Ceramah Master Cheng Yen: Mewariskan Keteladanan Para Lansia kepada Generasi Muda


“Saya sangat bersyukur selama setahun ini, kami dapat memiliki kesempatan untuk bekerja sama dengan Tzu Chi untuk mengadakan kegiatan ‘Pendampingan Belajar Daring Muda-Mudi’. Kami mengundang para mahasiswa untuk membimbing dan mendampingi anak-anak dalam pembelajaran secara daring,”
kata Prof. Benson Yeh Dosen Fakultas Teknik Elektro Universitas Nasional Taiwan.

“Selama liburan musim panas ini, kami telah menggalang sekitar 860 mahasiswa untuk membimbing hampir 2.400 anak. Jadi, perbandingannya sekitar satu banding tiga. Kami juga merancang banyak pembelajaran tentang pelestarian lingkungan dan keterampilan membaca agar anak-anak dapat mengisi waktu luang di liburan musim panas,” lanjut Prof. Benson Yeh.

“Selama masa pandemi Covid-19, kami telah membantu murid-murid yang tadinya tidak dapat mengikuti pelajaran secara daring menjadi sudah bisa. Berkat pembelajaran daring ini, kami dapat membantu meningkatkan studi anak-anak. Saya sangat berterima kasih kepada Tzu Chi yang telah bekerja sama dengan kami dalam kegiatan ini,” pungkasnya.

Melihat generasi muda ini, saya merasa ada harapan di tengah masyarakat ini. Saya sangat berharap kita dapat mendorong lebih banyak orang untuk turut bersumbangsih dalam bidang pendidikan agar dapat membimbing anak-anak ke arah yang benar. Inilah hal yang terpenting.
Lihatlah, relawan di sini sebagian besar sudah lanjut usia. Kita telah menjalankan Tzu Chi selama lebih dari 50 tahun. Sebagian dari para relawan sudah berusia 80-an, 90-an, 70-an, 50-an, atau 60-an tahun. Meski sudah berumur, mereka tidak pernah berhenti untuk bersumbangsih. Mereka tetap maju seiring dengan perkembangan zaman.

Saya sangat bersyukur setiap hari mendengar bahwa para relawan lansia kita menjalani kehidupan dengan bahagia. Namun, saya juga sering mendengar tentang masalah sosial lansia di tengah masyarakat ini. Karena itu, kita perlu menemukan berbagai cara untuk memberikan pendampingan jangka panjang bagi para lansia. Saya pun bertanya-tanya apa masalah yang dapat ditimbulkan oleh para lansia. Para lansia berperilaku baik, bagaimana mungkin mereka dapat menimbulkan masalah?


Saya sangat bersyukur berkat adanya Tzu Chi pada zaman sekarang ini, para insan Tzu Chi dari berbagai latar belakang keluarga dan gaya hidup yang berbeda, semuanya dapat memiliki tekad dan arah yang sama, yaitu membawa manfaat bagi dunia tanpa menyerah.

Sejak usia muda, mereka telah mendengarkan dan menerima bimbingan dari orang tua mereka. Setelah beranjak dewasa, mereka pun membangun keluarga dan karier sendiri. Kemudian pada saat mereka sudah lanjut usia, mereka terus membimbing anak cucu mereka. Ini sungguh tidak mudah.

Beruntung, ada Tzu Chi yang memberikan kesempatan kepada para lansia untuk melakukan apa yang ingin mereka lakukan. Sebagian relawan kita tidak sempat mengenyam pendidikan pada usia muda mereka karena pada masa itu tidaklah mudah untuk mendapatkan pendidikan. Jadi, zaman sudah berbeda.

Banyak Insan Tzu Chi yang mengenyam pendidikan tinggi, tetapi banyak juga yang tidak bersekolah ataupun tidak bisa membaca. Meski demikian, semua insan Tzu Chi dapat bersatu tanpa memandang latar belakang masing-masing. Banyak hal yang tidak diketahui oleh para profesor ataupun doktor.

Para relawan lansia kita telah berbagi pengalaman hidup dengan mereka sehingga mereka pun dapat belajar banyak dari para relawan lansia kita. Jadi, dalam kehidupan, ada begitu banyak pengetahuan yang tak habis kita pelajari, perjalanan panjang yang harus ditempuh, dan banyak hal lain yang tiada habisnya untuk kita lakukan. Karena itu, setiap orang dalam masyarakat hendaknya saling menghormati dan mengasihi.

Dengan semangat cinta kasih dan saling menghormati, kita hendaknya menyatukan semua orang di masyarakat agar para lansia dan generasi muda dapat berhimpun bersama. Dengan demikian, generasi muda dapat mendengar para lansia berbagi pengalaman hidup mereka dll.


Kita juga khawatir para lansia akan mengalami demensia. Untuk mencegah hal itu, mereka perlu sering melatih otak dan tangan mereka. Kini, tangan mereka begitu terampil dalam membuat kerajinan tangan. Apa yang mereka lakukan sangat berarti dan bersifat edukatif​. Jadi, kita seharusnya tidak hanya peduli pada kaum muda, tetapi juga harus peduli terhadap para lansia.

Mereka sangat membutuhkan perhatian dari kaum muda. Dibutuhkan upaya seluruh masyarakat untuk mewujudkannya karena setiap orang tidak luput dari proses penuaan. Seiring berlalunya detik demi detik, kaum muda pun pasti akan menua. Jadi, kita harus menemukan cara agar kaum muda dapat lebih peduli terhadap para lansia.

Ketika menghadiri rapat, saya sering mendengar para pekerja sosial kita berbagi tentang pendampingan jangka panjang bagi para lansia yang sakit, menderita demensia, dll. Setelah mendengar itu, saya pun berkata, "Kita seharusnya tidak berpikir bahwa orang lanjut usia membawa masalah bagi kita. Tanpa para lansia, bagaimana mungkin ada masyarakat seperti hari ini?"

Kita harus menghormati orang lanjut usia. Kita harus menemukan cara agar ada yang mendampingi mereka sehingga mereka dapat mengembangkan kebijaksanaan dan merasa diri mereka masih berguna. Kita sering mendengar para lansia berkata, "Saya sudah tua dan tak berguna lagi." Jika kita menganggap diri kita tak berguna, kita akan cepat menua.

“Saya pernah ditanya berapa usia saya, lalu saya menjawab, ‘Saya sudah lupa, sungguh sudah lupa.’ Berhubung saya melakukan pelestarian lingkungan, tubuh saya menjadi sehat dan bugar,” kata Ke Chun-zhi relawan Tzu Chi.

“Mereka membimbing saya untuk melakukan daur ulang. Saya masih muda,” kata salah seorang relawan Daur Ulang Tzu Chi.

Tiga tahun lalu, saya berkata kepada insan Tzu Chi, "Titipkanlah 50 tahun usia kalian kepada saya. Dengan begitu, kalian yang berusia 70 tahun dapat mendedikasikan diri dengan semangat usia 20 tahun sehingga kalian dapat terus melakukan hal yang mampu kalian lakukan."


Jadi, sejak saat itu, banyak mata relawan lansia yang berbinar-binar. Mereka kembali menegakkan punggung dan membusungkan dada. Mereka pun berkata kepada saya, "Master, kalau begitu, saya baru berusia 35 tahun." Jadi, apakah kalian sudah mengerti? Saya tahun ini baru berusia 35 tahun.

Terkadang, ketika saya melihat para relawan lansia, saya akan segera menegakkan punggung saya dan mengingatkan diri sendiri bahwa saya baru berusia 30-an tahun. Apakah saya menyerah pada usia saya? Tidak. Saya masih bisa bersumbangsih bagi masyarakat.

Selain mendampingi kaum muda, kita juga harus mendampingi para lansia. Kita harus menemukan cara untuk membimbing kaum muda mendampingi para lansia agar mereka dapat menjalani kehidupan yang bahagia dan memiliki pikiran yang jernih. Ini membutuhkan upaya semua orang.

Lihat, kerajinan tangan ini dibuat oleh relawan lansia kita. Mereka juga dapat memainkannya untuk melatih tangan mereka. Relawan lansia kita bahkan bisa membuat kerajinan tangan berbentuk semut yang begitu kecil. Ini adalah kunang-kunang yang terbuat dari barang-barang daur ulang.

Seorang ilmuwan dari Hsinchu yang memberikannya kepada saya. Dia mengubah pipa toilet bocor menjadi kerajinan tangan berbentuk kunang-kunang. Singkat kata, dengan membuat kerajinan tangan, para relawan lansia dipenuhi rasa sukacita serta dapat melatih tangan dan otak mereka.

Menghimpun niat baik untuk melangkah ke arah yang sama
Senantiasa mendedikasikan diri untuk membawa manfaat bagi orang lain
Memupuk kebijaksanaan dan tidak menyerah pada usia.
Mewariskan keteladanan para lansia kepada generasi muda

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 16 Desember 2021
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Devi
Ditayangkan tanggal 18 Desember 2021
Dengan keyakinan yang benar, perjalanan hidup seseorang tidak akan menyimpang.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -