Ceramah Master Cheng Yen: Mewariskan Jiwa Kebijaksanaan dengan Pandangan Luas terhadap Kebenaran


“Kami melakukan restorasi dengan tujuan untuk mengembalikan Sutra Teratai ini ke kondisi aslinya. Sutra ini disimpan di Vihara Yongquan, Gushan. Papan cetakan yang digunakan pada zaman itu dibuat dengan ukiran kayu menggunakan pisau ukir. Di atas kitab tersebut tertulis, ‘Dicetak dengan dana pribadi kepala vihara.’ Maknanya ialah jilid pertama didanai oleh kepala vihara saat itu, kemudian jilid dua hingga empat dicetak pada tahun 1874. Semua jilid Sutra Teratai ini memiliki kesamaan yang umum, yaitu serangan ulat kayu dan jamur yang sangat parah, banyak pita perekat yang menempel, dan banyak halaman yang sobek. Selain harus mencari berbagai jenis kertas yang berbeda untuk setiap jilid, masih banyak hal yang harus kami lakukan,”
kata Xu Mei-wen Ahli restorasi Perpustakaan Nasional Taiwan.

“Ketika kitab ini sampai di Perpustakaan Nasional Taiwan, kami melakukan pengendalian ulat kayu dan menekan pertumbuhan jamur. Kami melakukannya sekitar 2 kali untuk 7 jilid hingga bau jamur di atasnya perlahan-lahan berkurang. Selain itu, akibat kotoran yang parah, beberapa huruf sudah tidak terlihat. Saat proses restorasi, meski hurufnya sudah tidak terlihat, kami tidak akan menambal huruf-huruf tersebut, tetapi berusaha mempertahankan teks aslinya,” pungkas Xu Mei-wen.

Mengembalikannya seperti sediakala? (Benar.) Saya merasa sangat dekat dengan Sutra ini. Saya seperti meraba sumber jiwa kebijaksanaan saya sendiri. Saya merasa sangat senang dapat melihatnya kembali. Sutra Teratai berisi tujuan utama Buddha datang ke dunia. Tujuan utama Buddha datang ke dunia ialah membabarkan Sutra Teratai karena isinya sangat sesuai dengan berbagai kapasitas dan karakter semua makhluk di dunia. Berkat matangnya jalinan jodoh, Buddha mencapai pencerahan pada 2.500 tahun yang lalu. Apa yang Beliau sadari saat itu? Semua prinsip kebenaran di alam semesta.


Tadi, saya telah mendengar tentang bagaimana merestorasi Sutra ini sehingga banyak pengetahuan yang saya peroleh. Ternyata, Sutra ini, ketika sampai di perpustakaan, akan diserahkan kepada ahlinya. Saat dibuka, ditemukan mikroorganisme yang tak terhitung jumlahnya. Hal ini mengingatkan saya pada kisah Buddha di dunia. Saat Beliau berada di tepi sungai, Beliau merasa haus dan mengulurkan tangan-Nya untuk mengisi mangkuk dengan air sungai. Sebagai makhluk awam, kita akan melihat airnya jernih, tetapi Buddha melihat bahwa di dalamnya terdapat 84 ribu serangga. Sama halnya di sekitar Anda dan saya, ada banyak makhluk yang tak terlihat oleh mata kita.

Pepatah kuno mengatakan, "Tiga inci di atas kepala ada dewa." Menurut ajaran Buddha, ada banyak dewa pelindung Dharma di sekitar kita. Orang awam pada umumnya berkata bahwa para dewa akan mencatat perkataan kita, baik kata-kata yang baik, jujur, maupun bohong. Apa yang kita katakan mengungkapkan isi hati kita. Jika memiliki hati yang tulus, kita akan selalu berkata jujur dan bertutur kata baik. Tanpa ketulusan, ketika berbicara, seseorang akan memikirkan kata-kata indah yang kosong dan berusaha mengemas kata-kata tersebut. Ini bukanlah perkataan yang jujur.

Hendaknya kita memiliki hati yang tulus sebagaimana kita menghilangkan jamur dan kuman yang ada pada buku tua. Jadi, terhadapi prinsip kebenaran psikis ataupun fisik, baik yang disampaikan lewat ucapan maupun tidak, baik yang memiliki wujud maupun tidak, baik yang bersuara maupun tidak, Buddha mengajarkan kepada kita untuk memiliki kesungguhan. Sama halnya dengan Sutra ini.


Saat ini, kita membutuhkan usaha besar untuk membersihkannya dan membutuhkan teknologi tinggi untuk merestorasinya. Semua ini membutuhkan ketulusan. Saya sangat berharap selagi saya masih hidup, saya dapat mengerahkan usaha untuk melestarikan Sutra yang menjadi sumber bagi saya dalam mengenal ajaran Buddha, yaitu Sutra Teratai ini.

Sutra yang telah melewati berbagai masa ini, saat ini telah direstorasi dan ini adalah sejarah yang sangat berharga. Saya telah mengatakan bahwa saya mengakumulasi jiwa kebijaksanaan melalui Sutra ini. Namun, pusaka berwujud ini telah usang. Kita menyelamatkan jiwa kebijaksanaan ini. Baik itu Al-Qur'an yang berisi rahmat Allah maupun kitab Sutra yang mencatat ajaran Buddha Sakyamuni, hendaknya kita melestarikannya.

“Ketika saya pertama kali memberikan Al-Qur'an ini kepada Master, Master melihat bahwa dalamnya telah banyak yang rusak. Master merasa bahwa kita perlu melestarikan warisan dunia ini sehingga meminta kami membawanya ke Perpustakaan Nasional Taiwan untuk direstorasi,” kata Faisal Hu relawan Tzu Chi.

Pada awalnya, semua yang ada di dunia ada dalam kesatuan. Namun, seiring berjalannya waktu, orang-orang telah bermigrasi ke berbagai tempat dan menciptakan keragaman budaya. Saat ini, hendaknya kita membawa keragaman budaya di dunia dan menyatukannya kembali demi mencapai keharmonisan dan kedamaian universal. Perbedaan pada hal-hal kecil mungkin ada, tetapi secara garis besar semuanya memiliki semangat yang sama.


Kita harus memandang agama dari sudut pandang yang luas. Semua agama mengandung prinsip kebenaran. Allah, Yesus Kristus, dan Buddha Sakyamuni sesungguhnya mengajarkan prinsip yang sama. Dengan bahasa yang paling sederhana, nilai intinya adalah cinta kasih. Dengan semangat cinta kasih yang sama, semua agama dapat bersatu dan harmonis. Inilah kebenaran.

Saya sangat bersyukur ketika melihat anak-anak menyulam. Hati dan pikiran mereka dipenuhi dengan ketulusan. Dengan hati yang tulus, mereka menuangkan apa yang ada di pikiran mereka ke dalam sulaman tangan. Pikiran dan hati kita bagaikan seorang seniman. Apa pun yang seorang seniman pikirkan, dia mewujudkannya ke dalam suatu karya seni. Segala sesuatu dipelopori oleh pikiran. Demikian pula, agama memiliki semangat yang sama.

Ketika saya menerima Al-Qur'an itu, hal yang pertama kali terlintas dalam pikiran saya ialah saya menghargai prinsip kebenaran di dalamnya. Saya juga menghargai nilai sejarahnya. Saya berharap kebenaran kuno ini dapat dilestarikan. Meski tidak memahami isi di dalamnya, saya percaya bahwa ia pasti mengandung prinsip kebenaran yang berharga. Oleh karena itu, dengan tulus saya berharap kitab itu dapat direstorasi. Saya berterima kasih kepada Faisal Hu dan Ru-yi yang telah memenuhi keinginan saya. Semangat cinta kasih ini hendaknya dapat selamanya kita jaga dengan penuh kebijaksanaan. Terima kasih. 

Mewariskan jiwa kebijaksanaan dengan merestorasi kitab Sutra
Pikiran bagai seniman yang dapat mewujudkan berbagai karya
Semua agama mengajarkan prinsip kebenaran
Memperpanjang jalinan kasih sayang dengan cinta kasih agung

Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 22 Desember 2023
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet
Ditayangkan Tanggal 24 Desember 2023
Benih yang kita tebar sendiri, hasilnya pasti akan kita tuai sendiri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -