Ceramah Master Cheng Yen: Mewariskan Keteladanan dan Membina Insan Berbakat


Hendaklah kita menghormati langit, menyayangi bumi, dan menghimpun berkah. Menghormati langit dan menyayangi bumi adalah hal yang harus dilakukan oleh semua orang. Untuk menghimpun berkah, diperlukan usaha semua orang untuk menciptakan berkah bagi dunia. Inilah kewajiban kita sebagai manusia. Sesungguhnya, kedamaian dunia adalah kedamaian bagi diri sendiri. Jadi, demi kedamaian diri sendiri dan kehidupan yang bernilai, hendaknya kita menciptakan nilai dalam hidup.

Setiap orang harus berusaha untuk menjadi lebih baik. Nilai hidup seseorang terletak pada tekad dalam hidupnya. Hendaklah kita menjaga tekad, menjalankan ajaran, memandang semua makhluk sebagai tanggung jawab kita, terutama warga yang kurang mampu dan sakit, dan bisa turut merasakan penderitaan orang lain. Saya tidak hanya berbicara tentang ini, tetapi juga mempraktikkannya.

Lebih dari 50 tahun yang lalu, setelah memulai misi amal, saya menyadari bahwa penyakit dapat menyebabkan kemiskinan. Saat itu, Hualien termasuk wilayah terpencil. Di wilayah terpencil seperti itu, saya merasa memiliki tanggung jawab karena saya memiliki jalinan jodoh dan telah membangun tekad dan ikrar untuk menjadi monastik. Guru saya berkata, "Demi agama Buddha dan demi semua makhluk." Kalimat yang sangat sederhana. Demi agama Buddha dan demi semua makhluk. 

Saat itu, transportasi Taiwan Barat dan Timur sungguh tidak memadai. Jalan Raya Suhua berada di sisi tebing yang curam dengan gunung di satu sisi dan laut di sisi lainnya. Saat ini, transportasi sangatlah memadai, tidak seperti zaman dahulu. Saat itu, kita seperti menabur benih di jalan berbatu. Jika saat itu saya tidak memiliki keberanian, kemurahan hati, dan welas asih agung, kita tidak mungkin dapat membangun rumah sakit di sini.


Berkat keberanian, saya dapat mewujudkan tekad saya. Saya selalu menjaga tekad dan menjalankan ajaran. Untuk menjalani hidup ini, kita harus membuka dan membentangkan jalan sendiri. Saya telah membuka jalan dan membentangkannya hingga sangat rata. Tidak hanya di Hualien, di dunia ini, di mana pun terjadi bencana, Bodhisattva akan muncul untuk membawa bantuan. Kini, saya selalu berkomunikasi melalui telekonferensi.

Setiap kali mendengar bahwa ada bencana yang terjadi, saya akan segera bertanya, "Di negara kalian telah terjadi bencana. Apakah semuanya baik-baik saja?"  Ketika saya mendengar bahwa semuanya aman, barulah saya merasa tenang. Saya akan mengingatkan mereka untuk segera mencari waktu dan pergi melakukan survei bencana.

Untuk misi-misi Tzu Chi, misi amal harus menjadi sandaran bagi mereka yang kurang mampu; misi kesehatan harus menjadi sandaran bagi para pasien; misi pendidikan harus menjadi sandaran bagi para siswa. Misi pendidikan Tzu Chi juga mengembangkan kebijaksanaan para siswa, tidak hanya pengetahuan.

“Semua orang tahu semua alat transportasi baru, terutama pesawat terbang dan kapal, harus melalui percobaan terlebih dahulu sebelum resmi beroperasi. Selama 30 bulan terakhir, kalian telah menjalani masa percobaan.  Selama kalian menjalani masa percobaan di rumah sakit, apa yang kami amati? Kami mengamati hati kalian semua. Kami mengamati apakah kalian dapat memahami penderitaan pasien setelah melihat penderitaan mereka dan berpikir untuk meringankan penderitaan mereka. Inilah yang saya amati, bukan seberapa banyak pengetahuan yang kalian miliki,” kata Hsu Tah-hsiung Profesor tamu Pusat Medis Tzu Chi Hualien.

“Profesor Hsu Tah-hsiung adalah seorang dokter teladan. Mahasiswa kedokteran memang seharusnya dididik dan dilatih oleh dokter seperti beliau. Dr. Hsu akan memulainya dari konsultasi, lalu pemeriksaan dengan rabaan atau palpasi, pemeriksaan dengan ketukan atau perkusi, dan pemeriksaan dengan mendengarkan suara di dalam tubuh atau auskultasi. Setelah langkah-langkah ini dilakukan, maka akan didapatkan hipotesis diagnosis penyakit.  Selanjutnya, baru dilakukan pemeriksaan lebih dalam.  Beberapa puluh tahun terakhir, dunia medis telah maju dengan adanya penemuan endoskopi dan kateterisasi jantung.  Namun, langkah pertama tetap harus dijalankan. Profesor Hsu Tah-hsiung adalah teladan terbaik,” kata Lin Jun-long Ketua badan misi kesehatan Tzu Chi.


Saya telah mendengar tentang Profesor Hsu Tah-hsiung.  Selama beberapa tahun, ketika beliau berada di Hualien, beliau akan mengunjungi Griya Jing Si. Semua orang merindukannya dan sedih dengan kepergiannya. Ini menunjukkan bahwa hidupnya bernilai.  Beliau sungguh telah berkontribusi bagi dunia.  Hendaklah kita meneladan beliau. 

Pada tahun 2006, Profesor Hsu menjadi profesor tamu di RS Tzu Chi Hualien. Objek pengajarannya yang utama meliputi mahasiswa kedokteran Tzu Chi dan dokter residen. Beliau juga melakukan interaksi dengan dokter kami. Oleh karena keahlian dan pengalamannya, seluruh pusat medis di Taiwan telah mengundangnya untuk mengajar. Profesor Hsu selalu menganggap bahwa mengajar di Tzu Chi adalah prioritas utamanya.  Beliau berkata bahwa dapat mengajar di Tzu Chi adalah suatu kehormatan baginya.  Seluruh staf RS Tzu Chi sangat berterima kasih atas kontribusinya,” kata Luo Wen-ling Dokter Departemen pendidikan kedokteran Pusat Medis Tzu Chi Hualien.

Saya sungguh berharap misi pendidikan kita dapat melakukan segala sesuatu dengan sepenuh hati. 

Saudara sekalian, sebagian besar dari kalian bukanlah penduduk Hualien, tetapi kalian telah bekerja dengan sepenuh hati di sini. Kalian bersedia datang ke sini untuk melayani. Berhubung datang ke sini dengan sukarela, hendaknya kita melayani dengan sepenuh hati. Hendaklah kita sungguh-sungguh mengemban tanggung jawab ini. 


Bagi banyak insan Tzu Chi, mereka memilih untuk menyumbangkan tubuh mereka untuk tujuan pendidikan.  Saya berharap bahwa pendidikan kedokteran kita dapat membina mahasiswa yang baik. Saya berharap mahasiswa kedokteran kita tidak hanya berhadapan dengan mesin, tetapi berhadapan secara langsung dengan tubuh manusia, seperti hati, limpa, lambung, dan usus. Saya yakin bahwa mahasiswa yang telah menerima pendidikan kedokteran dari Tzu Chi akan merasa bersyukur.

Saya senantiasa berharap pendidikan kita dapat mengajarkan ketulusan dan orang-orang yang tulus akan selalu memiliki rasa syukur. Mereka yang bersyukur pasti memiliki moral dan etika. Ini semua berhubungan.  Inilah yang saya harapkan dari seluruh guru, kepala sekolah, kepala rumah sakit, dan Saudara sekalian. 

Kita selalu mendengar ucapan terima kasih, tetapi janganlah hanya dalam kata-kata. Seluruh badan misi kita harus memiliki rasa syukur. Rasa syukur dilandasi kasih sayang. Hendaklah kita membangkitkan rasa syukur demi memperpanjang jalinan kasih sayang dan memperluas cinta kasih agung. Semuanya pasti sudah sering mendengarkan hal ini. Namun, saya akan tetap mengatakan hal ini. Inilah Dharma yang menakjubkan dan tak ada duanya.  Sungguh, tidak ada jalan lain selain membimbing hati setiap orang.   

Menjaga tekad dan menjalankan ajaran demi semua makhluk
Membentangkan jalan yang rata dengan kemurahan hati, welas asih, dan keberanian
Memberikan teladan dalam pendidikan dan mewariskan cinta kasih agung
Memperpanjang jalinan kasih sayang dengan Dharma yang menakjubkan   

Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 24 April 2023
Sumber: Lentera Kehidupan - Daai Tv Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Heryanto, Felicia
Ditayangkan Tanggal 26 April 2023
Saat membantu orang lain, yang paling banyak memperoleh keuntungan abadi adalah diri kita sendiri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -