Ceramah Master Cheng Yen: Mewariskan Ajaran Buddha Tanpa Batas


Berkunjung ke Fengyuan sungguh bagaikan pulang kampung bagi saya. Fengyuan adalah kampung halaman saya sejak kecil. Saya lahir di Qingshui. Saya memiliki tiga tempat penting dalam hidup saya, yakni Qingshui, Fengyuan, dan Hualien. Saya tinggal dan menetap di Hualien. Saya sungguh merasa dekat dengan setiap tempat itu, baik tanah maupun dengan orang-orang di sana.

Setiap orang yang saya lihat saat ini adalah insan Tzu Chi. Insan Tzu Chi menapaki Jalan Bodhisatwa. Tanpa adanya Tzu Chi, meski saya dibesarkan di Fengyuan, kalian tidak akan mengenal saya. Ini semua karena kita bertemu di Jalan Tzu Chi. Bukan hanya bertemu dan saling mengenal di sini, kita juga bersama-sama berjalan di Jalan Tzu Chi. Hendaklah kita terus membentangkan Jalan Tzu Chi karena inilah misi kita.

Pada awalnya, saya berbicara mengenai prinsip dan cita-cita saya. Kalian yang memiliki jalinan jodoh dengan saya merasa cocok dengan kata-kata saya. Tidak peduli kalian mengenal saya atau tidak, hanya dengan mendengar suara dan melihat saya, kalian merasa sukacita. Kalian mendengarkan saya dan memiliki kepercayaan terhadap saya. Ketika melihat saya, kalian merasa sukacita. Kita pun mulai menghimpun kekuatan banyak orang.

Mungkin kalian merasa bahwa ajaran saya selama lebih dari 50 tahun ini sungguh sederhana untuk didengarkan, tetapi jika tidak demikian, semua orang tidak akan mengerti. Saya menerima ajaran yang mendalam, lalu menjelaskannya secara sederhana kepada semuanya sehingga semua orang dapat memahami ajaran mendalam lewat uraian yang sederhana.


Bodhisatwa sekalian, jalinan jodoh kalian telah matang dan membawa kalian ke sini. Buah berkah harus dimulai dari jalinan jodoh yang baik Dari sini, kepuasan batin diperoleh. Kita sering mendengar insan Tzu Chi berkata, "Master, ternyata bersumbangsih membawa sukacita. Setelah saya bersumbangsih, hati saya merasa sangat bahagia." Ya, inilah yang disebut dengan "akibat". Bersumbangsih akan menciptakan berkah yang akan kembali kepada kita dalam wujud sukacita. Inilah buah karma. Bersumbangsih akan membuat kita merasa tenang dan sungguh dipenuhi dengan sukacita.

Saya memberi tahu kalian bahwa kita akan menuai apa yang kita tanam. Perbuatan kita bagaikan air yang terus menetes. Makin banyak tetesan air, kebutuhan air pun terpenuhi. Air ini akan membasahi ladang batin kita dan membuatnya menghasilkan panen berlimpah. Sutra Teratai mengatakan bahwa embun manis akan membasahi tanah bagaikan air Dharma yang membasahi ladang batin. Kita semua memiliki benih dan benih ini adalah sebab karma yang kita tanam. Hendaklah kita segera menggenggam jalinan jodoh untuk bersumbangsih. Kita akan menerima hasil dari benih perbuatan kita. Oleh karena itu, saya sering mengatakan bahwa kita menuai apa yang kita tabur.

Kebajikan yang kalian lakukan bukanlah untuk saya. Ketika menyadari prinsip kebenaran ini, saya segera menggenggam jalinan jodoh dan membagikannya kepada semuanya. Intinya, kalian memiliki jalinan jodoh dengan saya dan saya mematangkan jalinan jodoh kalian. Kalian telah memiliki benih di dalam hati. Hendaklah kalian menggenggam benih dan jalinan jodoh ini.

Benih adalah hati kalian. Hendaklah kalian segera menabur benih kebajikan ini agar dapat bertunas dan berkembang. Satu benih akan menghasilkan jumlah tak terhingga. Saat bersumbangsih, kita merelakan satu hal dan akan mendapatkan puluhan ribu. Sutra Makna Tanpa Batas menjelaskan prinsip ini dengan jelas. Kalian akan menuai apa yang kalian tabur sesuai dengan tekad kalian.


Bagi saya, saya hanyalah pengondisi yang membantu kalian untuk mencapai sesuatu. Saya membantu semua orang untuk memahami kebenaran dan mengenal jalan Tzu Chi. Namun, pengetahuan dan pengenalan saja tidak cukup. Setelah menapaki Jalan Tzu Chi dan memiliki jalinan jodoh dengan saya, kalian harus mengubah pengetahuan menjadi kebijaksanaan. Kita tidak hanya mencari pengetahuan, tetapi juga mencari kebijaksanaan. Hanya dengan kebijaksanaan, barulah kita dapat memahami kekosongan sejati dan eksistensi ajaib. Ini hanya sebuah ungkapan sederhana, tetapi mengandung prinsip yang benar, bajik, dan indah.

Kebenaran, kebajikan, dan keindahan dapat ditemukan dalam kekosongan sejati dan eksistensi ajaib. Di mana tepatnya kita mencari ini? Kita tengah menjalankannya saat ini. Jalan yang kalian tapaki saat ini adalah jalan yang lurus. Inilah Jalan Bodhi yang luas dan lurus. Kita harus sering melantunkan Sutra Makna Tanpa Batas. Sutra Makna Tanpa batas merupakan inti sari dari Sutra Teratai. Sutra inilah yang kalian pentaskan.

Saya berharap semuanya dapat berkumpul secara berkala ingatlah untuk mengulang adaptasi musikal Sutra Teratai itu. Sama seperti ketika saya berada di Taichung, kalian telah menampilkannya untuk saya lihat dan dengar. Lantunan suara dan gerakan kalian sungguh indah. Penampilan kalian menunjukkan ketulusan hati. Kalian sungguh-sungguh menghayati Sutra Makna Tanpa Batas dengan hati dan pikiran bajik tak terhingga. Kalian telah menumbuhkan kebijaksanaan dalam setiap menit dan detik. Di Jalan Tzu Chi ini, hati, arah hidup, dan perilaku saya tidak terlepas dari Sutra Makna Tanpa Batas.


Bodhisatwa sekalian, hendaklah kita mewariskan hal ini dengan tulus. Saya selalu mewariskan ajaran dengan ketulusan hati. Hendaklah semuanya memahami kekosongan sejati. Jangan biarkan noda batin di dunia terus menjerat kita. Berbagai noda batin di dunia terus menjerat sehingga kita tidak bisa melenyapkan kegelapan batin. Dengan memiliki keyakinan pada Buddha, meneladan Buddha, dan bergabung di Tzu Chi, kita dapat berjalan di Jalan Bodhi. Bodhi berarti pencerahan. Jalan pencerahan adalah jalan yang lurus. Jadi, hendaklah kalian sepenuh hati dan tulus dalam menapaki Jalan Bodhisatwa karena inilah jalan yang lurus. Saya mendoakan semuanya dengan hati yang tulus.

Jangan meremehkan kekuatan diri sendiri. Satu orang dapat menyebarkan Dharma kepada banyak orang yang tak terhitung. Buddha memberi tahu kepada kita bahwa Sutra Teratai dapat diwariskan hingga ke 50 orang. Sesungguhnya, kita dapat mewariskannya hingga 50 generasi.

Di Taichung, saya mendengar tentang keluarga Tzu Chi dengan empat generasi. Empat generasi itu terus mewariskan Tzu Chi ke generasi selanjutnya. Inilah mewariskan hingga 50 generasi. Jika satu generasi sama dengan 50 tahun, 50 generasi sama dengan 2.500 tahun. Kita adalah generasi ke-50 terhitung dari Buddha. Intinya, kita harus terus melangkah maju. Jika tidak, batas waktu yang Buddha berikan akan segera tiba. Kita meneruskan kembali ajaran kebenaran ini. 

Berhimpun berkat jalinan jodoh baik di Jalan Tzu Chi
Air Dharma membasahi ladang batin dan bersumbangsih dengan sukacita
Memahami kekosongan sejati dan eksistensi ajaib
Mewariskan ajaran Buddha di jalan agung yang lurus     

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 18 November 2022
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Heryanto
Ditayangkan tanggal 20 November 2022
Apa yang kita lakukan hari ini adalah sejarah untuk hari esok.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -