Ceramah Master Cheng Yen: Mewariskan Keteladanan dan Menabur Benih Kebajikan
“Mengingat kembali banjir di Gangshan pada bulan Agustus 1994, ada banyak bencana topan yang menyebabkan daerah Gangshan dilanda banjir besar. Banyak relawan kita yang rumahnya terendam banjir. Sampah serta bangkai babi dan ayam terlihat di jalanan yang sudah tergenang air. Ketika kami melakukan survei ke daerah bencana, Guru De En dan Guru De Ru datang untuk mengadakan rapat dengan para relawan senior Kaohsiung guna membahas penyaluran bantuan dan memberikan arahan untuk menyiapkan makanan hangat,” kata Lin Shu-e relawan Tzu Chi.
“Saat itu, Master Cheng Yen mengatakan, ‘Meski pemerintah telah membagikan bacang dan roti, tetapi setelah dimakan, tubuh mereka tetap dingin. Kita harus segera memasak nasi dan sup hangat untuk mereka agar tubuh mereka terasa lebih hangat.’ Saat naik perahu karet, kami berada di dekat tiang listrik dan melihat ikan melompat keluar dari air. Berhubung kami tidak bisa mengenali jalanan di sana, ketika Master datang untuk menyurvei lokasi bencana, kami mengantar Beliau ke jalan yang salah. Kami sungguh tak enak hati. Sejak itu, saya percaya bahwa Master benar-benar bagaikan Buddha dan Bodhisatwa. Saya juga berhenti menjadi orang yang perfeksionis,” kata Lin Jin-gui relawan Tzu Chi.
“Sebagai seorang penata rambut, saya sangat takut kotor. Namun, setelah berpartisipasi dalam kegiatan itu, saya selalu memberi tahu orang-orang bahwa saya berani mengemban misi. Dari menyalurkan bantuan bencana, melakukan survei kasus, hingga berkunjung ke rumah duka, semuanya berani saya lakukan. Saya sangat berterima kasih kepada Master yang telah memberikan kekuatan dan keberanian untuk saya. Jadi, saya tidak pernah berhenti bersumbangsih. Saya telah bersumbangsih selama lebih dari 40 tahun,” pungkas Lin Jin-gui.
Kita harus mengingat kembali bagaimana para relawan kita telah memberi manfaat bagi dunia. Mereka telah membangun ikrar dan mengambil tindakan nyata. Mereka sungguh telah bekerja keras. Sejarah mengandung Dharma yang dapat membimbing dan menginspirasi orang-orang. Kita harus menjadi teladan yang baik bagi orang lain. Bagaimana kondisi puluhan tahun yang lalu? Saat itu, akses transportasi dan komunikasi tidak sepraktis zaman sekarang. Jadi, kita harus mengingat kembali masa lalu dan membagikannya dengan generasi muda serta menyemangati mereka untuk mencatatnya. Inilah cara kita mewariskan semangat kepada mereka untuk menapaki Jalan Bodhisatwa di dunia.
Kalian bagai Bodhisatwa yang bersumbangsih bagi semua makhluk. Kalian bersumbangsih tanpa pamrih dan selalu bersyukur satu sama lain. Dengan saling bersyukur dan menyemangati, meskipun menghadapi kesulitan, kalian bahu-membahu menjalankan misi Tzu Chi. Setelah menjalankan misi Tzu Chi bersama-sama, kalian dapat menjadi saudara se-Dharma. Dengan mengikuti langkah saya dan membangun tekad yang sama untuk menapaki Jalan Bodhisatwa, kalian akan dekat satu sama lain dari kehidupan ke kehidupan.
Buddha menguraikan tentang hukum sebab akibat. Kita semua telah menjalin jodoh baik dan menabur benih baik. Lihatlah bagaimana sebutir benih tumbuh di dalam pot. Berhubung ditanam dalam pot, akar tanaman tidak dapat tumbuh meluas sehingga batang tanaman tidak dapat tumbuh besar. Benih yang ditabur di dalamnya diibaratkan sebagai sebab dan pot bagaikan kondisi. Dengan sebab dan kondisi seperti ini, tanaman tersebut tetap kecil. Meski demikian, tanaman ini sangat rapi dan bersih. Saat sedang menulis sesuatu, terkadang saya akan melihatnya sejenak dan mata saya akan terasa jauh lebih nyaman.
Kita hendaknya berinteraksi satu sama lain dan menjalin jodoh baik. Saat memiliki kekhawatiran, kita bisa berbicara dengan saudara se-Dharma agar pikiran kita menjadi lebih tenang. Jadi, sebagai saudara se-Dharma, kita harus berinteraksi satu sama lain. Kita hendaknya senantiasa mewariskan nilai-nilai Tzu Chi dari generasi ke generasi.
Lihatlah relawan kita, Jin-gui, yang dahulu adalah seorang penata rambut. Dia telah menginspirasi banyak orang. Ketika sedang mencuci rambut pelanggan, dia akan menceritakan Tzu Chi dan menabur benih kebajikan di hati mereka. Demikianlah jalinan jodoh baik terbentuk. Jika benih ditabur di ladang, benih tersebut dapat tumbuh secara meluas dan menghasilkan banyak benih. Namun, jika benih ditabur di dalam pot, pertumbuhan benih menjadi terbatas. Jadi, kita hendaknya menabur benih kebajikan di hati banyak orang.
Saya sudah berusia lanjut. Usia kalian pun terus bertambah. Yang paling penting di dunia ini ialah mewariskan kebajikan. Orang zaman dahulu mengatakan bahwa keluarga yang memupuk kebajikan akan dipenuhi berkah. Karena itu, kita hendaklah mewariskan kebajikan. Saya berharap semua orang dapat berjuang untuk menyucikan hati masyarakat. Saya sering mengatakan bahwa kita harus melindungi Bumi. Untuk mewujudkan hal ini, kita harus menyucikan hati. Kita hendaknya menyucikan hati dan melindungi Bumi dengan cinta kasih. Inilah cara terbaik untuk melindungi Bumi.
“Salah satu lembaga khusus di Yanchao adalah Pusat Rehabilitasi Narkoba Kaohsiung. Untuk menyebarkan ajaran Master di sana, kami membentuk ‘Tim Kekuatan Harapan’ yang kini sudah memiliki 28 anggota,” kata Sun Zai-xing relawan Tzu Chi.
“Berkat adanya jalinan jodoh, kita bisa membuka kelas Sutra Makna Tanpa Batas di Lapas Kedua Kaohsiung pada bulan Maret. Berhubung ini hanya kelas kecil, para peserta dapat belajar dengan baik. Banyak narapidana yang telah lama ditahan di sana, tetapi setelah mempelajari Dharma, mereka memahami hukum sebab akibat. Karena itu, mereka menyumbangkan prangko, bahkan mengajak teman narapidana lainnya untuk melakukan hal yang sama,” kata Guo Shu-juan relawan Tzu Chi.
“Saya juga sangat berterima kasih kepada Kakak Wei-yan yang baru saja dilantik kemarin. Dia juga pergi ke lapas dan membagikan kisah hidupnya. Tak disangka, ada beberapa narapidana yang telah mengenalnya selama belasan tahun. Setelah mendengar ceritanya, banyak narapidana muda yang mengatakan bahwa mereka akan berhenti merokok dan bervegetaris. Jadi, ini merupakan salah satu contoh yang baik tentang bagaimana kita menginspirasi orang lain,” pungkas Guo Shu-juan.
Sekarang, ada banyak cerita tentang kegiatan Tzu Chi. Kita semua telah membangun tekad. Inilah prinsip kebenaran. Semua orang memiliki hakikat kebuddhaan. Kita telah menunjukkan hakikat kebuddhaan dan mengembangkan kebijaksanaan yang setara dengan Buddha. Buddha mengatakan bahwa hati, Buddha, dan semua makhluk pada hakikatnya tiada perbedaan. Jadi, semua makhluk memiliki hakikat kebuddhaan.
Orang-orang yang pernah melakukan kesalahan juga memiliki hakikat kebuddhaan. Kini, jalinan jodoh mereka telah matang. Mereka pernah dipenjara. Akibat benih yang mereka tabur, mereka telah menerima hukuman di penjara. Setelah dibebaskan, mereka memiliki jalinan jodoh untuk terjun ke tengah masyarakat guna menapaki Jalan Bodhisatwa sehingga dapat memperbaiki kehidupan mereka.
Saya sering mengatakan bahwa kita harus membantu memperbaiki kehidupan mereka. Namun, hal ini tidaklah mudah karena dibutuhkan jalinan jodoh. Lihatlah berapa banyak mantan narapidana yang belum memiliki jalinan jodoh seperti ini. Jadi, jalinan jodoh ini sangatlah berharga. Kita semua bisa berhimpun di sini berkat adanya jalinan jodoh. Untuk itu, hendaklah kita semua menghargainya.
Menjadi teladan dengan bersumbangsih tanpa pamrih
Membimbing orang-orang dan menghargai jalinan jodoh Dharma
Memperbaiki kehidupan dengan menabur benih kebajikan
Menyucikan hati dan menghimpun kekuatan untuk melindungi Bumi
Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 16 November 2023
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet
Ditayangkan Tanggal 18 November 2023