Ceramah Master Cheng Yen: Meringankan Penderitaan Semua Makhluk dengan Welas Asih


Kita melihat bagaimana para staf medis kita bersumbangsih di daerah pegunungan. Meskipun di tengah hujan dan badai serta menempuh jalan pegunungan yang berbahaya, mereka tetap pergi bersumbangsih. Terkadang, saya berkata, "Cuaca tidak bagus, sering turun hujan, dan jalan pegunungan licin, kalian sebaiknya menunda perjalanan." Namun, mereka menjawab dengan tekad bulat, "Master, jika kami tidak pergi ke sana, para penerima bantuan akan kehabisan obat. Mereka tidak boleh tidak minum obat. Jadi, kami harus pergi."

Para staf medis kita sungguh penuh dengan cinta kasih yang tulus. Setiap kali teringat pada orang-orang yang membutuhkan, saya selalu berkata, "Saya sangat mengasihi mereka, tetapi kekuatan saya sangatlah terbatas. Karena itulah, saya membutuhkan kalian untuk menyebarluaskan cinta kasih saya." Saya sangat mengasihi kalian semua. Jika kalian bisa mengasihi yang saya kasihi, cinta kasih kita akan dapat tersebar luas.

Lihatlah bagaimana insan Tzu Chi di seluruh dunia tulus berinteraksi dengan sesama. Demikianlah cinta kasih ini diteruskan hingga selamanya. Mereka akan menjadi teladan bagi dunia dan menyentuh hati sesama dengan cinta kasih mereka. Dengan demikian, satu orang dapat berkembang menjadi banyak orang.

Melihat RS Tzu Chi Yuli, saya pun teringat akan sebuah drama Da Ai TV tentang kisah hidup dr. Cao. Saat menonton drama itu, saya pun tersentuh. Istri dr. Cao merupakan anggota komite Tzu Chi. dr. Cao sangat mendukung istrinya. Setiap kali istrinya melakukan apa yang hendak saya lakukan, suaminya pasti mendukung dan menyemangatinya.


Setiap kali kita mengadakan pengobatan gratis di Hualien ataupun di Taitung, beliau juga ikut berpartisipasi. Ketika ada penerima bantuan kita dari Yuli atau Ruisui yang mengalami sakit parah, beliau pun menganjurkan untuk membawa mereka ke Rumah Sakit Veteran. Beliau menawarkan diri untuk merawat mereka langsung. Beliau sungguh telah memberi saya banyak dukungan saat itu. Namun, kini beliau sudah tiada.

Setiap kali melihat cuplikan tentang beliau, saya teringat akan banyak kenangan. Meskipun beliau telah meninggal, istrinya yang juga merupakan murid saya masih tekun bersumbangsih di Aula Jing Si Yuli. Beliau merupakan Bodhisatwa dunia yang penuh kasih sayang. Itu sungguh menakjubkan.

Seiring berjalannya waktu, beliau pun memperpanjang jalinan kasih sayangnya dan telah menginspirasi banyak orang. Dengan ketulusan cinta kasih yang dimilikinya, beliau telah bersumbangsih bersama Tzu Chi selama lebih dari 40 tahun dan cinta kasihnya masih berlanjut hingga sekarang. Beliau mulai menjalankan Tzu Chi sejak masih muda.

Kini, beliau sudah lanjut usia dan rambutnya pun sudah beruban, tidak semuda di tayangan yang kita saksikan. Intinya, setiap orang pasti akan mengalami fase lahir, tua, sakit, dan mati. Hanya saja, ada sebagian orang yang memiliki umur panjang, sementara yang lainnya tidak. Namun, mereka yang telah pergi terlebih dahulu mungkin telah datang kembali ke dunia ini dengan membawa benih kebajikan dan kasih sayang Bodhisatwa.


Saya yakin mereka yang telah kembali ini kini telah berusia 30-an tahun dan mungkin telah dilantik kembali. Demikianlah insan Tzu Chi, ada yang datang, ada yang pergi, dan akan ada yang kembali. Cinta kasih ini akan terus berlanjut.

Hendaklah kita menjadi Bodhisatwa dunia dari kehidupan ke kehidupan. Dalam setiap kehidupan, kita harus melanjutkan pelatihan diri kita dengan tekad yang teguh dan tulus. Semua insan Tzu Chi terus bersumbangsih hingga akhir kehidupan mereka. Mereka pun berikrar untuk kembali ke dunia ini untuk menapaki Jalan Bodhisatwa.

Saat kita terjun ke masyarakat dan menapaki Jalan Bodhisatwa dengan welas asih, saya yakin kita tidak akan tersesat. Dengan demikian, kita akan membentuk barisan Bodhisatwa yang panjang dan jalinan kasih sayang pun akan makin panjang.

Kini, saya memiliki keyakinan yang kuat bahwa setelah saya pergi, saya akan segera kembali ke dunia ini dan tidak akan keluar dari barisan. Saya tidak tahu kapan saya akan pergi. Namun, begitu saya pergi, saya akan kembali tanpa menunda-nunda waktu. Saya akan tersenyum pada semua orang yang saya temui sehingga mereka juga bisa turut bersukacita. Saya akan terus membimbing lebih banyak orang. Inilah yang harus kita lakukan dalam hidup.


Pelatihan diri Bodhisatwa dirampungkan di dunia ini. Jadi, Saudara sekalian, harap diingat bahwa hanya di alam manusialah kita bisa memiliki kesempatan untuk mempelajari Jalan Bodhisatwa. Mari kita memandang dunia ini dengan kesungguhan hati. Ketika menolong sesama, hati kita pun penuh dengan kebahagiaan.

Namun, kita juga harus memiliki welas asih ketika melihat semua makhluk yang menderita akibat penyakit, kemiskinan, ataupun keduanya. Jadi, penderitaan manusia meliputi penyakit, kemiskinan, kegelapan batin, dan karma buruk. Karena ada begitu banyak penderitaanlah, para Bodhisatwa dibutuhkan.

Dokter menyembuhkan orang-orang yang menderita penyakit fisik, sedangkan Bodhisatwa yang membebaskan semua makhluk dari penderitaan akibat noda dan kegelapan batin. Dibutuhkan Bodhisatwa dunia untuk menyembuhkan tubuh dan pikiran manusia.

Jadi, kita semua dapat bersumbangsih sebagai Bodhisatwa dunia. Ketika ada orang-orang yang hidup kekurangan, kelaparan, kedinginan, ataupun tak memiliki tempat tinggal, kita bisa segera memberikan bantuan sesuai kebutuhan mereka.  

Ladang pelatihan Bodhisatwa ada di dunia
Meringankan penderitaan semua makhluk dengan welas asih
Berikrar untuk kembali dan tidak keluar dari barisan
Menyebarluaskan cinta kasih ke seluruh dunia dan membimbing semua makhluk

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 15 Maret 2022
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Devi
Ditayangkan tanggal 17 Maret 2022    
Menyayangi diri sendiri adalah wujud balas budi pada orang tua, bersumbangsih adalah wujud dari rasa syukur.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -