Ceramah Master Cheng Yen: Mewariskan Cinta Kasih yang Panjang

Saudara sekalian, detik demi detik terus berlalu. Seiring berlalunya detik demi detik, Tzu Chi telah berusia 54 tahun. Seiring berjalannya waktu, usia manusia juga bertambah. Kita harus menerima kenyataan ini. Selain itu, kita juga harus menggenggam waktu sebaik-baiknya. Dengan begitu, barulah kita bisa mengembangkan nilai kehidupan.

Kini, saya sering mendengar para relawan muda berkata, “Master, jangan khawatir. Kami akan memikul bakul beras bagi seluruh dunia.” Mereka meminta saya jangan khawatir. Sesungguhnya, para relawan muda butuh pendampingan relawan paruh baya. Para relawan paruh baya juga hendaknya mewarisi semangat para relawan senior. Dengan mewariskan semangat serta memberi pendampingan dan bimbingan, misi amal Tzu Chi baru bisa terus dijalankan di dunia. Namun, kekuatan cinta kasih ini harus memiliki sebuah arah. Arah ini adalah semangat Buddha.

Dengan dilandasi semangat Buddha, kita memperhatikan hal-hal yang terjadi di seluruh dunia dan bersumbangsih di tengah masyarakat sesuai ajaran Buddha. Berhubung ada banyak makhluk yang menderita di dunia ini, maka kita harus berusaha untuk melenyapkan penderitaan mereka.

Buddha datang ke dunia ini demi satu tujuan mulia, yakni mengajarkan praktik Bodhisatwa. Ya, praktik Bodhisatwa ialah membawa manfaat dengan welas asih bagi semua makhluk.

“Pada sore hari tanggal 1 Maret 2003, saya melihat penderitaan bagai penderitaan di neraka yang belum pernah saya lihat sebelumnya. Yang membuat hati kami hancur ialah saat pergi ke lokasi kecelakaan, kami melihat keluarga korban bukan hanya menangis, tetapi juga menjerit. Jadi, kami para relawan perempuan merangkul mereka yang menangis. Setelah kami mendoakan korban dan penyidik mengidentifikasi jenazah, seperti yang semula akan kami lakukan, keluarga korban meminta kami untuk mendampingi mereka menuju rumah duka dengan ambulans. Kami langsung mengiakan,” kata Wu Xiu-mi relawan Tzu Chi.


“Yang membuat saya terharu ialah setiba di rumah duka, Kakak Wang Shou-rong telah menyiapkan teh jahe, tenda, dan mengajak banyak relawan. Walau saya juga relawan, tetapi saya juga sangat terharu melihat banyak relawan yang mencurahkan perhatian,” imbuhnya.

“Di ambulans, karena perjalanan yang berliku-liku, jenazah yang tidak utuh mudah terjatuh. Saat itu, saya langsung beranjali, membungkukkan badan pada jenazah, dan berkata, ‘Agar Anda bisa tiba di rumah duka dengan lancar, mulai kini, saya akan menekan bahu Anda dengan tangan dan menahan kepala Anda dengan lutut. Mohon maafkan saya’,” kata Liu Xue-hua relawan Tzu Chi.

“Saya bertahan dengan posisi seperti itu dari Alishan menuju Rumah Duka Chiayi. Walau saya merasa tidak nyaman sepanjang perjalanan dan muntah beberapa kali, tetapi saya tidak mengubah posisi. Dalam hati, saya tidak ingin jenazah korban terluka untuk kedua kalinya. Master yang terkasih, saya bukan orang yang berani. Namun, seragam biru putih yang kami kenakan memberi kami keberanian dan kegigihan. Ini adalah tanggung jawab sekaligus kebanggaan bagi kami,” pungkasnya.

Kita telah mendengar cerita dari sekelompok relawan ini. Jangan lupakan tahun itu, jangan lupakan para korban itu, dan jangan lupakan sekelompok relawan yang berani, tekun, dan bersemangat. Saat ada orang yang dilanda penderitaan, para relawan akan memberikan pertolongan. Inilah Bodhisatwa dunia Tzu Chi.


Saudara sekalian, saya sangat terharu dan bersyukur. Kita terjun ke tengah masyarakat untuk menolong orang yang menderita. Di mana pun bencana terjadi, Bodhisatwa akan pergi ke sana untuk memberikan bantuan meski harus mengatasi berbagai rintangan.

Saat melihat orang berbuat baik, kita harus memuji dengan berkata, “Pahala kalian sungguh tak terhingga.” Ya, kita mendoakan orang yang berbuat baik dan berkata bahwa pahala mereka tak terhingga. Apa kita dapat menciptakan pahala yang tak terhingga sendirian? Kita tidak dapat melakukannya. Semua orang harus bekerja sama, baru bisa menciptakan pahala yang tak terhingga. Inilah pahala yang sempurna.

Sungguh, kita harus menyadari dan menghargai berkah serta senantiasa bersyukur. Dapat hidup tenteram di tengah masyarakat dan menciptakan berkah bagi dunia, kita harus menghargai berkah.

Bodhisatwa sekalian, saya berharap kalian bisa lebih bersungguh hati dan tekun melatih diri serta mengembangkan kebijaksanaan dengan mempelajari Dharma. Apa kalian mengerti? (Ya) Baik, di tahun yang baru ini, saya mendoakan kalian. Dengan hati penuh syukur, kita mengantar pergi tahun 2019. Dengan hati yang tulus, kita menyambut tahun 2020.


Murid Jing Si Chiayi berikrar dengan tulus. Master yang terkasih, kami tidak akan melupakan tekad awal. Kami akan menjalankan 6 Paramita dengan bersungguh-sungguh; menggarap ladang berkah dengan ketulusan, kebenaran, keyakinan, dan kesungguhan; bersumbangsih dengan welas asih, cinta kasih, sukacita, dan keseimbangan batin; mengingat hati Buddha dan tekad Guru di dalam hati; dan menolong orang yang menderita dengan keyakinan, ikrar, dan praktik.

Saya merasa tersentuh. Kalian telah mengemban tanggung jawab untuk menyebarkan Dharma ke seluruh dunia. Dharma adalah santapan spiritual. Saya harap kalian dapat bersungguh-sungguh menyelami Dharma dan mengingat ikrar hari ini. Sutra Makna Tanpa Batas merupakan inti sari Sutra Bunga Teratai. Inti sari Dharma dapat menumbuhkan jiwa kebijaksanaan kita. Saya harap kalian dapat mengembangkan jiwa kebijaksanaan dari kehidupan ke kehidupan.

Kita harus terus menyebarkan Dharma dan memberikan bantuan kepada orang-orang yang menderita. Kita mengemban tanggung jawab ini demi ajaran Buddha dan semua makhluk. Terima kasih. Semoga kalian dapat membina berkah dan kebijaksanaan. Saya mendoakan kalian. Terima kasih.

Saya harap para relawan muda dapat memikul bakul beras dengan baik. Saya mendoakan kalian semua.

Relawan senior mewariskan semangat dan mendampingi relawan junior
Terjun ke tengah masyarakat demi menolong makhluk yang menderita
Menumbuhkan jiwa kebijaksanaan dengan inti sari Dharma
Mewariskan cinta kasih yang panjang

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 1 Januari 2020 
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Stella
Ditayangkan tanggal 3 Januari 2020
Bila sewaktu menyumbangkan tenaga kita memperoleh kegembiraan, inilah yang disebut "rela memberi dengan sukacita".
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -