Ceramah Master Cheng Yen: Mewariskan Dharma demi Menyadarkan Diri sendiri dan Makhluk Lain

“Perahu yang saya operasikan dahulu tidak sebesar ini, tetapi juga termasuk yang biasa. Kami sudah saling kenal sejak berusia 18 tahun dan sudah mulai minum minuman keras. Dia sudah mulai melaut sejak lulus sekolah dasar. Saya hanya tamatan SMP, tidak makan bangku SMA. Kami bertemu saat melaut. Saat pergi ke Mauritius, entah apakah dia masih berjudi. Dia juga pernah pergi ke Las Vegas. Dia pergi ke lebih banyak negara di luar negeri. Setiap kali berjudi, dia selalu kalah. Saya tidak bertaruh besar, tetapi selalu kalah banyak. Sungguh, saya hampir bercerai karena itu. Uang yang saya hasilkan pun saya habiskan. Jika bukan untuk minum, maka untuk berjudi. Biasanya, orang yang pergi melaut, saat pergi atau bersandar di suatu tempat, setelah lelah bekerja di laut tanpa ada yang tahu, selalu mencari kesenangan karena di darat tidak ada pekerjaan, sehingga itulah waktunya mencari hiburan,” kata Chen Shou-shan relawan Tzu Chi.

Kita melihat Relawan Chen Shou-shan. Dahulu dia adalah seorang pelaut. Lingkungannya amat membosankan dan dia kesepian. Karena itu, dia mulai minum minuman keras dan ikut orang lain berjudi sehingga arah kehidupannya menjadi salah. Di kemudian hari, dia mulai mengubah kehidupannya.

“Kemudian, saya berpikir bahwa meski saya ada menghasilkan uang, tetapi selalu saya habiskan di Taiwan. Anak dan istri saya sangat menderita. Saya selalu pergi mabuk-mabukan. Uang juga terus saya hamburkan. Uang sepertinya tidak berjodoh dengan saya. Semua yang saya hasilkan, saya pakai untuk minum, bahkan sampai besar pasak daripada tiang. Dahulu, jika mendapat seratus, saya habiskan dua ratus. Sekarang tidak begitu. Sekarang, saat mendapat seratus, saya akan menyimpan delapan puluh. Saat itu saya merasa ini sulit terbayangkan. Ternyata, mengenal rasa puas adalah kondisi yang paling kaya,” kata Chen Shou-shan relawan Tzu Chi.


Saat hidup di dalam kesesatan dan kekeliruan, dia bertemu jalinan jodoh baik dengan adanya orang baik yang membimbingnya. Dia mengikutinya dan bersumbangsih dengan sukacita.

Kini, di Xiaoliuqiu, dia selalu bersungguh-sungguh melakukan daur ulang dan juga telah dilantik sebagai relawan Tzu Chi serta memikul tanggung jawab misi pelestarian lingkungan di Xiaoliuqiu. Berhubung daerah itu adalah daerah wisata, sampah yang dibuang juga banyak. Bagaimana daerah kecil seperti Xiaoliuqiu dapat menampung begitu banyak wisatawan yang makan, minum, dan membuang sampah di sana?

Beruntung, ada sekelompok insan Tzu Chi yang bertekad memulai pelestarian lingkungan di sana. Barang-barang daur ulang itu harus diangkut ke Taiwan. Pemilik kapal juga merasa terharu sehingga menggratiskan biaya angkut. Dalam jangka panjang, pemilik kapal membantu mengangkut barang-barang itu ke Pulau Taiwan. Dengan sedikit perbuatan baik dari diri sendiri, orang baik dapat mengajak orang baik yang lain untuk bersama-sama berbuat kebajikan. Kita melihat perubahan hidup orang, juga melihat ketidakkekalan hidup.

Kita melihat Relawan Dai Yu-yuan. Dia baru berusia 50-an tahun. Berhubung sering sakit kepala, dia memeriksakan diri dan mendapati dirinya memiliki tumor.

“Tumor otak itu bisa tumbuh di tempat yang berbeda-beda. Tumor ini bersifat ganas. Dokter berkata bahwa ia dapat pecah sewaktu-waktu. Sesungguhnya, penyakit ini mendukung saya untuk belajar menggenggam waktu yang ada dan memanfaatkan setiap menit, setiap detik, dan setiap hari yang ada layaknya hari terakhir. Dia ingin memanfaatkan waktu untuk bersumbangsih hingga tarikan napas terakhir,” kata Dai Yu-yuan relawan Tzu Chi.

 

Dia berdamai dengan tumornya sehingga bisa bertahan sepuluh hingga dua puluh tahun ini. Dia sangat rajin, tekun, dan bersemangat. Dia berusaha memupuk kebajikan dan berusaha memanfaatkan kehidupannya untuk bersumbangsih hingga tarikan napas terakhir. Dia sangat dekat di hati saya. Dia mendengar nasihat saya untuk memanfaatkan kehidupan dan menggenggam setiap detik untuk meningkatkan nilai kehidupannya dan mengerahkan potensi hingga napas terakhir. Saya tidak sampai hati.

Saya tentu merasa tak sampai hati. Namun, saya paham bahwa dia telah menetapkan arah kehidupannya dengan sangat jelas dan tidak sembrono. Dia memiliki arah yang jelas. Dia juga telah menggenggam kesempatan untuk melakukan yang harus dilakukan tanpa menyia-nyiakan waktu.

Di Jalan Bodhisatwa Tzu Chi, dia tidak pernah lengah atau kendur. Dia selalu melangkah dengan mantap bersama dengan yang lainnya. Dia terlihat sama dengan orang sehat lainnya. Namun, dalam kehidupan ini dia juga penuh berkah. Selain dirinya dapat mengenal, mempelajari, serta mempraktikkan ajaran Buddha hingga memperoleh kesadaran dalam hidup, keluarga dan suaminya juga sangat mendukungnya. Putranya juga tumbuh dengan cemerlang dan berbakti.

Kehidupannya kali ini sangat indah. Batinnya pun bebas dari kemelekatan. Dia dapat berlapang dada dan berpikiran murni. Meski waktu kehidupannya tidak panjang, tetapi jalan kehidupannya terbentang rata. Dia juga telah melapangkan jalan dan menjalin jodoh baik dengan banyak orang. Dia membentangkan jalan dengan lancar di arah yang benar.

 

Dalam kehidupan di dunia ini, setelah satu pintu kehidupan tertutup, dia akan membuka pintu kehidupan yang lainnya. Pintu yang lain akan terbuka. Saat tiba di depan pintu itu, dia akan memulai kehidupan yang baru. Dengan tekad pelatihan dirinya yang teguh, saya yakin di kehidupan barunya, dia akan mengenal ajaran Buddha lebih awal. Dengan jalinan jodoh yang lebih matang, kelak kesempatannya untuk membimbing banyak orang akan semakin besar.

Dunia kita ini, dikatakan oleh Buddha bahwa kelak kekeruhannya akan semakin tebal. Karena itulah, justru semakin dibutuhkan kelompok Bodhisatwa yang datang membimbing orang-orang untuk menanam jalinan jodoh dengan Dharma yang benar di masa depan. Kita hendaknya menyebarkan benih agar kelak kita dapat kembali bertemu Dharma yang benar.

Benih milik Relawan Dai telah matang. Meski pohon kehidupannya kali ini telah rontok atau tumbang tertiup angin, tetapi kelak, dengan benih yang dibawanya, dia dapat kembali menanam pohon hingga bertunas menjadi pohon kecil, lalu bertumbuh menjadi pohon besar yang kembali menghasilkan benih ajaran Buddha dari satu menjadi tak terhingga.

Saya yakin dengan pandangan dan pengetahuan benar, kelak dia dapat terus mewariskan Dharma. Saya berharap Sutra Bunga Teratai terus diwariskan oleh orang-orang di masa depan.

Kekeliruan dalam hidup membuat manusia kehilangan arah
Sahabat baik membimbing untuk membuang tabiat buruk
Segera sadar dan membentangkan jalan tanpa menyia-nyiakan waktu
Meneruskan Dharma hingga masa depan

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 11 Agustus 2020          
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 13 Agustus 2020          
Kita hendaknya bisa menyadari, menghargai, dan terus menanam berkah.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -