Ceramah Master Cheng Yen: Mewariskan Dharma kepada Generasi Penerus

Cuplikan sharing Pan Liao Ye, relawan komite Tzu Chi Taiwan saat ramah tamah relawan Tzu Chi wilayah utara.

 “Pada tahun 1992, saya memiliki donatur di Nangang. Suatu hari dia berkata kepada saya, "Kakak Pan, ada seorang tetangga di sebelah rumah saya, suaminya tiba-tiba meninggal karena gagal hati fulminan. Lalu, kini dia tidak mau keluar rumah, hanya mengurung diri dan menangis. Dia seperti tidak ingin hidup lagi.”

“Setelah mengetahui kondisinya, saya lalu berkata kepada Kakak Jin-luan, "Dia bukan sengaja ingin meninggalkan kalian." "Yang paling dikhawatirkannya adalah 3 anaknya yang sudah tidak memiliki ayah." "Jadi, kini yang terpenting kamu harus bertahan hidup dengan teguh."

“Jin-luan, pada saat itu bagaimana perasaanmu?” tanya Pan Liao Ye.  “Saya merasa ada kekuatan,” jawab Jin-luan

“Lalu, bagaimana kamu bisa menggalang dana?” tanya Pan Liao Ye kembali. “Saya berpikir tak mau berutang budi terhadapmu, maka saya turut menggalang dana,” jawab Jin-luan.

doc tzu chi

Lihatlah, dia yang tadinya tidak berani bicara, kini bersedia keluar menggalang dana karena ingin membalas budi. Dia mulai menggalang dana dan kemudian menjadi anggota komite Tzu Chi. Dia juga mengajak menantunya serta dua orang di tempat kerjanya. Dua orang ini akhirnya juga dilantik menjadi anggota komite.

Kita melihat Pan Liao Ye. Demi membimbing satu orang, dia melakukan pendampingan dengan tulus
hingga akhirnya Jin-luan dapat melewati masa-masa sulit. Jin-luan juga sangat bijaksana. Dia ingin membalas budi. Balas budi terbaik adalah turut menggalang donatur. Saat pertama kali mendengarnya, saya sangat terharu. Dia membalas budi dengan bijaksana. Akhirnya, dia juga menginspirasi banyak orang untuk turut menjadi anggota komite. Saat itu, Jin-luan dibimbing oleh Pan Liao Ye. Kemudian, Jin-luan sendiri juga membimbing banyak orang. Saat hendak berkunjung ke Hualien, mereka membutuhkan sarana transportasi.

“Pada saat itu kita menggunakan Kereta Tzu Chi. Saat itu saya membeli tiket kereta untuk mereka. Dia mengajak belasan orang dari kantornya untuk berkunjung ke Hualien dengan Kereta Tzu Chi. Saat itu kami sangat bersungguh-sungguh dalam mengajak donatur.”

doc tzu chi

Kebetulan, saat hari keberangkatan tiba, saya menerima informasi bahwa saya harus  menyalurkan bantuan bencana ke luar negeri. Saya berpikir, "Gawat, saya harus membawa donatur berkunjung ke Hualien." "Jin-luan sifatnya agak pemalu." "Sekarang saya malah harus pergi ke luar negeri." "Saya harus bagaimana?"

Saat harinya tiba, saya memeriksa jadwal penerbangan saya. Saya mendampingi mereka yang berjumlah 12 orang naik kereta dari Taipei ke Yilan, lalu saya sendiri kembali lagi ke Taipei. Dalam perjalanan ke Yilan, saya terus bercerita tentang Tzu Chi. Saya juga menitipkan mereka kepada salah satu relawan.

“Jadi, saya sangat terharu. Saya merasa pada masa itu, para relawan sangat bersungguh hati dalam membimbing para donatur. Master berkata bahwa saat membimbing para donatur, kita juga diharapkan dapat menjadi penolong bagi keluarga mereka. Kami tidak meremehkan kekuatan satu orang pun,” cuplikan sharing Pan Liao Ye, relawan komite Tzu Chi Taiwan saat ramah tamah relawan Tzu Chi wilayah utara.

Lihatlah, seperti dirinya, juga bisa menjadi anggota komite Tzu Chi dan membimbing orang lain. Saya rasa beginilah kami sebagai anggota komite dapat menginspirasi lebih banyak orang. Lihatlah yang dilakukan para anggota komite di masa itu demi mendampingi para donatur untuk bisa datang ke Hualien.

doc tzu chi

Jadi, Tzu Chi harus dijalankan dengan ketulusan. Kita harus membimbing orang dengan tulus. Semangat para relawan senior ini harus kita teruskan. Saya percaya dalam misi amal kita, kekuatan cinta kasih tidak akan berkurang. Terlebih lagi, cinta kasih dan welas asih yang penuh ketulusan ini tidak akan berhenti. Cinta kasih ini pasti akan bertahan selamanya. Saya sangat tersentuh melihatnya.

Kita juga melihat perhatian antar saudara se-Dharma. Kita melihat seorang relawan lansia di Hualien yang sudah bergabung sejak masa-masa awal. Nomor anggota komitenya adalah 16. Lihatlah foto-foto itu. Dia menyimpan semuanya dengan sangat rapi. Ini sungguh tidak mudah. Lihatlah, dia sudah berusia lebih dari 90 tahun. Dia masih mewariskan Dharma untuk kita. Jadi, kita harus menjaga para relawan lansia dan membimbing para relawan muda. Dengan begitu, barulah akar Tzu Chi di Taiwan tidak akan terputus.

Di dalam Sutra Ksitigarbha dikatakan tentang orang yang telah berada di Jalan Bodhisatwa, yang akan berada di jalan ini, dan yang belum berada di jalan ini. Yang telah berada di jalan ini adalah yang seperti kalian. Kalian adalah yang telah terbimbing. Para relawan senior dan kalian semua yang kini berada di hadapan saya, Selama saya masih ada, semua adalah murid generasi pertama. Inilah "yang sudah terbimbing".

Kalian telah menerima Tzu Chi dan telah berjalan bersama saya. Misi amal, misi kesehatan, misi pendidikan, dan misi budaya humanis terwujud berkat usaha kita semua. Kita bukan hanya mewujudkannya, melainkan juga menjaganya. Kita juga melihat waktu terus berlalu dan anak-anak tumbuh semakin besar.

Kita lihat seorang anak bernama Ming-kai. Dia adalah penerima beasiswa Tzu Chi sejak duduk di bangku sekolah menengah. Kini ibunya juga telah pulih dari sakit. Anak itu sendiri sangat energik dan penuh semangat. Kini dia sudah hampir lulus dari universitas. Dia akan lulus tahun depan. Dia adalah anak yang rajin. Demikianlah cinta kasih insan Tzu Chi. Bukan hanya memenuhi kebutuhan hidup, kita juga memberi bantuan pendidikan.

Kini relawan Tzu Chi masih berada di Meksiko. Meski kita belum membagikan bantuan di sana, tetapi semangat cinta kasih Tzu Chi telah menyebar di Meksiko. Di sana telah diadakan beberapa kali pelatihan relawan. Para warga mendengar bahwa insan Tzu Chi memberi penghiburan dan perhatian dengan tulus di berbagai tempat. Mereka juga memahami bahwa kehidupan penuh penderitaan.

Mereka pun menyadari bahwa yang paling berharga bukanlah materi, melainkan cinta kasih yang tulus. Mereka telah mendengar dan memahami bahwa cinta kasih yang tulus tidaklah ternilai. Mereka telah tersentuh dan berkata, "Saya rela menjadi orang yang membantu sesama dengan cinta kasih yang tulus." Jadi, Tzu Chi telah membawa pengaruh bagi warga setempat sehingga relawan lokal semakin banyak.

Meski mereka juga merupakan korban bencana, tetapi mereka bersedia untuk membantu sesama. Jadi, Bodhisatwa sekalian, misi amal juga dapat dijalankan dengan saksama dan akurat sehingga dapat berpengaruh terhadapseluruh anggota masyarakat di suatu negara. Melihat semua ini, kita merasa bahwa tekad awal kita sangatlah penting.

Kalian semua juga sama seperti saya. Tanpa tekad awal di hati kalian, tidak akan ada Tzu Chi seperti hari ini. Semangat budaya humanis Tzu Chi harus sungguh-sungguh kita wariskan. Bisa? (Bisa) Baiklah. Terima kasih atas kesungguhan hati kalian yang terus memperkuat barisan Tzu Chi dengan penuh cinta kasih. Para relawan lansia harus kita jaga, para relawan muda harus kita bimbing. Saya mendoakan kalian semua. Terima kasih.

Menggalang hati dengan ketulusan dan tekad yang teguh
Anak penerima beasiswa Tzu Chi membawa harapan bagi masyarakat
Menenangkan hati warga dan mengajak mereka untuk turut bersumbangsih
Meneruskan jalinan cinta kasih dan keteladanan budaya humanis

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 20 November 2017
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 22 November 2017

Saat membantu orang lain, yang paling banyak memperoleh keuntungan abadi adalah diri kita sendiri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -