Ceramah Master Cheng Yen: Mewariskan Esensi Dharma dan Membentuk Hutan Bodhi


“Semuanya, kami akan pergi ke desa-desa suku asli untuk meninjau lokasi bencana. Kondisi jalan di sini sangat buruk. Kami harus meminta mereka untuk memandu bus kami agar dapat menuju ke sana. Apakah kalian bisa melihat kondisi banjir di sini? Kondisinya sungguh sangat parah,”
kata salah seorang relawan Tzu Chi.

Kita melihat bagaimana bencana membawa penderitaan bagi Afrika. Ini mengingatkan saya pada relawan kita dari Taiwan, yakni para pengusaha yang dahulu pergi ke Afrika Selatan untuk menjalankan usaha. Berkat jalinan jodoh, mereka dapat pergi ke sana. Menyaksikan penderitaan orang-orang di sana, mereka pun membangkitkan cinta kasih mereka. Berawal dari sebersit niat baik, mereka pun bertekad untuk mengajak orang-orang di sana berbuat baik bersama.

Saat itu, beberapa pengusaha dari Taiwan memiliki jalinan jodoh untuk menjangkau orang-orang di sana. Bapak Huang Ding-lin mengenal Tzu Chi setelah pindah ke Inggris. Kemudian, beliau kembali ke Afrika Selatan dan mulai menjalankan Tzu Chi bersama relawan lainnya, yaitu Pan Ming-shui, Zhuang Mei-xing, Shi Hong-qi, dan Zhang Min-hui. Mereka bersama-sama menjalin jodoh baik dan menjalankan Tzu Chi di sana.

Kondisi masyarakat di sana sangat tidak tenteram. Saya ingat suatu kali, mereka menggelar acara doa dengan menyalakan lilin bersama. Peristiwa itu terjadi pada tahun 1995. Kita mengirim lilin ke sana agar mereka dapat menggunakannya untuk berdoa bagi perdamaian dunia. Mereka juga berbagi tentang Tzu Chi dengan semua orang di sana.

Saya ingat saat itu, hanya ada beberapa relawan kita di sana. Karena itulah, saya sering berkata bahwa untuk berbuat baik di dunia yang luas ini, kita tidak boleh meremehkan kekuatan segelintir orang dan tetes-tetes cinta kasih. Asalkan kita bertekad, himpunan tetes-tetes cinta kasih dan kekuatan segelintir orang pun dapat menolong banyak orang.

Kita menggalang Bodhisattva dunia untuk menolong dan membimbing orang-orang agar mereka dapat memperbaiki kehidupan mereka. Relawan kita juga membantu mereka untuk berdiri di atas kaki sendiri dengan mengajari mereka menjahit. Saat itu, ada seorang pengusaha dari Taiwan yang menyumbangkan banyak kain agar mereka dapat menjahit pakaian. Semua itu berkat adanya jalinan jodoh.


Di negara yang penuh penderitaan itu, ada sekelompok pengusaha dari Taiwan yang semula pergi ke sana untuk menjalankan usaha. Namun, cinta kasih mereka terbangkitkan sehingga mereka juga menjalankan misi Tzu Chi untuk menolong orang-orang yang membutuhkan serta membimbing mereka untuk hidup mandiri dan mencurahkan perhatian kepada orang lain yang membutuhkan. Kita bisa melihat mereka yang menerima bantuan kita saat itu, kini juga turut membantu sesama.

Kita telah menjalankan Tzu Chi di Afrika Selatan selama 30 tahun. Di Afrika, Tzu Chi bermula dari Afrika Selatan dan terus menyebar ke negara-negara Afrika lainnya. Untuk memperbaiki kehidupan warga kurang mampu di Afrika, dibutuhkan waktu yang sangat panjang. Kita mungkin tidak bisa menjangkau semuanya dalam waktu satu tahun, sepuluh tahun, ataupun tiga puluh tahun.

Namun, asalkan orang-orang di Afrika dapat mengenyam pendidikan dari generasi ke generasi, maka rumah bata akan makin banyak dan gubuk jerami akan makin sedikit. Dengan meningkatkan taraf hidup mereka, mereka dapat tinggal di rumah bata dan menyekolahkan anak-anak mereka. Bertahun-tahun kemudian, kesejahteraan masyarakat seperti ini pasti akan terwujud.


Selama 20 hingga 30 tahun ini, saya telah melihat dedikasi para relawan, baik yang masih mengikuti pelatihan maupun yang telah dilantik. Mereka sungguh sangat tertib dan telah menginspirasi banyak orang untuk turut bergabung bersama mereka. Jadi, relawan kita telah memperbaiki kehidupan dan membangkitkan kekayaan batin banyak orang. Inilah yang membuat saya selalu dipenuhi dengan rasa syukur dan sukacita. Setiap kali, saya selalu melihat pertumbuhan relawan kita di Afrika.

Lihatlah, mereka juga berbagi semangat untaian tali pengikat bacang di sana. Melihat saya berbagi semangat untaian tali pengikat bacang di sini, mereka yang berjarak ribuan kilometer dari sini juga dapat mempraktikkan semangat ini dan berbagi dengan orang-orang di sana. Kita juga melihat bagaimana relawan yang telah dilantik membimbing relawan yang tengah menjalani pelatihan di sana. Makin banyak membahas tentang ini, saya makin bersemangat. Lihat, bukankah ini terlihat indah?

Saya sangat bersyukur kepada para relawan yang memulai Tzu Chi di Afrika. Dahulu, saat kita mengadakan pembagian bantuan, kondisi masyarakat setempat sangat tidak tenteram karena konflik bersenjata terus terjadi. Meski kondisi masyarakat tidak tenteram serta sering terjadi penjarahan dan lain sebagainya, tetapi relawan kita tetap mengantarkan barang bantuan sampai tempat tujuan dan membabarkan Dharma di sana. Itu bukanlah hal yang mudah.


Akibat karma buruk kolektif, banyak orang menderita di sana. Namun, kita juga melihat kebajikan di tengah karma buruk kolektif, yaitu orang-orang yang memiliki jalinan jodoh dengan relawan kita. Setelah menerima bantuan dari relawan Tzu Chi, mereka memperbaiki kehidupan mereka sehingga mereka juga bisa menolong orang yang membutuhkan. Mereka sungguh dipenuhi berkah. Berhubung dipenuhi berkah dan memiliki jalinan jodoh baik, mereka pun bisa menciptakan berkah bagi dunia. Intinya, demikianlah prinsip kebenaran.

Saya mengulas tentang hukum sebab akibat dengan kisah nyata zaman sekarang yang dapat ditelusuri waktu dan tokohnya. Mereka juga hidup di Afrika, tetapi mereka telah memperbaiki kehidupan mereka. Jadi, asalkan kita memiliki tekad, semua kesulitan bisa kita atasi.

Setiap kali melihat relawan kita di Afrika, saya sungguh sangat bersukacita dan terhibur. Saya merasa kehidupan saya kali ini tidak sia-sia karena saya telah menjalankan misi saya dalam kehidupan ini. Saya sangat berpuas diri dan tenang. Ketika saatnya tiba, saya pun bisa pergi dengan tenang.  

Asalkan memiliki tekad, kekuatan kecil pun sangat bermanfaat
Memperbaiki kehidupan masyarakat di Afrika dan menumbuhkan cinta kasih
Mewariskan esensi Dharma dan membawa manfaat bagi sesama
Terus menginspirasi relawan baru hingga membentuk hutan Bodhi

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 05 April 2022
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Devi
Ditayangkan tanggal 07 April 2022
Sikap mulia yang paling sulit ditemukan pada seseorang adalah kesediaan memikul semua tanggung jawab dengan kekuatan yang ada.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -