Ceramah Master Cheng Yen: Meringankan Penderitaan dan Mewariskan Cinta Kasih hingga Selamanya
“Kali ini, kami pulang bersama para relawan dari Myanmar. Kami telah berinteraksi dengan mereka sejak terjadinya Badai Nargis hingga sekarang. Dengan keyakinan yang teguh terhadap ajaran Master, mereka mampu mengubah seluruh desa dan menginspirasi orang-orang untuk membantu sesama. Hingga kini, mereka telah membantu 21 desa. Kali ini, ada dua orang yang akan dilantik menjadi komisaris kehormatan. Melihat hal ini, saya sangat tersentuh,” kata Guo Ji Yuan Ketua Tzu Chi Malaysia.
Ketika saya mengatakan bahwa kita harus membantu orang-orang yang membutuhkan, para relawan Tzu Chi Malaysia selalu mengambil inisiatif. Di sana, ada banyak Bodhisatwa yang sangat tekun dan bersemangat serta selalu menuruti perkataan saya. Apa pun yang ingin saya lakukan, mereka akan mengambil tindakan nyata untuk mewujudkannya.
“Bencana banjir kali ini telah berdampak pada 43 relawan kita di Bago. Ketika mengunjungi seorang relawan, kami melihat lantai kayu di rumahnya rusak akibat terendam banjir. Ada 17 orang tinggal di rumahnya. Setelah putra sulungnya mengalami strok, istrinya meninggalkan dirinya. Dia juga menampung kakak perempuan istrinya karena suaminya telah meninggal dunia. Melihat kakak perempuan istrinya hidup sebatang kara, dia pun menampung dirinya di rumahnya,” kata Wang Ci Wei relawan Tzu Chi Malaysia.
“Ketika kami menawarkan dana bantuan, dia mengatakan, ‘Master mengajari murid-muridnya untuk bersumbangsih. Saya memberikan dana bantuan ini kepada orang-orang yang lebih membutuhkan.’ Kakak Ji Xuan kemudian memberitahunya, ‘Master berkata bahwa kesulitan sesaat bukanlah penderitaan seumur hidup.’ Pada akhirnya, dia mengatakan apa yang sebenarnya sangat dibutuhkannya, yakni bantuan pendidikan untuk cucu-cucunya,” pungkas Wang Ci Wei.
“Saya mewakili Myanmar mengucapkan terima kasih kepada Master karena telah membantu mereka yang menderita di berbagai tempat di Myanmar. Ketika kami mengunjungi orang-orang yang membutuhkan, banyak dari mereka mengatakan, ‘Mungkin di kehidupan lampau, saya tidak berbuat baik dan memupuk pahala sehingga saya hidup menderita di kehidupan kali ini.’ Karena itu, mereka menyisihkan segenggam beras setiap harinya untuk memupuk pahala,” kata Guo Bao-Yu relawan Tzu Chi Myanmar.
Bagaimana kita bisa membantu orang-orang yang membutuhkan di Myanmar? Jika tidak menjangkau mereka, kita tidak akan bisa membantu mereka. Bukan hanya orang-orang di sana hidup dalam kemiskinan, melainkan di sana juga kerap terjadi gejolak sosial meski warga di sana adalah umat Buddha. Buddha berarti Yang Sadar. Manusia harus menyadari kebenaran, baru dapat disebut sebagai Buddha. Buddha mencerahkan diri sendiri dan makhluk lain. Selain itu, Beliau juga memiliki pencerahan dan praktik yang sempurna untuk terjun ke tengah masyarakat. Tanpa mempraktikkan Jalan Tengah, kita akan menyimpang dari jalan yang benar.
Sebagai insan Tzu Chi, kita hendaknya mempraktikkan ajaran Buddha. Saya selalu bersyukur atas jalinan jodoh yang membuat kita semua dapat bertekad dengan sepenuh hati. Kalian memegang teguh keyakinan untuk berjuang demi kepentingan semua orang dan bukan demi kepentingan diri sendiri. Kalian juga berusaha memahami prinsip kebenaran. Satu-satunya cara untuk menyadari prinsip kebenaran ialah meneladan hati Buddha dan membangun tekad untuk terjun ke tengah masyarakat dan membawa manfaat. Buddha telah mengatakan dengan jelas bahwa Beliau datang ke dunia ini demi satu tujuan utama. Apa itu? Untuk mengajarkan Jalan Bodhisatwa. Bodhisatwa sekalian, bukankah kalian telah mempraktikkan semangat ini?
Sejak bergabung dengan Tzu Chi, kalian telah mempraktikkan semangat ajaran Buddha dalam menjalankan misi Tzu Chi dan bersumbangsih di tengah masyarakat. Kalian mempraktikkan semangat Bodhisatwa untuk meringankan penderitaan orang-orang dan juga membagikan Dharma kepada orang-orang di tengah masyarakat. Intinya, kita benar-benar perlu menyebarkan Dharma ke lebih banyak tempat agar bisa menyucikan hati dan pikiran.
Untuk itu, kita hendaknya membimbing orang-orang untuk menapaki Jalan Bodhisatwa dan membawa manfaat bagi orang lain terlebih dahulu. Dengan berhimpun untuk mempraktikkan Jalan Tengah, barulah kita bisa menginspirasi semua makhluk. Saya terus mengulangi ajaran yang sama. Asalkan semua orang memahaminya secara mendalam, kalian akan tahu bagaimana menjalankan misi Tzu Chi.
Lihatlah, anak-anak berusia dini ini memberikan celengan bambu mereka kepada saya. Celengan mereka sangat berat. Ini menandakan semangat celengan bambu telah diwariskan dari generasi sebelumnya kepada anak-anak. Setelah mendapatkan uang, beberapa anak langsung menyisihkannya ke dalam celengan bambu. Saya yakin anak-anak kalian juga demikian. Inilah pendidikan yang terbaik. Kita harus mengajari anak-anak bahwa uang sekecil apa pun sangat bermanfaat bagi yang membutuhkan sehingga ketika mendapatkan uang, mereka dapat secara sukarela menyisihkannya.
Ketika saya bertanya kepada mereka untuk apa menyisihkan uang di celengan bambu, mereka menjawab, "Untuk menolong orang." Di usia yang masih dini, orang tua, kakek, atau nenek mereka telah menginspirasi mereka untuk menolong orang dengan menyisihkan uang di celengan bambu. Cinta kasih anak-anak ini merupakan harapan kita di masa depan. Saya sangat tersentuh. Saya benar-benar sangat bersyukur. Meski Malaysia berada jauh dari Taiwan, tetapi para relawan kita mewujudkan keinginan saya untuk memberi pertolongan kepada Myanmar.
Di sebuah pusat meditasi, masih banyak orang yang mengalami penderitaan. Hal yang paling membekas dalam ingatan saya ialah seorang penghuni di sana yang melihat sebersit cahaya surga menjelang akhir hayatnya. Sebelum dia mengembuskan napas terakhir, para relawan membantunya dengan membangun rumah rakitan sementara dan menyediakan tempat tidur yang hangat untuknya. Hal ini masih terpatri jelas di dalam benak saya. Ini semua berkat para relawan yang mengikuti perkataan saya untuk menapaki Jalan Bodhisatwa.
Saya sering bercerita tentang para relawan kita di Malaysia. Sekarang, kalian sudah melihat mereka dan membuktikan perkataan saya. Saya menceritakan hal-hal yang telah mereka lakukan dan mereka menjadi saksi atas perkataan saya. Biasanya, kalian hanya mendengar cerita dari saya, tetapi sekarang para relawan ini menjadi saksi atas apa yang telah saya katakan. Saya benar-benar sangat tersentuh.
Banyak relawan telah menjadi saksi perjalanan Tzu Chi. Saya sangat bersyukur. Jadi, kalian hendaknya mengenang kembali perjalanan kalian dan menggenggam waktu saat ini untuk bersumbangsih. Selain mendampingi para relawan muda, kalian juga harus berbagi kepada mereka tentang sejarah perjalanan Tzu Chi dan insan Tzu Chi. Inilah jejak sejarah Tzu Chi.
Meneladan hati Buddha dan mempraktikkan Jalan Tengah
Terjun ke tengah masyarakat untuk meringankan penderitaan dan membawa manfaat
Menanamkan kebajikan di hati anak-anak demi masa depan yang penuh harapan
Mewariskan sejarah dan cinta kasih hingga selamanya
Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 07 Desember 2023
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet
Ditayangkan Tanggal 09 Desember 2023