Ceramah Master Cheng Yen: Mewariskan Ajaran Jing Si Selamanya
Saya sering berkata bahwa tradisi Jing Si harus dijaga dengan baik. Ini merupakan pewarisan silsilah Dharma Jing Si. Kita sungguh perlu mewariskan ajaran Jing Si. Kita harus memiliki hati yang murni, tanpa pamrih, dan tanpa ketamakan agar ajaran Jing Si tidak terputus.
Lihatlah, saat melakukan daur ulang, mengapa kita memilah PP, PET, PE, dan lain-lain dengan sangat saksama? Jika dalam sekarung terdapat satu barang yang salah kategori, maka saat diolah, seratnya akan putus. Jadi, kita harus memilah semuanya dengan saksama. Begitu pula dengan pewarisan ajaran Jing Si.
Ajaran Jing Si harus diwariskan dengan hati yang murni. Karena itulah, saya sering bersyukur kepada para bhiksuni di Griya Jing Si. Saya juga sangat terhibur mereka bisa berbagi dengan para relawan. Saya juga sangat kagum pada murid-murid saya ini. Meski sibuk dalam kehidupan sehari-hari, mereka tetap bisa menyerap Dharma ke dalam hati. Ini sungguh tidak mudah.
Sebelum saya melakukan perjalanan, ada hampir 30 dokter dari Malaysia yang kembali ke Griya Jing Si untuk merasakan kehidupan para bhiksuni di Griya Jing Si. Mereka menyiangi rumput di kebun. Meski menyiangi rumput yang sama, tetapi pemahaman yang diperoleh berbeda-beda. Meski demikian, mereka sama-sama merasa tersentuh dan bersyukur.
Malam hari, para bhiksuni berbagi pengalaman dengan mereka. Siang hari, mereka berfokus menyiangi rumput. Mereka mencari tahu bagaimana akar rumput merambat dan bagaimana menyianginya. Ini bagaikan ladang batin kita. Jika noda batin tidak dilenyapkan, maka kebijaksanaan tak bisa bertumbuh. Jadi, bagaimana kita menjadi Bodhisatwa? Kita harus terlebih dahulu menyucikan hati dan memutus noda batin.
“Apakah menggalang cinta kasih sulit? Sangat sulit. Karena sangat sulitlah, maka kita harus melakukannya. Ada banyak orang yang tidak punya tempat tinggal dan makanan. Kakak-kakak sekalian, meski pada awal tahun ini kita telah menentukan target, tetapi saya merasa bahwa kita jangan dibatasi oleh target. Kita hendaknya menggalang cinta kasih dari kehidupan ke kehidupan dan berbagi tentang Tzu Chi dengan setiap orang yang ditemui kapan pun dan di mana pun. Sebagai insan Tzu Chi, inilah yang hendaknya kita lakukan. Karena itu, hari ini, saya tidak berani mengatakan akan menggalang cinta kasih berapa orang. Saya ingin mengajak Kakak-kakak sekalian untuk bekerja keras bersama. Kita tidak perlu memikirkan jumlah, cukup berfokus membina jalinan kasih sayang dengan warga dan para relawan,” kata Li Lun-shuo Relawan Tzu Chi.
“Ajaran Jing Si terus diwariskan kepada generasi muda. Saya ingin berkata kepada seluruh relawan di sini bahwa kami bisa merasakan pendampingan kalian dan kami akan mengikuti langkah kalian dengan erat. Kami juga akan mengikuti langkah Master dengan erat serta menjalankan Tzu Chi dan menolong orang yang membutuhkan dari kehidupan ke kehidupan,” tutup Li Lun-shuo Relawan Tzu Chi.
Melihat relawan muda kita, saya sangat terhibur. Saya bersyukur kepada para relawan senior kita. Kita tidak bisa tidak mengakui bahwa kita telah lanjut usia. Dibandingkan dengan akhir tahun lalu, pola pikir saya sudah berbeda sekarang. Tiba-tiba, saya merasa bahwa saya telah lanjut usia. Hukum alam berlaku untuk semua orang, tetapi kita tetap berharap dapat bersumbangsih hingga akhir hayat dengan tubuh yang sehat tanpa penyakit.
Saat menderita penyakit, saya berkata pada diri sendiri setiap hari, “Saya hidup di dunia yang penuh penderitaan dan berinteraksi dengan banyak orang. Jika tidak sakit, saya tidak akan tahu tingkat penderitaan orang lain.” Jadi, makhluk hidup jatuh sakit, Bodhisatwa juga jatuh sakit. Ini merupakan ujian bagi kita agar kita tahu bagaimana penderitaan akibat usia tua dan bagaimana fungsi organ tubuh menurun. Dengan demikian, kita akan ingat untuk menerima kenyataan.
Setiap orang harus menggenggam waktu. Jangan berpikir, “Saya sudah lanjut usia dan sudah waktunya pensiun. Saya tidak perlu melakukan dan mengurus apa-apa lagi.” Ini tidaklah benar. Justru karena sudah lanjut usia, kita semakin perlu bersumbangsih karena kita sedang berpacu dengan waktu. Jika bersumbangsih satu jam, berarti kita untung satu jam. Jika memberikan ceramah sekali, berarti kita untung sekali. Jika mengatakan sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain, berarti kita memupuk jalinan jodoh baik. Kita harus menggenggam waktu.
Karena itu, para relawan senior hendaknya saling memperhatikan. Inilah yang disebut memperhatikan saudara se-Dharma. Kalian juga harus mewariskan pengalaman dan mendampingi relawan muda. Saya sangat gembira melihat di Yunlin dan Chiayi ada sekelompok relawan muda yang memikul tanggung jawab. Setiap kali berkunjung ke sini, saya merasa penuh harapan. Meski kita sudah lanjut usia, tetapi ada relawan muda yang bisa turut memikul tanggung jawab. Mereka bertekad untuk memikul tanggung jawab dan mempertahankan misi Tzu Chi hingga ribuan tahun mendatang.
Saya merasa bahwa kita sungguh harus bersyukur, baik kepada para relawan muda maupun para relawan senior yang telah membentangkan dan memperluas Jalan Bodhisatwa. Apakah kalian paham? (Paham)
Jadi, kita harus bersungguh-sungguh menggenggam waktu. Kita sungguh harus saling memperhatikan. Jika kita hanya mengurus keluarga sendiri dan tidak bergabung di Tzu Chi, kita mungkin sendirian karena anak kita bekerja di luar dan tidak bisa mendampingi kita. Demikianlah kehidupan lansia sekarang.
Dengan bergabung ke dalam Tzu Chi, semua orang bagai satu keluarga besar. Setiap keluarga relawan kita merupakan bagian dari keluarga Tzu Chi. Semua orang saling memperhatikan dengan cinta kasih keluarga besar.
Saya ingin memberi tahu kalian bahwa kita harus menghargai para relawan yang telah membuka dan membentangkan jalan. Setiap keluarga relawan kita merupakan bagian dari keluarga Tzu Chi. Kita harus saling mengasihi dan memperhatikan. Terhadap para relawan muda, kita harus menyemangati dan mendampingi mereka.
Para relawan muda harus bersyukur kepada para relawan senior yang telah mengembangkan Tzu Chi. Masa depan dunia dan masyarakat bergantung pada kaum muda. Jika kita tidak bersungguh-sungguh menginspirasi orang sekarang, maka kondisi dunia ini akan sangat buruk di masa mendatang.
Kini kita hidup di dunia yang penuh Lima Kekeruhan. Jika kaum muda tidak segera membangkitkan semangat membawa manfaat bagi sesama dengan cinta kasih dan welas asih, maka kondisi di masa mendatang sungguh tidak bisa dibayangkan. Intinya, kita harus menyucikan hati manusia.
Ini berarti menciptakan berkah bagi dunia. Ini bukan tanggung jawab saya sendiri, melainkan tanggung jawab semua orang. Masa depan bergantung pada kaum muda, yakni generasi penerus kita. Jadi, kita harus saling menyemangati.
Apakah kalian paham? (Paham)
Waktu berlalu dengan cepat. Semua orang hendaknya saling menyemangati dan menghargai jalinan jodoh. Saya mendoakan kalian. Terima kasih.
Kita harus menapaki Jalan Bodhisatwa. Kita harus menapakinya, paham? (Paham)
Baik, saya mendoakan kalian.
Menjaga tradisi Jing Si dengan hati
yang murni dan tanpa pamrih
Mengasihi dan mendampingi saudara
se-Dharma
Berikrar menapaki Jalan Bodhisatwa
Mewariskan ajaran Jing Si selamanya
Ceramah Master
Cheng Yen tanggal 08 Juli 2019
Sumber: Lentera
Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah:
Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan
tanggal 10 Juli 2019