Ceramah Master Cheng Yen: Mewariskan Inti Sari Dharma dan Melindungi Alam

Saudara sekalian, siapakah yang bersedia pergi ke Jepang untuk membabarkan sila dan Dharma? siapakah yang bersedia pergi ke Jepang untuk membabarkan sila dan Dharma? Jika tidak ada yang bersedia, maka saya yang akan pergi. Saya akan berdiri di tempat penahbisan untuk membabarkan Dharma kepada kamu dan semua warga Jepang. Terima kasih, Mahabhiksu Jian Zhen. Yoei! Saya sangat tersentuh oleh kisah Mahabhiksu Jian Zhen.

Dalam 6 kali usaha untuk berangkat ke Jepang, beliau menghadapi banyak cobaan dan kesulitan. Akan tetapi, beliau sama sekali tidak menyerah. Beliau memiliki keyakinan yang teguh. Tidak peduli menghadapi rintangan apa pun, beliau tetap bersiteguh. Beliau rela mundur dan menunggu hingga waktu yang tepat, baru berangkat lagi ke Jepang.

Dalam proses syuting, Tang Mei-yun, Ketua grup opera Tang Mei Yun, teringat akan Master yang begitu bersungguh hati membabarkan Dharma dan memperhatikan murid-muridnya. Kami berharap dapat mempersembahkan program yang sesuai dengan pesan Master, yakni bukan sekadar memainkan opera, melainkan membabarkan Dharma dengan sungguh-sungguh menampilkan semangat dan kehidupan peranan yang kami mainkan.

Melihat pementasan Mei-yun, saya hampir meneteskan air mata karena saya dapat memahami kesulitan Mahabhiksu Jian Zhen. Beliau menghadapi banyak kesulitan. Namun, beliau telah menuntaskan misinya. Kita juga melihat banyak staf senior yang terus bekerja di Da Ai TV sejak Da Ai TV mengudara hingga sekarang. Chen Zhu-qi, Manajer divisi berita Da Ai TV mengungkapkan pada hari Da Ai TV mulai mengudara, Master tiba di lokasi sekitar lima menit sebelum upacara dimulai. 

Saat berjalan memasuki lokasi dan sampai di hadapan saya, Master berhenti melihat saya dan bertanya, “Apakah kamu merasa lelah?” Secara refleks, hanya dalam wakto 0,1 detik, saya menjawab, “Tidak.” Master tidak berkata apa-apa lagi, hanya melihat saya dan menganggukkan kepala, lalu menepuk bahu saya dan berjalan memasuki lokasi. Bagi saya, percakapan kami selama sekitar 10 detik itu merupakan pusaka yang paling berharga dalam hidup saya.

Hingga kini, saya masih sering mengenang momen itu. Meski awalnya saya dengan tersenyum berkata bahwa saya tidak lelah, tetapi setelah Master berjalan melewati saya, air mata saya mengalir tanpa bisa ditahan. Demi mempersiapkan pengudaraan Da Ai TV, saya sudah sekitar 50 jam tidak tidur karena banyak hal yang harus dipersiapkan. Ekspresi Master membuat saya merasa bahwa Master mengetahui kerja keras saya. Master juga tahu bahwa saya berkata tidak lelah karena tidak ingin membuatnya khawatir.

Guru saya dapat memahami saya. Bagi saya, ini sangatlah penting. Karena itu, selama sekitar 20 tahun ini, setiap kali merasa terpukul atau merasa lelah, saya selalu teringat akan ekspresi Master pada hari itu. Lalu, saya akan merasa bahwa tidak ada masalah karena Master memahami saya. Jadi, saya bisa terus melangkah maju dan memperoleh banyak kekuatan. Saya sungguh sangat tersentuh. Saya sangat berharap kita semua dapat memiliki kesatuan tekad. 

Kita bisa melihat sepasang suami istri, Deng Zhi-ming dan Yang Jing-hui yang memiliki kesatuan tekad. Mereka mengambil cuti dan mengunjungi insan Tzu Chi di Jepang untuk meliput berita di sana. Mereka meliput berita yang sangat menarik untuk Da Ai TV. Mereka telah menyatukan profesi dan misi. Saya sangat berterima kasih kepada staf kita yang sepenuh hati mendedikasikan hidup mereka untuk menciptakan mata air dalam misi budaya humanis untuk menyucikan hati manusia dan menumbuhkan jiwa kebijaksanaan setiap orang. Inilah tujuan kita.

