Ceramah Master Cheng Yen: Mewariskan Jiwa Kebijaksanaan dan Mencatat Sejarah


Saya merasa sangat senang bisa kembali ke Changhua. Suasananya benar-benar seperti merayakan Tahun Baru dengan adanya barongsai. Waktu berlalu dengan cepat. Satu hari memiliki 86.400 detik. Ya, semuanya harus mengingat angka ini. Jika kita hanya berbicara tentang "satu hari", kita tidak akan merasakan apa-apa. Namun, jika kita menghitungnya dalam detik, berapa banyak detik yang telah berlalu hingga saya ada di sini? Betapa singkatnya waktu ini dan betapa cepatnya waktu berlalu.

Nilai kehidupan manusia terletak pada waktu karena waktulah yang memungkinkan kita untuk melakukan banyak hal. Melakukan setiap hal dengan hati dan berkah yang dimiliki berarti telah melakukan kebajikan. Orang seperti itu akan dihormati dan dicintai semua orang. Sama halnya dengan Bodhisatwa sekalian. Kita telah memilih arah yang bajik. Namun, jika hati kita sedikit menyimpang, hanya dalam sekejap, pikiran kita dapat membawa penyimpangan bagi dunia. Oleh karena itu, sangat penting bagi kita untuk menjaga pikiran baik dan penuh cinta kasih.

Lihatlah, kita semua berkumpul di sini karena kita memiliki hati yang penuh dengan cinta kasih. Semuanya tahu bahwa kita selalu menyerukan kepada semua orang untuk menghimpun cinta kasih. Saya sering mengatakan bahwa kita harus memiliki energi berkah. Setiap hari, saya selalu berkata, "Satu kebajikan dapat melenyapkan ribuan bencana." Oleh karena itu, kita harus banyak menciptakan berkah.

Terlebih lagi, dengan cinta kasih yang tulus, selama ada penderitaan di dunia dan selama kita masih hidup, kita harus membangkitkan cinta kasih dan potensi bajik itu. Dengan demikian, kita akan merasa bahagia setiap hari. Ada orang yang berkata, "Menciptakan berkah adalah sumber kebahagiaan." Oleh karena itu, kita semua harus bahagia.


“Master, saya sangat mengasihi Anda. Semoga Master selalu menjaga Kesehatan,”
kata Huang Cai-kuan relawan Tzu Chi berusia 106 tahun.

Ya, lihatlah bahwa dokter selalu menjaga saya. Jadi, Anda tenang saja.

“Semoga Master panjang umur dan terus memutar roda Dharma. Terima kasih, Master. Kami membutuhkan Master,” pungkas Huang Cai-kuan.

“Saya mengenal Tzu Chi berkat ibu mertua saya. Setelah dilantik, beliau mendedikasikan diri dalam berbagai kegiatan Tzu Chi. Saya sering bertanya pada beliau dan adiknya, ‘Apa yang membuat Master begitu menarik? Mengapa kalian begitu sibuk membantu Master dan mengikuti jejaknya?’ Ibu mertua hanya menjawab, ‘Kamu bergabung saja dan turut serta melakukannya.’ Jika hanya melihat dari luar, kamu tidak akan mengerti’,” kata Huang Yu-qian relawan Tzu chi.

“Setelah ikut dalam kunjungan kasih, barulah saya menyadari bahwa saya memiliki tanggung jawab yang besar. Saya makin ingin memahami penderitaan mereka dan mencari cara untuk membantu mereka. Master pernah berkata, ‘Ketika orang yang menderita tidak bisa keluar mencari pertolongan, maka orang-orang yang penuh berkahlah yang harus menghampiri mereka.’ Saya selalu mengingat kalimat ini. Saya berharap dapat menjadi cahaya dalam kegelapan untuk menerangi mereka yang membutuhkan,” pungkas Huang Yu-qian.

“Pascagempa 21 September 1999, ayah dan ibu saya menjadi anggota Tzu Cheng dan komite Tzu Chi. Tahun lalu, adik perempuan saya dan suaminya juga dilantik menjadi komite Tzu Chi. Kini, dalam keluarga kami ada 5 orang yang menjadi insan Tzu Chi. Dua putri saya juga telah mengikuti berbagai kegiatan Tzu Chi. Mereka telah bervegetaris sejak dalam kandungan. Master, tenanglah. Kami akan terus menapaki Jalan Bodhisatwa,” kata Chen Jia-yu relawan Tzu Chi.

“Master yang terhormat dan terkasih, anak-anak muda di Changhua telah kembali. Kami akan mengikuti jejak Master dari kehidupan ke kehidupan.”

Bukan hanya kalian yang berjalan bersama saya, saat ini juga ada begitu banyak orang di berbagai negara yang mendengarkan saya. Kekuatan anak-anak muda sangatlah besar. Hendaknya kita bersatu dan bekerja sama dengan harmonis untuk menyebarkan kekuatan cinta kasih.


Saya sangat bersyukur atas harapan yang ada di dunia ini. Dengan penuh sukacita, saya merasa bahwa saya harus mengambil langkah yang lebih jauh dan berbicara lebih banyak. Inilah jalinan jodoh yang harus saya genggam. Changhua adalah tempat yang sudah sangat matang. Semuanya dapat memahami saya dengan sangat baik. Selama hampir 60 tahun, kita telah melangkah dengan mantap. Bagaimana kita melangkah maju selama ini? Inilah yang patut kita puji.

“Tzu Chi adalah setengah dari hidup saya. Tahun ini, saya berusia 61 tahun dan saya bergabung dengan Tzu Chi sejak usia 29 tahun. Tekad awal saya tidak pernah berubah. Saya berikrar dari kehidupan ke kehidupan, akan terus memiliki jiwa dan DNA Tzu Chi dalam diri saya. Saya berterima kasih kepada Master yang telah memberi saya kesempatan dan kebijaksanaan ini sehingga saya dapat memanfaatkan teknologi untuk menyebarkan Dharma setiap hari. Terima kasih, Master. Saya yakin bahwa semua orang adalah pewaris Dharma,” kata Jian Shu-si relawan Tzu Chi.

Hendaknya kita memanfaatkan teknologi untuk menyebarkan Dharma setiap hari. Saya sangat berharap bahwa semua orang dapat meninggalkan nilai kehidupan dan sejarah Tzu Chi di dunia.

Belakangan ini, saya terus menekankan pentingnya mencatat sejarah. Kita perlu mengenang dan mencatat sejarah masa lalu. Jika mampu menulis, tulislah sendiri. Namun, perlu ada orang yang menjadi saksi dan janganlah dilebih-lebihkan. Kalian harus menulisnya dengan jujur. Jika tidak dapat menulis, mintalah orang lain untuk menulisnya. Janganlah dilebih-lebihkan dan tetap harus ada saksi yang mencatat dengan terperinci tentang siapa yang melakukan, tahun berapa, bulan berapa, dan bagaimana hal tersebut dilakukan.


Ada banyak kisah yang jika diceritakan, dapat membuat orang lain tersenyum. Namun, senyuman itu sering kali disertai dengan alis yang berkerut. Kerutan di alis itu mencerminkan perasaan tentang betapa sulit, berat, dan bahayanya perjalanan yang telah dilalui. Namun, mereka tetap menikmati prosesnya karena membantu orang lain adalah sumber kebahagiaan. Saya yakin bahwa kehidupan mereka sangat bernilai.

Saudara sekalian, kalian yang duduk di sini juga memiliki nilai kehidupan yang berharga. Kalian masuk ke pedesaan dan mengunjungi keluarga-keluarga yang kesulitan. Ketika anggota Tzu Cheng dan relawan lainnya membantu membersihkan dalam rumah, ada pula yang membantu para lansia untuk mandi sehingga tubuh mereka menjadi bersih dan segar. Begitu pun rumah mereka menjadi bersih dan rapi. Dengan demikian, para kakek dan nenek dapat tinggal dengan nyaman.

Mereka mungkin telah menderita selama puluhan tahun, tetapi dalam beberapa jam saja, hidup mereka berubah menjadi bahagia berkat kalian. Ini adalah hal yang sangat menyentuh. Kisah-kisah yang menyentuh ini juga merupakan bentuk pendidikan bagi generasi selanjutnya. Buku yang kita tulis adalah bagian dari sejarah. Hendaknya kalian mencatat sejarah dengan baik sehingga jiwa kebijaksanaan Tzu Chi dapat diteruskan selamanya di dunia.

Melindungi pikiran bajik dalam setiap menit dan detik
Menghimpun cinta kasih, menciptakan berkah, dan menghargai jalinan jodoh
Mewariskan jiwa kebijaksanaan dan mencatat sejarah
Meneruskan silsilah Dharma Jing Si dan mazhab Tzu Chi

Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 21 Desember 2024
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Graciela
Ditayangkan Tanggal 23 Desember 2024
Keindahan kelompok bergantung pada pembinaan diri setiap individunya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -