Ceramah Master Cheng Yen: Mewariskan Jiwa Kebijaksanaan dan Memancarkan Aliran Jernih
Setiap tahunnya, saat ini merupakan momen bertambahnya Bodhisatwa di dalam keluarga besar Tzu Chi. Sebelum melakukan perjalanan, saya sangat bergumul dan bertanya-tanya apakah saya bisa melakukan perjalanan. Jika saya tak melakukan perjalanan, maka mungkin selamanya tak ada kesempatan lagi. Jadi, saya menantang diri sendiri, tak peduli bagaimanapun, saya tetap harus melakukannya walaupun hanya tersisa beberapa kesempatan saja. Jika kali ini saya tak melakukan perjalanan, maka mungkin selamanya tak ada kesempatan lagi. Jadi, saya berusaha menantang diri sendiri. Akhirnya, saya melakukan perjalanan dan lebih dari 20 hari telah berlalu.
Setiap hari saya mengucapkan syukur pada diri sendiri. Setiap hari, setelah selesai berinteraksi dengan para relawan, saya akan mengucapkan syukur pada diri sendiri. Saya harus bersyukur. Sejak kecil saya selalu memiliki rasa syukur, tak peduli dalam hal apa pun. Terlebih lagi, setelah menjadi bhiksuni, saya lebih memahami arti dari syukur. Saya bersyukur karena orang tua saya telah membesarkan saya. Tak peduli hal apa pun, saya selalu bersyukur.
Setelah menjadi bhiksuni dan mengenal ajaran Buddha, rasa syukur saya tak pernah berhenti sesaat pun, terlebih setelah Tzu Chi didirikan. Tzu Chi bisa melalui 52 tahun karena ada begitu banyak orang yang bersumbangsih. Setiap orang bersumbangsih dengan cinta kasih. Tak peduli besar atau kecilnya sumbangsih kalian, ini merupakan sebuah kekuatan bagi Tzu Chi. Jadi, setiap hari saya mengucapkan syukur.
Saya berjuang untuk melakukan perjalanan dengan penuh rasa syukur karena ingin menggenggam waktu. Kita harus menggenggam waktu untuk meningkatkan nilai kehidupan kita. Selama masih hidup, kita harus menggenggam setiap detik yang ada dan memanfaatkan kehidupan kita untuk menjalani kehidupan yang bernilai. Ketika memberi bantuan kepada orang yang membutuhkan, itu adalah kehidupan yang paling bernilai.
Contohnya, di Mozambik, ada satu orang yang sudah menjadi relawan selama beberapa tahun. Karena dia sangat kurang mampu, para tetangganya selalu berkata padanya, "Kondisi ekonomi kamu seperti ini, terima saja bantuan dari Tzu Chi dan menjadi penerima bantuan, bukankah sangat baik? Mengapa kamu tidak menerima bantuan, malah ikut mendedikasikan diri?" Saya sangat terkesan atas jawabannya. Dia menjawab, "Bantuan yang diberikan bisa habis, tetapi saya bisa bersumbangsih untuk selamanya." Betapa bijaksananya dia.
Memang, menerima bantuan selalu ada batasnya. Dalam membantu pembagian barang bantuan, dia bisa memberikan barang bantuan kepada orang yang sangat membutuhkan secara langsung. Dia merasa cinta kasih seperti itu mendatangkan perasaan sukacita. Saya sangat memujinya. Inilah kebijaksanaan dan cinta kasih. Di saat yang sama, dia juga dipenuhi rasa syukur. Bersyukur, menghormati, dan cinta kasih merupakan kualitas luhur yang paling tinggi dalam kehidupan kita. Kita bersumbangsih tanpa pamrih dan tak timbul niat serakah dalam diri kita. Kita tidak serakah terhadap kekayaan dan tak mengejar ketenaran. Ini sangat menyentuh orang.
Misi amal kita sangat membutuhkan dukungan dari media massa kita. Dengan adanya bantuan media massa, barulah kita bisa melihat hal yang terjadi di dunia yang luas ini. Semoga media massa kita bisa meliput lebih banyak hal yang terjadi di dunia agar kita bisa melihatnya dan melakukan sesuatu. Jika tak bisa melihat dan mendengar hal yang terjadi di dunia, kita sama sekali tak bisa melakukan sesuatu. Karena itu, kita membutuhkan Da Ai TV.
Dua puluh tahun yang lalu, saya pernah mengatakan bahwa kita harus menggali sumur untuk memancarkan aliran jernih. Untuk menggali sumur ini sangatlah sulit. Tujuan menggali sumur ialah saya berharap bisa melihat aliran jernih. Aliran jernih seperti ini bisa menyucikan hati manusia. Tujuan saya ialah agar kita bisa melihat penderitaan di dunia. Selain pergi memberikan bantuan, kita juga harus memahami kondisi kehidupan masyarakat dan menyucikan hati manusia dengan menyiarkan kebenaran dan membimbing ke arah yang benar.
Saya sangat berharap Da Ai TV dapat benar-benar mengembangkan aliran jernih dan menyebarkannya ke seluruh dunia agar bisa menyucikan hati manusia dan melenyapkan perselisihan antarsesama. Hanya dengan melenyapkan kekeruhan dalam batin dan menyiraminya dengan cinta kasih, barulah masyarakat kita bisa harmonis. Ketika hati manusia tersucikan, masyarakat baru bisa harmonis.
“Murid Jing Si dan staf budaya humanis berikrar kepada Master, kami akan mempraktikkan ajaran Buddha dan menciptakan berkah bagi dunia; membangkitkan cinta kasih di dalam hati, mewariskan silsilah Dharma untuk menumbuhkan jiwa kebijaksanaan, dan menjalankan misi budaya humanis dengan penuh keyakinan. Semoga Master sehat selalu dan panjang umur; terus memutarkan roda Dharma dan memiliki berkah yang tak terbatas. Terima kasih, Master.”
Bodhisatwa sekalian, setelah mendengar dan melihat semuanya, saya dipenuhi rasa syukur. Kehidupan tidak kekal, tetapi jiwa kebijaksanaan abadi selamanya. Misi budaya humanis Da Ai TV adalah aliran jernih yang mewariskan jiwa kebijaksanaan. Saya berharap kalian semua jangan melupakan orang yang menggali sumur. Saya berharap Da Ai TV dapat terus memancarkan aliran jernih. Misi kita ialah menyucikan hati manusia. Inilah harapan terbesar saya.
Saya berterima kasih kepada seluruh staf Da Ai TV yang telah bekerja sama dengan cinta kasih, satu hati, dan harmonis. Kita harus melenyapkan penderitaan di dunia dan menumbuhkan jiwa kebijaksanaan. Saya mendoakan kalian semua. Terima kasih.
Master selalu bersyukur setiap saat
Menumbuhkan kebijaksanaan dan bersumbangsih tanpa pamrih
Menggali sumur untuk memancarkan aliran jernih guna meneruskan jiwa kebijaksanaan
Aliran jernih cinta kasih menyebar ke seluruh dunia
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 6 Desember 2018
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Li Lie, Marlina
Ditayangkan tanggal 8 Desember 2018
Editor: Khusnul Kotimah