diterapkan di berbagai bidang. Bagaimana bercocok tanam, bekerja, menuntut ilmu, dan berdagang, semuanya terkandung dalam Sutra ini.


Saya masih ingat dahulu, saat membabarkan Sutra Makna Tanpa Batas, saya sangat menikmatinya. Kalian masih bisa mendengar kaset ceramah saya dahulu. Saya ingin memberi tahu kalian bahwa dahulu saya menggunakan perekam sekecil ini. Dahulu, saat akan mulai memberikan ceramah, saya akan menekan tombol pada perekam itu dan kaset di dalamnya akan berputar. Terkadang, saya lupa merekamnya. Setelah berbicara cukup lama, saya baru ingat bahwa saya belum menekan tombolnya. Saya pun segera menekan tombolnya, tetapi ceramah saya di bagian depan tetap tidak terekam.

Saudara sekalian, jika kalian mendengar kaset ceramah saya dahulu dengan kesungguhan hati, kalian tetap bisa menyerap Dharma darinya dan mendapatkan bayangan tentang kondisi masyarakat pada 50-an tahun yang lalu. Saat mendengarnya kembali, kalian akan menyadari bahwa zaman itu berbeda dengan zaman sekarang.

Saya selalu memberikan ceramah sesuai perkembangan zaman. Meski sudah 50 hingga 60 tahun berlalu, prinsip kebenaran dalam Sutra Teratai tetap dibutuhkan di dunia ini. Inti sari Sutra Teratai terkandung dalam Sutra Makna Tanpa Batas. Saya berharap kalian dapat bersumbangsih dengan kesungguhan hati dan ketulusan cinta kasih.


Selama setengah abad ini, kita telah maju selangkah demi selangkah. Ini tidaklah mudah. Kini, saya sungguh berharap Tzu Chi dapat diwariskan hingga selamanya. Rasa syukur saya sulit untuk dideskripsikan dengan kata-kata. Asalkan ada jalinan jodoh, kita harus bersumbangsih. Tanpa himpunan kekuatan dari semua orang, bagaimana mungkin Tzu Chi bisa mewujudkan begitu banyak hal?

Saya bersyukur kita memiliki kesatuan tekad. Dengan cinta kasih agung, kita bersumbangsih tanpa pamrih. Namun, berhubung telah menyerap Dharma ke dalam hati, kita merasakan sukacita Dharma. Dengan mendonasikan uang sedikit demi sedikit, sesungguhnya kita tengah mengakumulasi tetes demi tetes cinta kasih. Kita membangkitkan cinta kasih dan mempertahankannya hingga selamanya. Saya mendoakan kalian dengan tulus. Terima kasih.

Kuplet Tahun Baru Imlek mengandung niat baik
Bodhisatwa berhimpun dalam persamuhan Sutra Teratai
Sutra Makna Tanpa Batas menunjukkan kebenaran
Menghimpun cinta kasih untuk bersumbangsih dengan kesatuan tekad

Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 19 Desember 2024
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Graciela
Ditayangkan Tanggal 21 Desember 2024    
Jika selalu mempunyai keinginan untuk belajar, maka setiap waktu dan tempat adalah kesempatan untuk mendapatkan pendidikan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -