Ceramah Master Cheng Yen: Merealisasikan dan Mengaktualisasikan Dharma


“Pada tahun 2020, Master bertanya, ‘Apakah kalian bisa membuat catatan tertulis dari setiap kegiatan bedah buku?’ Sejak saat itu, kami membuat catatan dan kini telah mencapai lebih dari 490 ribu huruf. Saya bersyukur kepada Master yang yakin pada kami. Master menginginkan kami membentuk tim penerjemah tulisan. Saya berpikir dalam hati tentang apa yang dapat saya lakukan agar lebih banyak orang memiliki kepercayaan diri. Saya juga ingin menyemangati semua orang agar tidak khawatir dan takut. Saya pun teringat akan slogan ini, ‘Kita tidak harus hebat untuk memulai, tetapi kita harus memulai untuk menjadi hebat’,”
kata LÏ‹ Mei-yun relawan Tzu Chi.

Tak disangka, relawan di Kamboja menerjemahkan skrip saya. Meskipun saat itu saya mengatakan kepada Ibu Mei-yun bahwa saya tidak keberatan, tetapi saya berpikir dalam hati mengapa harus repot-repot membuat catatan tertulis dari apa yang saya katakan. Namun, ketika saya melihat hasil terjemahannya, saya pun menyadari bahwa banyak insan Tzu Chi di negara lain yang mungkin tidak mengerti bahasa Inggris ataupun bahasa Mandarin,” kata Li Hui-miao relawan Tzu Chi.

“Sejak saat itulah, saya mengerti mengapa kita perlu mengabadikannya dalam bentuk tertulis. Mungkin suatu hari nanti, ketika orang-orang melihat versi terjemahan ini, mereka dapat lebih memahami Tzu Chi, ajaran Buddha, serta ajaran Master. Jadi, saya merasa semua usaha keras ini pantas untuk dilakukan,” pungkasnya.

“Pada setiap sesi kegiatan bedah buku, kami melafalkan ‘Insan Berbakat Idaman Master’. Kemudian, kami berkata kepada Master dengan manja, ‘Master, tenang saja, sayalah insan berbakat ideal dalam hati Master.’ Ketika terakhir kali kembali ke Griya Jing Si, saya mendengar Master berkata, ‘Apa yang kalian lakukan telah membuat saya tenang.’ Akhirnya, setelah bertahun-tahun saya mengatakan bahwa saya adalah insan berbakat idaman Master, Master pun mendengarnya,” kata LÏ‹ Mei-yun relawan Tzu Chi.


Benar. Saya merasa tenang dan sukacita. Yang lebih penting ialah saya merasakan sukacita dalam Dharma. Saya merasa tenang karena ada banyak insan berbakat di dunia yang bermunculan saat ini. Ini mengingatkan saya akan Bodhisatwa yang bermunculan dari dalam bumi seperti yang dideskripsikan dalam Sutra Bunga Teratai.

Relawan kita tidak hanya bermunculan di tempat yang dibutuhkan, tetapi juga bermunculan melalui jaringan internet. Semua orang di berbagai penjuru dunia dapat melihat dan mendengarnya dengan jelas. Meskipun setiap negara memiliki bahasa dan dialeknya masing-masing, tetapi semua orang dapat mengerti karena adanya penerjemah lisan. Begitu mendengarkan kata-kata, mereka pun menerjemahkannya secara lisan sehingga Dharma dapat tersebar luas. Namun, itu tidaklah cukup.

Kita perlu mengabadikannya dalam bentuk tertulis. Jika hanya diterjemahkan ke dalam satu atau dua bahasa, itu masih terbatas. Dengan adanya terjemahan tertulis dalam berbagai bahasa, akan lebih banyak orang yang meski tidak mengerti apa yang dikatakan, dapat mengerti dengan membaca Dharma versi terjemahan ini.

Di abad ke-21 ini, Dharma telah tersebar luas di dunia. Meskipun apa yang kalian terjemahkan mungkin berdasarkan ajaran saya, tetapi ajaran saya juga berdasarkan ajaran Buddha. Melalui peristiwa yang terjadi, kita dapat melihat prinsip kebenaran. Prinsip kebenaran itulah ajaran Buddha, sedangkan peristiwa itu mengacu pada hal-hal di dunia.

Ajaran Buddha harus diterapkan pada hal-hal di dunia. Dengan menyatukan hal-hal di dunia dengan ajaran Buddha, itulah yang disebut melihat prinsip kebenaran melalui hal-hal yang terjadi di dunia. Saya yakin, di negara mana pun, segala yang terjadi tak lepas dari prinsip kebenaran yang sama. Semua manusia, hal, dan segala sesuatu tak lepas dari prinsip kebenaran. Saya sungguh sangat terharu.


Relawan kita di Kaohsiung, Mei-yun, sangat memahami isi hati saya. Ketika saya meminta satu hal, beliau memberi sepuluh. Beliau bahkan menginspirasi insan Tzu Chi lainnya. Kini mungkin sudah lebih dari seribu insan Tzu Chi yang berpartisipasi dalam kegiatan bedah bukunya. Dengan menyebarkan tentang apa yang mereka dengar, orang-orang dapat mendengar, melihat, dan memahaminya. Inilah Dharma. Dengan demikian, Dharma tersebar di berbagai negara di seluruh dunia. Saya merasa saya sungguh penuh berkah.

Lebih dari 2.500 tahun yang lalu, ajaran Buddha tidak dapat tersebar lebih luas karena pada masa itu populasi manusia tidak banyak, sarana transportasi juga terbatas. Banyak faktor yang tidak memungkinkan ajaran Buddha tersebar luas. Namun, dengan adanya esensi Dharma ini, kita dapat menyatukan semangat Buddha dengan hal-hal yang ada di dunia ini.

Setelah memahami Dharma, setiap orang hendaklah mempraktikkannya lewat tindakan nyata. Kita memiliki tekad dan arah yang sama, yakni menyucikan hati setiap orang. Kita juga memiliki arah ajaran Buddha yang sama. Jadi, saya sangat berterima kasih kepada kalian semua yang hadir saat ini, yang telah bertekad dan berikrar. Untuk mewujudkannya, tentu dibutuhkan seorang pemimpin.

Saya berterima kasih kepada Mei-yun yang telah menginspirasi begitu banyak orang. Ada begitu banyak orang yang menyambutnya dengan baik, bahkan sampai ke seluruh dunia. Saya yakin langkah awal kalian ini akan makin meluas dan makin banyak orang memahami tentang semangat Bodhisatwa dunia. Para Bodhisatwa sungguh ada di dunia ini. Terpisah dari dunia ini, tidak ada Bodhisatwa. Jadi, Bodhisatwa benar-benar ada di dunia ini.


Bodhisatwa muncul karena adanya makhluk yang menderita. Ada orang yang memiliki kegelapan batin dan perlu dibimbing dengan Dharma. Contohnya, orang-orang zaman sekarang yang memiliki batin yang kering. Mereka membutuhkan air Dharma yang bagaikan embun ataupun hujan. Seperti yang dideskripsikan dalam Sutra Bunga Teratai, hujan dapat membasahi semua makhluk.

Bodhisatwa sekalian bagaikan embun dan hujan yang membasahi ladang batin yang kering sehingga dapat menyuburkan benih-benih di ladang batin setiap orang. Sesungguhnya, setiap orang memiliki benih Dharma di ladang batin mereka tanpa harus ada orang lain yang menaburnya.

Kini, kita memiliki jalinan jodoh untuk menyiramkan air Dharma. Air Dharma ini membasahi benih di ladang batin yang semula sudah ada sehingga benih-benih itu bertunas. Jadi, kita memiliki jalinan jodoh dan air Dharma yang sama, yang dapat menyuburkan tanah. Saya sungguh sangat terharu dan bersyukur.

Berkat kemajuan teknologi saat ini, kalian semua dapat menunjukkan kekuatan batin masing-masing. Itu sungguh luar biasa. Di zaman sekarang, teknologi sangat membantu kita. Jadi, mari kita menggenggam jalinan jodoh dan mengembangkan potensi kita lewat kemajuan teknologi ini.

Mari kita meneruskan jiwa kebijaksanaan dalam kehidupan kita dan mewariskan Dharma dari kehidupan ke kehidupan. Ini bergantung pada kalian semua untuk mewujudkannya.

Melihat Dharma sejati lewat hal-hal yang terjadi di dunia
Setiap manusia memiliki benih Dharma di ladang batin masing-masing
Hujan membasahi dan menyelamatkan semua makhluk
Segenap insan Tzu Chi berhimpun dan menyebarkan Dharma secara daring

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 05 Februari 2022
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Devi
Ditayangkan tanggal 07 Februari 2022
Hadiah paling berharga di dunia yang fana ini adalah memaafkan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -