Ceramah Master Cheng Yen: Mewariskan Keteladanan dan Jiwa Kebijaksanaan

Kepala RS Chao, Wakil Kepala RS Shyu, Wakil Kepala RS Huang, dan Wakil Kepala RS Chang   mewakili saya untuk  mencurahkan perhatian bagi relawan senior. Melihat para relawan lansia itu, saya teringat pada masa-masa awal mereka bergabung dengan Tzu Chi.  Usia mereka tidak berbeda jauh dengan saya,  mungkin hanya beberapa tahun lebih tua dari saya.  Namun, kini mereka terlihat begitu tua.

Saya juga melihat Bapak Song yang biasa dijuluki “Iron Man”.  Dia sudah bergabung dengan kita sejak tahap pertama pembangunan RS Tzu Chi. Hingga kini hampir 40 tahun sudah berlalu. Beberapa orang tetangganya merupakan anggota komite Tzu Chi.  Saat belum memiliki kantor Tzu Chi,  saya selalu mengadakan pertemuan di salah satu rumah anggota komite.  Di sana kita juga menginspirasi banyak orang  untuk menjadi donatur Tzu Chi.  Pada siang hari, para anggota komite  akan mengantarkan makan siang untuk dimakan bersama.  Inilah yang terjadi pada puluhan tahun lalu. Seiring berlalunya waktu, manusia juga bertambah tua.


Kita juga melihat Jing Li dan Ci Min yang pulang ke Griya Jing Si dengan membawa generasi penerus mereka. Meski menganut agama yang berbeda, tetapi anak-anak mereka berkata bahwa  mereka akan meneruskan misi ibu mereka. Ibu mereka sangat tersentuh. Kepala RS Chao juga mengunjunginya. Dia berkata bahwa misi Tzu Chi telah diembannya selama puluhan tahun ini  dan jiwa kebijaksanaannya tidak terputus.  Dia telah mengemban misi Tzu Chi selama 30 hingga 40 tahun lamanya. Mereka sangat mendukung Empat Misi Tzu Chi.  Banyak sekali hal yang patut saya syukuri. 

Kita juga melihat relawan Tzu Chi dari Australia  dan Selandia Baru. Mereka kembali untuk memberi laporan. Selama beberapa tahun ini, mereka sangat bekerja keras. Para relawan Tzu Chi senior terus bersiteguh untuk mewariskan semangat Tzu Chi. Terlebih lagi, saya mendengar bagaimana  mereka menginspirasi anak muda untuk bergabung dengan Tzu Chi.  Kini Tzu Ching di sana juga sudah mulai mengemban tanggung jawab. Semua orang mengemban satu misi yang sama, yakni misi Tzu Chi. Kita juga melihat relawan Tzu Chi senior yang terus mendampingi dan mengasihi relawan muda-mudi. Ini sungguh menghangatkan hati. Beberapa tahun belakangan ini, bencana di Australia dan Selandia Baru terus terjadi silih berganti.  Relawan Tzu Chi juga terus bersumbangsih tanpa mengenal lelah.  Mereka bahkan menempuh perjalanan bolak-balik selama 12 jam demi menyalurkan bantuan bencana. Poinnya bukan terletak pada barang bantuan,  melainkan pada cinta kasih dan penghiburan tulus para relawan.

 

“Di televisi, saya sering melihat laporan berita tentang bencana, tetapi saya tidak dapat merasakannya. Saat saya sendiri yang dilanda bencana, dan mengalami kesulitan untuk mengurusnya. Kalian sangat bijaksana dan spesial. Saya selamanya tidak akan melupakan  segala kontribusi kalian untuk kami. Ini adalah pengalaman saya yang paling berharga  seumur hidup ini. Saya jarang bertemu dengan  orang yang baik hati dan tulus seperti kalian.  Saya sangat menyukai kalian semua,” ucap Michelle, Korban.

Dalam menghadapi berbagai kerusakan  yang terjadi di seluruh dunia,  hati manusia yang diliputi kesedihan,  Namun, asalkan membuka pandangan, kita dapat melihat indahnya dunia ini. Kita mendengar perasaan para korban bencana. Saat relawan Tzu Chi pertama kali menghampiri, mereka merespon dengan dingin. Setelah lebih mengenal Tzu Chi, mereka mulai tersenyum  dan membuka pintu hati mereka. Relawan kita melenyapkan penderitaan di dalam hati mereka dan membuat mereka memahami tentang ketidakkekalan. Dari laporan berita, kita tahu bahwa dunia ini sering dilanda bencana. Untuk membangkitkan cinta kasih bukanlah hal yang mudah.

 

Di dalam keseharian, kita harus memupuk hati penuh cinta kasih dan senantiasa memperhatikan antarsesama. Meski hanya berdonasi sedikit,  tetapi himpunan tetes demi tetes donasi dapat mendatangkan kekuatan besar. Tetes demi tetes cinta kasih dapat mendatangkan berkah bagi dunia. Saat dunia dipenuhi berkah, maka bencana akan berkurang.  Tanpa tindakan nyata, maka kita tidak dapat menciptakan berkah.  Jika kita tidak memiliki keyakinan dan pemahaman yang mendalam,  maka kita akan kekurangan  perasaan senasib dan sepenanggungan. Pada saat bersumbangsih bagi sesama, jika kita tidak mempraktikkan kebijaksanaan yang setara, dan hanya terus berpikir untuk memperoleh pahala, maka pahala kita akan sangat terbatas. Jika kita hanya melakukan sesuatu demi memperoleh imbalan, maka pahala yang didapat akan sangat terbatas. Kita harus memperlakukan semua orang  secara setara dan bijaksana. 

Semua makhluk hidup merasakan penderitaan.  Kita harus merasakan penderitaan mereka terlebih dahulu, baru dapat mengembangkan kekuatan untuk menolong sesama.  Akumulasi kontribusi yang kecil  juga dapat membentuk hutan pahala.  Bodhisatwa sekalian, kita harus memanfaatkan setiap kesempatan. Waktu tidak menunggu orang,  tetapi setiap orang dapat memiliki cinta kasih yang berkesadaran.  Kita harus menggenggam setiap kesempatan  dan senantiasa bersungguh hati. Rasa syukur saya tidak habis diungkapkan dengan kata-kata.  Saya mendoakan kalian semua.

Relawan Tzu Chi senior membentangkan Jalan Tzu Chi 

Mewariskan ajaran Jing Si dan mengemban misi Tzu Chi 

Turut merasakan penderitaan orang lain 

Mengembangkan kebijaksanaan yang setara dan memperluas cinta kasih  

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 11 mei 2018

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Li Lie, Marlina

Ditayangkan tanggal 13 mei 2018

Editor: Yuliati

Kendala dalam mengatasi suatu permasalahan biasanya terletak pada "manusianya", bukan pada "masalahnya".
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -