Ceramah Master Cheng Yen: Mewariskan Hati Buddha dan Tekad Guru


Tzu Ching telah berdiri selama 30 tahun. Pada usia 30 tahun, seseorang hendaknya sudah mandiri. Di antara para anggota Tzu Ching di sini, terdapat Tzu Ching senior yang telah menjalankan misi sejak 30 tahun yang lalu hingga sekarang.

Sejak dahulu, saya selalu yakin bahwa dalam pelantikan Tzu Cheng dan komite Tzu Chi setiap tahunnya, anggota Tzu Ching kita akan menghampiri saya dan berkata, "Master, anak Anda telah kembali." Setiap kali saya mendengar ini, saya akan melihat orang itu dan berpikir, "Ya, anak saya telah kembali." Sebelumnya, mereka adalah Tzu Ching. Saat ini, mereka datang untuk dilantik menjadi komite Tzu Chi atau Tzu Cheng. Inilah permulaan mereka untuk memikul semangat ajaran Buddha.

Mereka memikul bakul beras bagi dunia. Mereka telah membangun tekad dan ikrar untuk bergabung dalam barisan Bodhisatwa Tzu Chi. Bodhisatwa Tzu Chi harus mengemban tanggung jawab untuk memikul bakul beras bagi dunia.

“Dalam kesempatan hari ini, saya ingin menyemangati semuanya. Selama kita memiliki jalinan jodoh untuk menyalurkan bantuan bencana, bahkan bantuan bencana internasional, kita harus menggenggamnya. Dalam menjalankan misi, kita dapat mempelajari lebih dalam tentang welas asih dan kebijaksanaan Master. Namun, kita perlu menggenggam jalinan jodoh ini karena tidak mudah bagi kita untuk memiliki jalinan jodoh dengan Master. Setidaknya, kita harus menyaksikan ‘Lentera Kehidupan’ dan ‘Sanubari Teduh’ dengan hati dan pikiran yang tenang agar kita bisa mengembangkan kebijaksanaan kita, memahami pengetahuan dan pandangan Buddha, dan mempraktikkan semangat Bodhisatwa,” kata Michael Siao Wakil ketua Tzu Chi Filipina.

“Pada akhir tahun 2020, terjadi penutupan wilayah akibat pandemi Covid-19. Setelah itu, juga terjadi kerusuhan dan tindak kriminal, seperti penjarahan, di setiap daerah. Ini membuat hati semua orang tidak tenang. Saya bertanya-tanya mengapa dalam menjalankan misi, saya dan tim saya menghadapi begitu banyak tantangan. Meski demikian, berbagai jenis tantangan yang datang juga memberi kita kesempatan untuk lebih mendalami misi amal dan memperkuat tekad serta ikrar kita,” kata Huang Teng-wei Ketua Tzu Chi Afrika Selatan.

“Sungguh, saya bersyukur karena ada begitu banyak relawan yang menghimpun kekuatan bersama. Saya juga bersyukur atas ajaran Master. Kami selalu bertanya pada diri sendiri, "Dengan kondisi seperti ini, apa yang akan Master lakukan?" "Jika ini yang akan Master lakukan, apa pula yang harus kami lakukan?" Jika kita menghimpun Bodhisatwa, maka semuanya mungkin untuk dilakukan,” pungkas Huang Teng-wei.


Melihat dan mendengar Michael dan Teng-wei berbagi secara daring, saya sungguh senang dan merasa terhibur. Saya merasa bahwa beginilah seharusnya. Mereka adalah Tzu Ching yang memikul tanggung jawab dan menjadi teladan bagi dunia. Saya berharap bahwa seluruh Tzu Ching dapat memiliki jalinan jodoh untuk terjun ke tengah masyarakat.

Kita harus ingat bahwa ada sekelompok ayah dan ibu asuh Tzu Chi yang senantiasa mendampingi, menyayangi, dan melindungi kita dengan cinta kasih. Usia mereka telah memasuki usia lanjut seperti saya. Kalian yang sebelumnya masih muda, kini juga telah menginjak usia paruh baya serta membangun keluarga dan karier. Hendaklah kalian terus mewariskan semangat Tzu Chi. Jangan pernah lupa dengan Tzu Chi dan Tzu Ching. Kalian semua telah berikrar di hadapan saya. Kalian telah membangun tekad dan ikrar untuk bersumbangsih bagi dunia dengan menjadikan misi saya sebagai misi kalian dan hati Buddha sebagai hati kalian.

Saat ini, saya juga berharap anggota Tzu Ching yang telah membangun keluarga dan karier dapat mewariskan semangat Tzu Chi ke generasi berikutnya. Setelah 30 tahun berlalu, sebagian anggota Tzu Ching telah berusia 50 tahun dan ada yang mendekati 60 tahun. Jadi, waktu tidak menunggu siapa pun. Saya selalu berpikir apakah saya masih memiliki hari esok atau tahun depan. Saya tidak tahu.


Usia kehidupan kita akan terus berkurang seiring berjalannya waktu. Saya senantiasa memberi tahu semuanya untuk menginventarisasi kehidupan. Berapakah nilai kehidupan kalian? Apa yang disebut dengan nilai? Apakah kalian telah membawa manfaat bagi dunia? Hendaklah kita merenungkannya.

Sejak 2 tahun yang lalu, saya selalu berkata, "Jangan melupakan tahun itu. Jangan melupakan orang itu. Jangan melupakan hal itu." Dalam hidup kita, tahun manakah yang paling membuat kita terinspirasi? Jangan pernah melupakan hal yang membuat kita terinspirasi dalam hidup kita. Jangan pernah melupakan orang yang merupakan penyelamat dalam hidup kita. Hendaklah kita merenungkan hal ini. Inilah cara kita membuat hidup kita bernilai bagi dunia ini.

Guru saya berpesan pada saya untuk berjuang demi ajaran Buddha dan demi semua makhluk. Jadi, saya bersumbangsih bagi dunia demi ajaran Buddha dan demi semua makhluk. Saya telah menjadi monastik selama 60 tahun. Waktu terus berlalu dan usia saya makin bertambah. Sisa waktu saya di dunia terus berkurang bagai hitung mundur.

Saat ini, ada begitu banyak bencana akibat ulah manusia dan bencana alam yang mengakibatkan kerusakan besar. Ini membuat saya sungguh sedih dan khawatir. Satu-satunya obat mujarab ialah bervegetaris. Hendaklah kita memiliki pemikiran, pandangan, dan pengetahuan benar serta sungguh-sungguh bertobat. Kita harus menemukan cara untuk meluruskan pikiran manusia, menyucikan hati manusia, dan membangkitkan ketulusan mereka.


Bodhisatwa sekalian, ketulusan adalah hal yang paling dibutuhkan saat ini. Kita harus memandang dunia dengan pola pikir yang positif. Saya berharap semuanya dapat mengemban tanggung jawab untuk memikul bakul beras bagi dunia. Kalian yang tadinya masih muda, kini telah memasuki usia paruh baya. Kita harus membimbing generasi yang lebih muda dan bertanggung jawab kepada generasi yang lebih tua. Di masa lalu, guru dan orang tua menaruh harapan pada kita.

Hendaklah kita memperhatikan pendidikan bagi generasi berikutnya. Pendidikan dapat membawa harapan bagi masa depan. Saya pun menaruh harapan pada kalian semua. Saya berharap semua orang dapat memikul tanggung jawab untuk membawa harapan bagi dunia dengan mendidik generasi berikutnya dengan baik. Inilah harapan terbesar saya. Semua ini saya sampaikan agar kalian dapat mewujudkannya. 

Memiliki hati Buddha dan tekad guru yang teguh
Memikul bakul beras demi semua makhluk
Memberi teladan dengan ketulusan dan pikiran benar
Mewariskan harapan yang cerah 

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 18 Januari 2023
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Heryanto
Ditayangkan tanggal 20 Januari 2023
 
Kita sendiri harus bersumbangsih terlebih dahulu, baru dapat menggerakkan orang lain untuk berperan serta.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -