Ceramah Master Cheng Yen: Mewariskan Misi Buddha dengan Menapaki Jalan Bodhisatwa


“Ayah saya bernama Song Du-zhi dan ibu saya, Kakak Jing Hui, telah bergabung dengan keluarga besar Tzu Chi ketika saya masih duduk di bangku SMP. Seperti Aula Jing Si Hualien ini, sejak masih fondasi hingga akhir pembangunan, mereka mencurahkan begitu banyak tenaga. Seiring bertambahnya usia mereka, oleh karena tidak ingin ada penyesalan terlambat merawat orang tua, sekitar 8 hingga 9 tahun yang lalu, saya memutuskan untuk pensiun dari pekerjaan saya di bank asing dan terus mendampingi mereka di rumah. Selama itu, saya sering mendengar mereka berbicara tentang Tzu Chi,”
kata Song Shu-qin, relawan Tzu Chi.

“Namun, keputusan saya untuk mengikuti pelatihan relawan terjadi saat mereka menghadapi masalah kesehatan. Ketika harus keluar masuk RS Tzu Chi Taipei, merek benar-benar menerima perawatan penuh dari Kepala RS Zhao, Sekretaris Qiao, para dokter, perawat, bhiksuni di Griya Jing Si, dan saudara se-Dharma Tzu Chi. Semua pengalaman ini meninggalkan kesan mendalam di hati kami. Oleh karena itu, dengan adanya jalinan jodoh di hari ini, kami akan melanjutkan tongkat estafet orang tua kami,” pungkas Song Shu-qin.

“Sejak kecil, saya selalu ikut dengan Ayah dan Ibu untuk mengunjungi Master. Saat kecil, saya sering berada di Griya Jing Si, membantu para bhiksuni memasak, dan berpartisipasi dalam penyaluran bantuan musim dingin. Sejak kecil, Ayah dan Ibu memberi tahu kami untuk mengikuti jejak Master, termasuk dalam misi pembangunan rumah sakit. Hal ini menanamkan benih Tzu Chi di dalam hati saya,” kata Song Du-zhi, anggota komite pembangunan.

“Ketika ibu saya mulai mengalami penurunan kesehatan, misi penggalangan dana diserahkan kepada saya. Saya senantiasa membantu beliau mengelola donasi. Kemudian, 2 tahun yang lalu, saya juga menderita sakit parah. Hal ini makin menguatkan saya untuk mewarisi tekad kedua orang tua saya, yaitu menjalankan misi Tzu Chi yang tidak boleh ditunda. Saya berharap dapat membantu Master dalam memikul tanggung jawab,” lanjut Song Du-zhi.

“Mulai hari ini, tanggung jawab saya dan kakak perempuan saya menjadi makin besar. Saat ini, saya menjadi relawan di RS Tzu Chi. Di masa depan, saya akan terus menapaki jalan Tzu Chi dan mengikuti jejak Master tanpa pernah mundur,” pungkas Song Du-zhi.


Bodhisatwa sekalian, saya merasa sangat tersentuh. Hari ini, saya sangat bangga terhadap kalian. Meski sejak dahulu Tzu Chi telah berjalan langkah demi langkah, semua ini dapat terwujud berkah cinta kasih semua orang. Sejak bergabung dengan Tzu Chi, semuanya telah menapaki Jalan Bodhisatwa langkah demi langkah dengan kesatuan hati dan pikiran. Tanpa memandang latar belakang keluarga, pekerjaan, dan profesi, kita senantiasa melayani dengan kesatuan hati dan pikiran.

Dalam setiap prosesi pelantikan atau saat Pemberkahan Akhir Tahun, saya selalu melihat dan mendengar relawan muda berdiri di hadapan saya dan berkata, "Master, anak Anda telah kembali." Ya, anak saya telah kembali. Tidak peduli apakah generasi kedua, ketiga, atau keempat, semuanya adalah anak-anak saya yang telah kembali.

Saya juga adalah anak Buddha yang harus mewariskan misi Buddha. Hingga saat ini, saya juga harus mewariskan misi ini kepada semuanya. Kita semua berkumpul di tempat ini untuk satu tujuan besar. Oleh karena itu, hendaknya kita berlindung pada Buddha. Buddha adalah Yang Maha Sadar Di Alam Semesta. Hendaknya kita meneladan Buddha. Kita harus belajar untuk tersadarkan.

Untuk memahami lebih banyak hal dan meneladan kebijaksanaan Buddha, kita perlu menapaki Jalan Bodhisatwa. Ketika kita telah menapaki Jalan Bodhisatwa, artinya kita telah melihat dan melakukan banyak hal yang membawa manfaat bagi dunia. Inilah yang disebut dengan kesadaran. Di tengah proses belajar untuk menuju kesadaran, diperlukan praktik Jalan Bodhisatwa.


Saudara sekalian, hari ini, kita sudah belajar untuk menapaki Jalan Bodhisatwa. Ujung jalan kita adalah pencerahan. Saat itulah, hakikat kebuddhaan yang ada di dalam diri masing-masing akan muncul. Setelah berlindung kepada Buddha, hendaknya kita terjun ke tengah masyarakat. Hal yang tidak boleh dilewatkan ialah menapaki Jalan Bodhisatwa dan mewariskannya dari generasi ke generasi. Tentu saja, mewariskan kebajikan dan menjunjung nilai bakti dalam keluarga juga merupakan hal yang baik sekaligus wujud balas budi kepada orang tua.

Saya selalu berkata bahwa sepanjang hidup ini, kita tidak akan bisa membalas budi orang tua. Dari kehidupan ke kehidupan, saya akan terus membalas budi orang tua dengan tubuh yang telah diberikan oleh mereka. Saya juga ingin membalas budi guru saya yang telah memberikan enam kata yang tidak akan pernah selesai untuk saya lakukan, yaitu "demi ajaran Buddha, demi semua makhluk". Saya juga ingin mewariskan kata-kata ini kepada kalian semua.

Saya berharap semuanya dapat berbakti pada orang tua. Ketika kita menggunakan tubuh ini untuk membawa manfaat bagi dunia, itulah cara kita membalas budi orang tua; ketika kita menggunakan tubuh ini untuk menapaki Jalan Bodhisatwa, itulah bentuk membalas budi Buddha. Tentu saja, saya juga harus membalas budi semua makhluk karena tanpa adanya banyak orang, Tzu Chi tidak mungkin mampu menjalankan misi di dunia. Sumbangsih bagi mereka yang menderita di dunia terwujud berkat himpunan cinta kasih semua orang.

Jadi, hendaknya kita menggunakan cinta kasih yang tulus ini untuk berlindung kepada Buddha dan bertekad menapaki jalan pencerahan-Nya yang agung. Kita berlindung kepada Dharma, semoga semua makhluk mendalam kitab suci sehingga memperoleh kebijaksanaan seluas samudra. Dharma adalah sumber segala kebajikan di dunia. Namun, kita harus tahu bagaimana mengembangkan kebijaksanaan. Jika hanya mempraktikkan kebajikan, itu hanya sebatas pengetahuan.


Dharma dapat menumbuhkan jiwa kebijaksanaan kita. Kita jangan hanya sekadar mengetahui ada orang yang menderita lalu membantu mereka, tetapi juga harus memahami metode yang tepat untuk membantu mereka. Di waktu yang bersamaan, kita juga harus membangkitkan cinta kasih mereka dan mendampingi mereka untuk menapaki Jalan Bodhisatwa. Itulah cara kita membimbing mereka. Selain membantu mereka, kita juga harus membimbing mereka.

Hendaknya kita membimbing mereka untuk mendalami kitab suci dan membangkitkan kebijaksanaan mereka. Kita harus memperhatikan dunia. Di mana pun ada yang membutuhkan, kita harus menghimpun kekuatan untuk menjangkau seluruh dunia. Tzu Chi adalah organisasi internasional. Hendaknya kita semua mengasihi satu sama lain.

Hari ini, semuanya telah berlindung kepada Buddha. Pada dasarnya, kalian telah menapaki Jalan Bodhisatwa. Hari ini, dengan berlindung, kalian telah menjadi bagian dari keluarga besar Tzu Chi. Keluarga ini adalah gabungan dari banyak orang yang menyatukan hati bersama-sama. Inilah yang disebut dengan bersatu hati. Bersatu hati berarti harus harmonis. Hendaknya semuanya bersatu dan saling mengasihi.

Cinta kasih kita adalah cinta kasih yang agung. Dengan himpunan cinta kasih, hendaknya kita bersumbangsih bagi dunia. Inilah cinta kasih Tzu Chi di dunia. Inilah cinta kasih Tzu Chi di dunia. Untuk meneladan pencerahan Buddha, kita harus menapaki Jalan Bodhisatwa.

Melangkah dengan mantap di Jalan Bodhisatwa
Berhimpun untuk mewariskan misi Buddha
Membimbing dan membawa manfaat bagi semua makhluk dengan welas asih dan kebijaksanaan
Belajar untuk tersadarkan dengan kesatuan hati dan saling mengasihi

Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 17 Januari 2025
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Graciela
Ditayangkan Tanggal 19 Januari 2025
Walau berada di pihak yang benar, hendaknya tetap bersikap ramah dan bisa memaafkan orang lain.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -