Ceramah Master Cheng Yen: Mewariskan Cinta Kasih hingga Selamanya


Bodhisatwa sekalian, waktu berlalu begitu cepat. Detik demi detik terus berlalu tanpa henti. Tidak ada seorang pun yang dapat menahan berjalannya waktu. Waktu terus bergulir detik demi detik. Kita tidak dapat menahan berjalannya waktu. Kita yang harus mengikuti berjalannya waktu.

Namun, kita akan membiarkan waktu berlalu dengan sia-sia atau menggenggamnya untuk mengembangkan nilai kehidupan kita? Apakah saat ini kehidupan kita sudah bernilai? Melihat diri sendiri, saya merasa kehidupan saya sangat bernilai.

Saat ini, insan Tzu Chi di 21 negara dan wilayah mendengarkan ceramah saya secara daring. Jadi, saat saya berbicara, semua orang bisa mendengarnya secara serentak lewat jaringan internet. Melalui jaringan internet, mereka dapat mendengarkan ceramah saya secara serentak. Apakah mereka menyerap Dharma ke dalam hati? Jika menyerap Dharma ke dalam hati, berarti mereka memperoleh nilainya.

Tidak peduli mereka memahaminya atau tidak, saya tetap merasa bahwa setiap detik kehidupan saya sungguh sangat bernilai karena saya telah bersumbangsih tanpa pamrih dan tidak bersikap perhitungan. Jadi, kehidupan saya tidak ternilai karena nilainya tidak terukur. Karena itu, orang-orang sering kali berkata bahwa bersumbangsih adalah permata yang tak ternilai. Benar, tidak ternilai.


Tadi, ketika berada di lantai atas, saya ikut serta dalam pertemuan Tzu Ching. Perwakilan Tzu Ching dari lima negara bertekad dan berikrar untuk bergabung di Tzu Chi dan menapaki Jalan Bodhisatwa dari kehidupan ke kehidupan. Sebagian anggota Tzu Ching merupakan bayi-bayi yang masih digendong oleh orang tua mereka ketika datang mengunjungi saya pada 20-an atau 30-an tahun yang lalu.

Saat itu, saya mengusap kepala bayi-bayi itu dan menggendong mereka. Kini, mereka telah dewasa. Banyak dari mereka yang telah berkeluarga. Mereka juga mengunjungi saya bersama anak-anak mereka. Saya pun mengusap kepala anak-anak mereka. Demikianlah semangat Tzu Chi diwariskan dari generasi ke generasi.

Ada pula anggota Tzu Ching yang sudah senior. Meski waktu telah berlalu, mereka masih sering berhimpun bersama dan tetap memperpanjang jalinan kasih sayang ini. Pada saat dilantik, mereka berkata pada saya, "Anak-anak Master telah kembali." Sungguh terasa sangat akrab, anak-anak saya sudah kembali. Mereka bertekad untuk menjalankan misi Tzu Chi dan meneruskannya dari generasi ke generasi.

Tzu Chi sudah memasuki tahun ke-56. Banyak dari kalian yang merupakan relawan senior di Kaohsiung. Contohnya relawan kita, Yue-zhen, yang berusia 80-an tahun. Lebih dari 30 tahun yang lalu, beliau masih sehat dan bugar. Saat itu, beliau baru bergabung bersama Tzu Chi. Meskipun tidak mengenal huruf, tetapi beliau menjalin jodoh dengan banyak orang dan telah menggalang ratusan donatur.


Saya pernah mendengar beliau mengatakan bahwa para donatur yang mengantarkan donasi ke rumah beliau. Beliau membangun keyakinan orang-orang terhadapnya dan menjalin jodoh baik dengan mereka. Beliau telah menjalankan Tzu Chi selama lebih dari 30 tahun. Semua orang percaya padanya dan mengasihinya. Demikianlah jalinan jodoh ini terus berlanjut hingga sekarang.

Kini beliau pun sudah lanjut usia. Para anggota komite yang dahulu dibimbingnya sering mendampinginya dan mengobrol tentang Tzu Chi. Jadi, beliau menjalani kehidupan dengan bahagia.

Sesuai hukum alam, seiring bertambahnya usia, gerakannya tidak lagi segesit saat muda. Bahkan, salah satu tangannya sudah tidak leluasa bergerak. Namun, beliau tetap berusaha untuk mengembangkan nilai kehidupannya. Selain menerima donasi yang diantarkan para donatur ke rumah beliau, beliau juga pergi ke depo daur ulang untuk melakukan daur ulang.

Bodhisatwa sekalian, para warga lansia dan orang-orang kekurangan di tengah masyarakat ini membutuhkan kita untuk bersumbangsih sebagai Bodhisatwa dunia. Lihatlah anggota keluarga besar Tzu Chi. Banyak relawan kita yang sudah lanjut usia. Mereka pun membutuhkan cinta kasih dan perhatian kita. Mari kita mendampingi mereka untuk mengembangkan jiwa kebijaksanaan.

Kita semua memiliki kebijaksanaan yang tak terhingga. Mari kita mewariskan cinta kasih Bodhisatwa dan menabur benih Bodhisatwa ke seluruh dunia dari kehidupan ke kehidupan. Inilah keluarga besar Tzu Chi.


Bodhisatwa sekalian, mari kita mewariskan kekuatan cinta kasih dari generasi ke generasi. Lihatlah relawan yang bergabung bersama kita sejak usia dini, kemudian menjadi anggota Tzu Ching, anggota Tzu Cheng, atau anggota komite. Sejak kecil hingga dewasa, bahkan berusia paruh baya, mereka masih bersama Tzu Chi. Demikianlah jalinan kasih sayang insan Tzu Chi yang panjang.

Mereka tidak hanya menjalankan Tzu Chi, tetapi juga terus menggalang Bodhisatwa dunia untuk memperpanjang jalinan kasih sayang dan memperluas cinta kasih. Karena itulah, kehidupan mereka menjadi bernilai.

Bodhisatwa sekalian, saya tetap mengimbau kalian untuk tidak menyia-nyiakan hidup kalian. Kita hendaklah menginventarisasi kehidupan dan yakin pada pandangan kita. Kita juga harus menggenggam waktu untuk bertutur kata baik dan lebih banyak melakukan kebajikan.

Setelah memulai melangkah di Jalan Bodhisatwa, kita harus terus berjalan di jalan ini dari kehidupan ke kehidupan hingga selamanya. Hendaklah kita yakin akan hal ini. Mari kita menghargai kesempatan untuk menapaki Jalan Bodhisatwa.  

Menyerap Dharma ke dalam hati dan berpegang teguh pada ikrar
Mempertahankan tekad hingga selamanya setelah memulai langkah di Jalan Bodhisatwa
Menabur benih Bodhisatwa ke seluruh dunia
Mewariskan misi Tzu Chi dari generasi ke generasi.

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 29 Desember 2021
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Devi
Ditayangkan tanggal 31 Desember 2021
Meski sebutir tetesan air nampak tidak berarti, lambat laun akan memenuhi tempat penampungan besar.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -