Ceramah Master Cheng Yen: Mewariskan Kebaikan dan Berkah dalam Keluarga


“Selama latihan, saya sangat terharu karena para relawan lansia tidak pernah terlambat atau melewatkan latihan. Mereka juga tidak pernah libur. Mereka mengatakan bahwa mereka tidak memiliki banyak waktu. Karena itu, mereka harus menggenggam kesempatan untuk menumbuhkan jiwa kebijaksanaan dengan berpartisipasi dalam acara besar ini
,” kata Chen Chun-xing relawan Tzu Chi.

"Baik rintangan maupun rasa sakit pada fisik, tidak ada yang bisa menghalangi mereka. Saya melihat keteguhan dan keberanian mereka. Ini membuat saya menyadari bahwa kita harus bersyukur atas segalanya,” pungkas Chen Chun-xing.

“Saya memiliki relawan lansia di dalam tim saya. Mereka mengenakan penyangga pinggang dan lutut serta harus melakukan gerakan menggali tanah. Kakak Ci Yue mengatakan, ‘Kalian harus menggali lebih keras lagi.’ Namun, tangan mereka tidak bertenaga. Dia mengatakan, ‘Berjongkoklah lebih rendah lagi supaya terlihat seperti gerakan menggali.’ Namun, mereka tidak bisa berjongkok sehingga tidak terlihat seperti gerakan menggali,” kata Jian Shu-fang relawan Tzu Chi.

“Mereka semua adalah relawan lansia yang sudah sangat berpengalaman. Kami menyarankan kepada mereka untuk beralih ke tim yang gerakan fisiknya tidak terlalu berat dan meminta mereka untuk menjaga kesehatan mereka. Namun, mereka menolaknya. Mereka mengatakan bahwa mereka memiliki impian dan ingin terus melakukannya. Mereka adalah panutan kita. Saya sangat terharu dengan semangat kegigihan mereka,” pungkas Jian Shu-fang.

Bodhisatwa sekalian, saya sangat kagum pada kalian. Baik yang tampil di atas panggung maupun yang berada di samping panggung, kalian adalah bagian dari pementasan. Saya tidak mampu melakukannya. Namun, demi kalian, saya melakukan perjalanan pulang pergi untuk melihat pementasan ini. Saya berangkat dari Taipei ke Kaohsiung pagi-pagi sekali. Setelah pementasan usai, saya langsung kembali ke Taipei. Ini juga memecahkan rekor saya.


Sebenarnya, dapat menggenggam kesempatan untuk tampil, baik di atas panggung maupun di samping panggung, ini adalah berkah. Kalian adalah peserta dalam acara pementasan ini. Dengan menjadi peserta, kalian memperoleh pemahaman. Kalian mulai mendapatkan pemahaman sejak kalian menerima undangan ini. "Apakah saya harus ikut? Ya, saya harus ikut. Bagaimana saya bisa mengikuti gerakan orang lain?" Saat itu, ada banyak latihan serta banyak gerakan berdiri dan berlutut. Prosesnya sungguh tidak mudah.

Bagi para peserta yang mengikuti latihan, saya yakin kalian akan selalu mengingat setiap proses yang dilalui dalam pementasan ini. Saya yakin seusai pementasan ini, kalian pasti memperoleh sukacita dalam Dharma.

“Setelah bergabung, saya mengenal banyak relawan muda. Hari itu, ketika pementasan usai, banyak orang merasa terharu, bahkan hingga meneteskan air mata. Kami memikirkan cara untuk meneruskan rasa haru ini. Kami tidak ingin semua orang bubar begitu saja setelah pementasan ini usai. Saya juga turun ke jalan untuk menggalang donasi bagi para korban gempa Turki dan Suriah untuk pertama kalinya. Saya melirik bibi dan paman relawan di sebelah saya. Mereka semua sangat hebat. Tak ada seorang pun yang merasa malu. Mereka berbicara dan mengajak orang-orang berdonasi,” kata Xu Xiang-er relawan dalam pengenalan.

“Saya menyadari bahwa para bibi dan paman relawan melakukan ini bukan untuk diri mereka sendiri, melainkan untuk membantu para korban gempa Turki dan Suriah serta pembangunan kembali di sana. Sebenarnya, yang terpenting bukanlah berapa banyak seseorang berdonasi, melainkan sebersit niat baik yang muncul pada saat itu, yaitu niat yang sangat murni untuk membantu orang lain. Contohnya donasi 50 sen. Jika hanya satu orang, mungkin kekuatannya sangat kecil. Namun, saat banyak orang melakukan hal yang sama, kekuatan cinta kasih yang terhimpun menjadi sangat besar,” lanjut Xu Xiang-er.

“Jadi, untuk ke depannya, para relawan muda kita tidak akan berhenti melangkah dan akan terus melangkah maju. Semua orang, termasuk saya sendiri, akan terus mengembangkan potensi di dalam diri. Kami akan mengajak lebih banyak anak muda untuk bergabung dan bersama-sama menapaki Jalan Bodhisatwa,” pungkas Xu Xiang-er.


Inilah sebabnya saya mengatakan bahwa kalian telah mengembangkan nilai kehidupan. Kalian bersumbangsih dengan sungguh-sungguh dan telah mengembangkan nilai kehidupan.

Bodhisatwa sekalian, nilai-nilai ini telah terakumulasi selama puluhan tahun. Itu merupakan berkah dan kebijaksanaan. Kalian telah berjodoh dengan Tzu Chi selama puluhan tahun. Kalian bertemu saya, mendengarkan Dharma, serta telah melihat kemiskinan dan penderitaan. Jadi, setelah mendengarkan ajaran saya, kalian berbuat kebajikan dan menciptakan berkah.

Kita telah melihat realitas dunia. Orang yang miskin begitu miskin dan orang yang didera penyakit begitu menderita. Ketika relawan Tzu Chi mengetahui keberadaan orang-orang yang membutuhkan bantuan, kita menghimpun sedikit demi sedikit donasi dari orang-orang. Ketika terjadi bencana di suatu tempat, kita bisa tepat waktu tiba di sana dan membantu mereka.

Setiap kali menyalurkan bantuan, kita harus memberikan bantuan yang berarti. Dana untuk menyalurkan bantuan berasal dari para donatur yang secara rutin menyumbangkan sejumlah uang. Pada awalnya, orang-orang menyumbangkan 50 sen, 5 dolar NT, atau 10 dolar NT. Sekarang, sebagian besar donatur menyumbangkan 100 dolar NT setiap bulan.

Dengan prinsip yang sama, dengan mengumpulkan donasi dalam jumlah kecil dari banyak orang dalam jangka waktu yang lama, kita dapat terus membantu orang-orang yang mengalami penderitaan di seluruh dunia, baik yang jaraknya dekat maupun yang jauh. Jadi, praktik sederhana ini dapat membawa manfaat yang begitu besar. Berkat praktik sederhana ini di Taiwan, kita dapat menyebarkan kekuatan cinta kasih Tzu Chi ke seluruh dunia.

Kita harus bersyukur atas masa kini dan mempertahankan tekad pelatihan yang telah kita bangkitkan di masa lalu. Hendaklah kita menjalin jodoh baik dengan semua makhluk dan memanfaatkan waktu kita sekarang. Meski kita baru mengetahui untuk mewariskan kebaikan di dalam keluarga saat kita sudah lanjut usia, kita harus mulai berbagi informasi tentang Tzu Chi kepada anak cucu kita serta membimbing mereka untuk bergabung di Tzu Chi.


Satu generasi membimbing generasi berikutnya untuk bergabung di Tzu Chi. Anak cucu kita akan meneruskan semangat Tzu Chi dari generasi ke generasi. Setelah kita meninggal dan terlahir kembali, kita akan kembali menerima semangat Tzu Chi.

Waktu berlalu dengan cepat. Waktu puluhan tahun akan berlalu dengan sangat cepat. Kita berharap anak cucu kita dapat menerima semangat Tzu Chi. Ketika kita kembali puluhan tahun kemudian, kita akan meneruskan kembali semangat Tzu Chi. Dengan demikian, kita dapat mempertahankan Dharma di dunia untuk selamanya dan melindungi Bumi.

Kita tidak ingin manusia dari generasi ke generasi terus-menerus merusak Bumi. Yang kita perlukan ialah manusia yang melindungi Bumi dari generasi ke generasi. Inilah hukum sebab akibat. Hukum sebab akibat adalah Dharma sejati.

Bodhisatwa sekalian, saya ingin bersyukur kepada kalian. Sekarang, kita semua adalah Bodhisatwa. Mari kita mengerahkan segenap hati dan tenaga kita untuk melindungi dunia. Untuk melindungi Bumi, kita harus melindungi hati orang-orang terlebih dahulu.

Saya sangat berterima kasih kepada kalian. Ketika kalian turun ke jalan untuk menggalang donasi, ini tidak semata-mata demi uang. Kita ingin orang-orang selalu ingat bahwa mereka juga bisa berikrar dan memiliki kemampuan untuk melindungi Bumi. Jadi, upaya penggalangan donasi di jalan bukanlah aktivitas sesaat. Setelah kita memulai kembali upaya ini, kita harus terus melangkah dan tidak boleh berhenti. Jadi, tidak boleh berhenti sekarang.

Kita harus mengajak donatur lama kembali berdonasi, menginspirasi donatur baru, dan mewariskan semangat Tzu Chi ke generasi berikutnya. Semangat ini akan terus diwariskan ke generasi berikutnya hingga kita terlahir kembali. Inilah cara kita mewariskan semangat Tzu Chi. 

Menggenggam kesempatan untuk meneruskan jiwa kebijaksanaan
Menyerap Dharma ke dalam hati serta tekun mempraktikkannya
Meringankan penderitaan dengan niat murni dan tutur kata baik
Mewariskan kebaikan dan berkah dalam keluarga   

Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 28 Maret 2023
Sumber: Lentera Kehidupan - Daai Tv Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Heryanto
Ditayangkan Tanggal 30 Maret 2023
Cemberut dan tersenyum, keduanya adalah ekspresi. Mengapa tidak memilih tersenyum saja?
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -