Ceramah Master Cheng Yen: Mewariskan Keteladanan Konfusius
Sesungguhnya, dengan hati yang penuh syukur, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada para guru. Selain berterima kasih kepada para guru, saya juga berterima kasih kepada Konfusius atas edukasinya bagi dunia. Pendidikan Konfusius mementingkan kebajikan, kebenaran, kebijaksanaan, kepercayaan, dan kesopanan. Dengan memiliki semua ini, kita dapat hidup sesuai norma dan menciptakan keindahan di dunia.
Keindahan dari etiket ini memberikan nilai yang berharga bagi kehidupan manusia. Belakangan ini, saya sering mengatakan bahwa kita harus menginventarisasi nilai kehidupan kita. Waktu berlalu dengan cepat tanpa meninggalkan jejak. Manusia selalu tanpa sadar membiarkan waktu berlalu dengan sia-sia. Jika kita menyadari bahwa waktu itu berharga, kita dapat hidup sepenuhnya dengan rasa puas.
Sama halnya dengan benih padi. Lihatlah, himpunan jalinan jodoh menciptakan kedamaian. Sinar matahari, air, dan tanah merupakan pengondisi yang baik bagi tanaman untuk dapat tumbuh. Dengan adanya semua itu, benih padi dapat tumbuh dengan baik.
Sebelum padi ditanam, tanah harus diratakan dan digemburkan terlebih dahulu. Irigasi dengan jumlah air yang tepat juga harus dilakukan. Setelah itu, tunas padi harus ditanam satu per satu. Semua ini membutuhkan metode yang tepat. Selain membutuhkan kondisi yang baik, kita juga harus menggunakan metode yang tepat.
Bagaimana petani memanfaatkan waktu untuk menanam bibit padi dan menyuburkan tanah? Petani harus memahami pergantian musim. Petani memiliki pengetahuan yang luar biasa akan waktu dan musim. Tidak hanya memiliki pengetahuan, mereka juga mengerahkan tenaga mereka di bawah sinar matahari yang terik. Mereka sungguh bersusah payah.
Mereka membungkuk untuk menanam tunas padi dan ketika padi tersebut matang, mereka mulai memanen. Padi yang dipanen masih harus melalui banyak metode. Bulir padi harus dijemur dan dikupas terlebih dahulu agar menjadi butiran beras putih. Lihatlah berapa banyak upaya yang diperlukan. Jadi, ketika kita memegang semangkuk nasi dan mencium aromanya, kita harus menyadari bahwa tidak mudah untuk mendapatkan semangkuk nasi itu.
Hendaklah kita memiliki rasa syukur setiap saat. Kita harus bersyukur ketika kita memiliki makanan, memiliki pakaian untuk dipakai, memiliki jalan yang mulus untuk dilalui, dan memiliki rumah yang melindungi kita dari angin dan hujan. Hendaklah kita bersyukur karena kita dapat hidup dengan tenang dan damai.
Dalam pendidikan, kita harus membimbing siswa untuk memiliki rasa syukur. Dengan demikian, mereka memiliki rasa terima kasih kepada orang tua, guru, dan semua makhluk hidup. Ketika para siswa dapat memahami rasa syukur dan berterima kasih kepada semuanya, itulah keberhasilan dalam sebuah pendidikan. Hendaklah kita semua memupuk hati yang penuh syukur dan mengucapkan terima kasih antarsesama.
Ketika Konfusius memasuki kuil leluhur, beliau selalu menanyakan segala sesuatu. Beliau tidak berpikir bahwa dirinya telah mengerti banyak hal. Beliau merasa masih banyak hal yang harus dipelajari. Hendaklah kita belajar dari Konfusius. Untuk mencari pengetahuan, beliau menanyakan segala sesuatu dengan kerendahan hati.
Saya sering bertanya-tanya apakah saya dapat belajar dari Konfusius untuk menanyakan segala sesuatu kepada orang lain. Sesungguhnya, masih banyak hal yang belum saya pahami. Namun, saya sungguh bersyukur karena tanpa meninggalkan tempat ini, saya dapat belajar banyak hal dari orang lain. Semua orang adalah guru bagi saya. Mereka berbicara dengan saya dan berbagi pengalaman hidup mereka.
Saat saya duduk di sini dan mengadakan rapat, mereka di sisi kiri saya sedang berbicara, mengajukan pertanyaan, atau berbagi pengalaman. Di sisi lainnya, ada yang mendengarkan dengan baik dan menemukan jawaban atas masalah mereka lewat apa yang mereka dengar sehingga dapat menghilangkan kekhawatiran mereka. Begitulah setiap manusia saling menginspirasi dan saling mengedukasi. Siapa pun dapat menjadi guru kita.
Para guru sekalian, selain memberikan pendidikan secara teori, yang lebih penting ialah tindakan nyata. Menyucikan hati manusia dan meningkatkan moralitas adalah inti dari pendidikan. Saya berharap bahwa misi pendidikan kita dapat membimbing semua orang menuju kebajikan dan menyebarkan semangat budaya humanis. Inilah arah dan tujuan kita bersama.
Mewariskan keteladanan Konfusius
Membina insan berbakat dengan tekun dan bersemangat
Belajar dengan kerendahan hati dan menjadi teladan
Menumbuhkan rasa syukur di dalam hati
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 27 September 2022
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Heryanto
Ditayangkan tanggal 29 September 2022