Ceramah Master Cheng Yen: Meredam Bencana dengan Cinta Kasih yang Tulus
Buddha menyadarkan kita bahwa dunia tidaklah kekal, juga mengingatkan kita bahwa kebenaran yang paling lugas di dunia ialah penderitaan. Coba amati kondisi seluruh dunia. Dari sisi hukum alam saja, ketidakselarasan unsur tanah, air, api, dan angin tampak begitu jelas.
Di masa lalu, mungkin kondisi alam selalu memberi kita hari-hari yang tenteram. Seiring terbit dan terbenamnya matahari, kita dapat merasakan datangnya musim semi, musim panas, musim gugur, dan musim dingin. Cuaca di tiap musim terasa sangat jelas. Semua berjalan sebagaimana mestinya. Namun, bagaimana dengan sekarang?
Selain siklus empat musim sudah kacau, di musim panas seperti sekarang ini, jika kita melihat berita di Da Ai TV, kita bisa melihat ada daerah yang kekeringan, tanah yang retak akibat minimnya kadar air, gurun yang kering, serta manusia yang kekurangan air. Apakah kita dapat merasakannya?
Air adalah penyokong kehidupan di alam. Bisakah manusia menghargainya?
Sumber kehidupan di alam ini, apakah semua orang menghargainya?
Namun, sekarang, adakalanya hujan turun dengan sangat deras dan menyebabkan bencana banjir. Di sisi lain, kita melihat kebakaran hutan yang terjadi sangat mengerikan. Tidak bisa dibenarkan jika manusia tidak tergerak, karena alam dan manusia hidup berdampingan. Saat alam mengalami ketidakseimbangan, entah itu bencana kebakaran atau banjir, semuanya tentu terkait dengan umat manusia.
Meski manusia sangat kecil, kita semua tetap harus membangkitkan ketulusan untuk memeriksa pola hidup kita. Jika setiap orang dari kita berhemat sedikit, kita akan dapat membantu orang-orang yang kehausan.
Lihatlah kondisi dunia. Selain bencana alam, ada pula bencana akibat ulah manusia. Betapa banyak orang yang mengungsi akibat bencana alam dan ulah manusia. Mereka berada dalam kelaparan. Ada lebih dari 800 juta orang di dunia yang terancam kelaparan dan amat menderita. Jadi, kita semua hendaknya membangkitkan semangat cinta kasih. Jika kita semua dapat berhemat sedikit, sumber daya yang dihemat ini dapat dihimpun untuk membantu mereka yang membutuhkan.
Bukankah saya sudah pernah berpesan agar kita makan cukup 80 persen kenyang? Jika dari semangkuk nasi dapat disisihkan sesuap saja, maka sumbangsih dari empat sampai lima orang akan dapat memenuhi kebutuhan satu orang untuk dapat cukup makan. Singkat kata, sepertinya saya sudah sering membahas hal ini. Namun, memang inilah yang selalu ada dalam pikiran saya, yaitu kondisi dunia saat ini. Saya juga berharap setiap orang yang lebih beruntung dan penuh berkah dapat menyisihkan sedikit untuk membantu mereka yang menderita. Saya tidak dapat menahan diri dan merasa harus mengatakan hal ini.
Kita juga melihat relawan pengobatan Tzu Chi membawa tim untuk pergi ke Yordania. Kita melihat warga yang menderita di sana. Para warga suku Badawi hidup dalam kekurangan dari generasi ke generasi. Kita juga melihat para pengungsi yang menderita akibat berbagai ulah manusia. Mereka mengungsi ke Yordania karena negara ini sangat terbuka dalam menerima para pengungsi. Namun, penderitaan semakin banyak di dunia. Singkat kata, kehidupan penuh penderitaan.
Meski bantuan Tzu Chi di sana belumlah menyeluruh, tetapi itu semua juga merupakan jalinan jodoh. Mereka yang berjodoh dapat bertemu Tzu Chi. Meski bantuan yang diberikan tidak banyak, tetapi ini juga merupakan sebuah jalinan jodoh. Demikianlah Tzu Chi menjalankan misi amal dan bantuan internasional. Semua ini dilandasi oleh cinta kasih. Tanpa cinta kasih, bagaimana mungkin bantuan Tzu Chi sampai ke berbagai negara?
Jadi, kita perlu membimbing lebih banyak orang. Di antara saya dan para relawan terdapat jalinan jodoh baik. Saat saya mengatakan sesuatu, para relawan menjalankannya dengan satu tekad di tengah masyarakat. Ini sama dengan mencurahkan bimbingan yang menyucikan masyarakat agar orang-orang dapat membuka hati dan bersumbangsih dengan cinta kasih. Ini adalah suatu bentuk pendidikan masyarakat.
Saya sangat berterima kasih. Di tengah semakin banyaknya bencana di dunia, hanya ketulusanlah yang dapat membangkitkan cinta kasih untuk meredam bencana dan menyembuhkan luka.
Ketidakselarasan
empat unsur membawa penderitaan
Bencana alam
dan ulah manusia menunjukkan ketidakkekalan
Berharap mereka
yang beruntung dapat turut bersumbangsih
Meredam bencana
dengan kekuatan cinta kasih
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 9 Agustus 2019
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Li Lie, Marlina
Ditayangkan tanggal 11 Agustus 2019