Pagi ini, Profesor Peng berkata kepada saya bahwa kini, laju perubahan iklim lebih cepat daripada perkiraan. Mendengar perkataannya, saya semakin khawatir. Masih sempatkah kita menyelamatkan Bumi? Kini kita sangat berharap dapat melakukan berbagai tindakan sekaligus. Kita bukan hanya harus menyucikan hati manusia, tetapi juga harus mengimbau orang-orang untuk bervegetaris. 

Pagi ini, saya berkata kepada Profesor Peng,  “Apakah Anda bervegetaris?” Beliau berkata, “Ya.” Saya berkata, “Benarkah?” Beliau berkata, “Benar.” Lalu, saya berkata, “Jika saya yang mengimbau orang bervegetaris, maka ini adalah hal yang biasa karena saya adalah seorang tokoh agama.” “Saat saya mengimbau orang bervegetaris, orang-orang hanya menganggapnya sebagai seruan keagamaan.” “Akan tetapi, Anda adalah seorang ahli meteorologi.” “Anda bisa mengimbau orang bervegetaris dari sudut pandang seorang ilmuwan.” Akibat kondisi iklim yang tidak bersahabat, kita bisa melihat bencana kekeringan yang mengakibatkan gagal panen, krisis bahan pangan, dan kenaikan inflasi. Bagaimana warga bisa bertahan hidup? Karena itu, untuk menyelaraskan kondisi iklim, umat manusia harus benar-benar tersadarkan dan berhenti membunuh hewan demi memenuhi nafsu makan.

Dalam sedetik, sekitar 1.700 ekor hewan dibunuh di seluruh dunia. Satu hari terdiri atas 86.400 detik dan sekitar 1.700 ekor hewan dibunuh setiap detiknya. Saat hewan-hewan dibunuh, pasti ada rasa dendam dan keluh kesah. Di seluruh alam semesta, entah sudah terakumulasi berapa banyak rasa dendam dan keluh kesah. Karena itulah, alam mulai melawan. Selain itu, juga ada bencana akibat ulah manusia yang berawal dari masalah kecil. 

Kini ada berapa banyak pengungsi di dunia ini? Orang-orang di seluruh dunia saling bertikai tanpa alasan yang kuat. Ini sungguh menakutkan. Orang-orang mungkin akan merasa bahwa saya berkata demikian karena merupakan seorang tokoh agama. Karena itu, mari kita lihat dari sisi yang berbeda. Manusia menernakkan banyak hewan. Hewan juga membutuhkan makanan. Semakin banyak makanan yang dihabiskan hewan, maka semakin sedikit makanan bagi manusia. Kini kita harus mulai mengimbau orang-orang untuk tidak menernakkan hewan dan membiarkan hewan hidup secara alami.

Bukankah ini merupakan suatu hal yang baik? Dengan demikian, manusia akan memiliki lebih banyak makanan. Kondisi iklim dapat memengaruhi masa depan kita karena tanaman pangan yang dibutuhkan untuk kelangsungan hidup manusia berkaitan erat dengan kondisi iklim. Singkat kata, mari kita mengendalikan nafsu makan dan mengimbau orang-orang untuk tidak memboroskan bahan pangan. Selain mengurangi sampah dapur, kita juga harus mengurangi peternakan.

Sapi membutuhkan seember air untuk melepaskan rasa dahaga, sedangkan manusia hanya membutuhkan segelas. Intinya, demi memenuhi nafsu makan manusia, menghabiskan begitu banyak makanan untuk hewan ternak sungguh sangat disayangkan. Singkat kata, kita harus memiliki cinta kasih yang setara. Biarkanlah hewan-hewan hidup bebas dan alami. Alangkah baiknya jika hewan-hewan dapat hidup sesuai hukum alam seperti manusia. Manusia menernakkan hewan demi memperoleh keuntungan. Jika manusia tidak menernakkan hewan dan membiarkan mereka hidup secara alami, barulah mereka dapat hidup bebas. Ini baru cinta kasih dan welas asih.

Mementaskan kisah Mahabhiksu Jian Zhen untuk mewariskan inti sari Dharma

Menyatukan profesi dan misi untuk menumbuhkan jiwa kebijaksanaan

Menggunakan berbagai cara untuk mengimbau orang-orang bervegetaris

Mengasihi semua makhluk dan melindungi alam 

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 13 Juni 2016

Sumber: Lentera Kehidupan  - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 15 Juni 2016

Mendedikasikan jiwa, waktu, tenaga, dan kebijaksanaan semuanya disebut berdana.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -