Ceramah Master Cheng Yen: Mewariskan Misi dari Generasi ke Generasi

Saya terus mendapat informasi tentang penderitaan di dunia. Kita bisa melihat betapa dasyatnya bencana alam terjadi. Ketidakselarasan empat unsur alam telah menyebabkan banyak penderitaan di dunia. Kita bisa melihat di Myanmar, ada sebagian rumah warga setempat yang terendam banjir. Selama satu atau dua bulan, banyak tanaman petani yang terendam banjir. Kehidupan para petani memang sudah sulit.

“Banjirnya sampai di sini. Di sana juga terendam banjir.”

“Mereka memiliki utang yang harus dibayar dan masih harus bertani. Mereka sendiri adalah petani, tetapi masih harus membeli beras untuk dimakan. Saya sungguh tak tega melihatnya. Tzu Chi telah membimbing saya ke arah yang benar. Setelah kembali dari Taiwan, saya semakin teguh menapaki jalan ini,” ujar U San Thein, Relawan setempat.

“Melihat mereka harus membayar pinjaman dan kondisi ekonomi mereka juga tak baik, saya merasa sangat sedih. Melihat insan Tzu Chi dari luar negeri datang membantu, saya sangat senang. Terkadang, relawan lokal juga tak dapat memberi bantuan. Jadi, melihat kalian datang membantu, saya merasa sangat terhibur,” ucap Lü Jing, Relawan Tzu Chi.


Setelah survei, kita tahu bahwa mereka membutuhkan benih tanaman. Mereka telah bekerja keras, tetapi masih tak bisa memenuhi kebutuhan hidup. Kita memiliki makanan yang cukup untuk dinikmati, tetapi kita sering mendengar bahwa sampah dapur juga menyebabkan masalah pelestarian lingkungan. Jadi, kita harus benar-benar mengintrospeksi diri dan berterima kasih atas kerja keras para petani. Kita harus menghargai berkah.

Kita bisa melihat Amerika Serikat juga dilanda banjir. Banjir kali ini telah menyebabkan bencana yang begitu besar. Ribuan babi dan jutaan ayam mati kerana terendam banjir. Ini sungguh penderitaan yang tak terkira. Penderitaan seperti ini sangat sulit untuk dideskripsikan. Apa yang bisa kita lakukan untuk mengurangi bencana alam yang disebabkan oleh perubahan iklim? Untuk mengurangi perubahan iklim seperti ini, satu-satunya cara adalah menyucikan hati manusia. Jadi, beberapa hari ini, saya terus berulang kali mengingatkan bahwa demi memenuhi nafsu makan manusia, tanpa disadari, lebih dari 200 juta ekor hewan ternak dibunuh setiap harinya. Orang-orang harus menanggung karma buruk ini. Ini sangat menakutkan.

Kita harus tahu bahwa manusialah yang telah menyebabkan dunia sekarang ini rentan dilanda bencana. Di dunia seperti ini, bagaimana bisa kita begitu angkuh dan egois? Kita harus benar-benar melepaskan ego dan mengimbau orang-orang untuk menghimpun cinta kasih. Dengan bersumbangsih dengan cinta kasih yang tulus, barulah bisa meredam bencana. Jika tidak, ketika bencana datang, kita tak bisa berbuat apa-apa. Selain bencana alam, penyakit dan kemiskinan juga membawa banyak penderitaan di dunia. Saya terus mengingatkan bahwa kita harus menggalang lebih banyak Bodhisatwa dunia. Jika tidak, ketika bencana datang, korban bencana akan sangat menderita karena tak ada orang yang membantu mereka.


Ketika ada orang yang membutuhkan, insan Tzu Chi selalu memberi perhatian dan menghibur mereka dengan cinta kasih. Insan Tzu Chi terjun ke tengah masyarakat untuk melindungi, merawat, dan mendampingi orang yang membutuhkan. Tujuannya adalah untuk membawa kedamaian bagi masyarakat. Kita telah melakukannya. Namun, banyak relawan kita yang telah berusia lanjut. Bisakah semangat cinta kasih tanpa pamrih ini terus diwariskan? Apakah generasi muda Apakah generasi muda mau meneruskan misi kita? Saya sungguh sangat khawatir. Bagaimana jadinya jika tak ada relawan yang bersumbangsih tanpa pamrih dan tak perhitungan dalam hal waktu yang telah mereka habiskan di masyarakat?

Jika orang-orang hanya menghabiskan waktu untuk mencari uang dan mengejar kesenangan hidup, siapa yang akan membantu korban bencana ketika dilanda bencana? Relawan Tzu Chi selalu siap untuk bersumbangsih tanpa dibatasi oleh waktu dan mendedikasikan diri dengan semangat misi. Kita harus menganggap kerja keras sebagai berkah serta melakukannya dengan ikhlas dan menerima dengan sukacita. Bisakah orang-orang di masa mendatang melakukannya dengan ikhlas dan menerima dengan sukacita? Relawan Tzu Chi generasi pertama telah bersumbangsih dari muda hingga tua. Waktu tak akan menunggu siapa pun. Berapa banyak orang berusia paruh baya atau kaum muda yang bersedia bergabung dengan kita? Kita harus bekerja keras untuk menginspirasi orang untuk bergabung dengan kita karena waktu terus berlalu. Apa yang bisa kita lakukan untuk meringankan penderitaan di dunia?

Saya berharap para Bodhisatwa senior lebih berusaha dalam menginspirasi orang. Saya juga sedang berusaha. Saya berharap kehidupan generasi berikutnya di masa mendatang bisa lebih aman, tenteram, dan harmonis. Saya berharap generasi berikutnya dapat meneruskan misi kita. Saya berterima kasih kepada para Bodhisatwa sekalian. Semoga semua orang mewariskan kekuatan cinta kasih  serta saling mengasihi dalam berinteraksi. Melihat begitu banyak penderitaan di dunia, kita tak boleh mengesampingkan penderitaan semua makhluk. Kita harus membantu mereka. Kita harus menggenggam waktu dan memanfaatkan kehidupan ini. Kita tak boleh tidak memedulikan penderitaan semua makhluk.


Bencana alam sangat menakutkan, tetapi untungnya masih ada cinta kasih di dunia. Kita semua harus berdoa dengan tulus, membangkitkan niat baik, dan menghimpun kekuatan cinta kasih agar dunia kita bisa lebih aman dan tenteram. Semoga kalian semua berdoa dan bervegetaris dengan tulus. Saya selalu mengimbau orang-orang untuk sungguh-sungguh menghargai kehidupan dan sumber daya alam; bervegetaris dan berdoa dengan tulus. Inilah yang harus kita lakukan. Terima kasih, semuanya. Semoga kalian memiliki hati yang tulus.  

 

Banyak bencana yang terjadi akibat ulah manusia

Banyak penderitaan terlihat di depan mata

Melepaskan keakuan dan menghimpun cinta kasih

Mendedikasikan diri dan mewariskan semangat misi dari generasi ke generasi

 

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 3 Oktober 2018

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,

Penerjemah: Hendry, Karlena, Li Lie, Marlina

Ditayangkan tanggal 5 Oktober 2018\

Editor: Yuliati

Umur kita akan terus berkurang, sedangkan jiwa kebijaksanaan kita justru akan terus bertambah seiring perjalanan waktu.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -