Ceramah Master Cheng Yen: Mewariskan Pelita Batin dari Generasi ke Generasi


Hari ini adalah hari ulang tahun Tzu Ching yang ke-30. Pada hari ini 30 tahun yang lalu, Tzu Ching resmi dibentuk. Saya teringat akan Tzu Ching 30 tahun yang lalu. Anggota Tzu Ching yang berada di hadapan saya dan memperingati ulang tahun yang ke-30 hari ini merupakan anggota Tzu Ching 30 tahun lalu yang telah menjadi Tzu Ching senior sekarang.

Kita melihat ada begitu banyak anggota Tzu Ching di cuplikan video ini. Mungkin beberapa dari kalian yang hadir saat ini juga muncul dalam video tersebut. Saya juga melihat diri saya 30 tahun yang lalu dalam cuplikan tersebut. Saya membandingkan penampilan saya 30 tahun yang lalu dengan penampilan saya sekarang. Tanpa disadari, saya telah mengalami perubahan fisik.

Melihat diri saya yang sekarang, saya pun menyadari bahwa saya tidak lagi terlihat seperti dahulu. Namun, saya adalah orang yang sama yang telah menapaki jalan Tzu Chi selama berpuluh-puluh tahun. Karena itu, saya sering berkata bahwa segala yang berwujud ialah semu meski terlihat nyata.


Saya benar-benar adalah orang yang sama dengan diri saya saat itu. Hanya saja, rupa saya berbeda sekarang. Karena itu, Buddha mengajari kita prinsip kebenaran yang mendalam tentang rupa. Mereka yang tidak memahami hal ini mungkin akan melekat pada rupa masa lalu. Janganlah melekat pada rupa masa lalu. Kita akui saja perubahan rupa kita. Tidak ada yang bisa menjadi muda kembali. Jadi, kita harus menerima perubahan rupa kita.

Berkat jalinan jodoh, kita dapat berhimpun dan berfoto bersama saat itu. Kita harus mengakui perubahan ini karena orang-orang di dalam foto itu telah menunjukkan rupa kita dahulu. Penampilan kita telah berubah. Kita sungguh telah mengalami perubahan fisik. Jadi, segala sesuatu akan mengalami perubahan. Inilah yang disebut kekosongan sejati.

Penampilan kita tidak lagi seperti dahulu. Fisik kita terus mengalami perubahan hingga seperti yang terlihat sekarang. Jadi, Bodhisattva sekalian, kita mengalami perubahan fisik seiring waktu setiap harinya. Meskipun demikian, kesungguhan kita janganlah berubah. Kesungguhan apa? Kesungguhan untuk kembali pada sifat hakiki yang murni dan tidak ternoda seperti Buddha, yaitu hati yang penuh welas asih agung.
Apakah kalian sudah melihat logo Tzu Ching? Di logo tersebut terdapat dua tangan yang bergandengan dan menggenggam sebatang lilin, melambangkan bagaimana anggota Tzu Ching menyalakan lilin masing-masing dari lilin yang telah menyala ini dan terus menyalakan lilin-lilin lainnya dengan lilin mereka sehingga cahaya ini makin cemerlang dan masyarakat penuh kecemerlangan.

Lilin pertama yang meneruskan cahayanya ke lilin lain akan tetap bersinar terang tanpa kehilangan cahayanya. Bagian luar logo adalah bunga teratai dan di dalamnya adalah dua tangan yang menggenggam sebatang lilin.

Saat itu, logo ini didesain dengan pemikiran seperti ini. Ini merupakan logo Tzu Ching dan dapat dilihat di bagian dada seragam mereka. Jadi, Bodhisattva sekalian, kita harus selamanya mengingat bunga teratai ini. Seragam yang kalian kenakan sekarang memiliki logo dua tangan bergandengan ini. Logo ini telah tersebar luas di seluruh dunia. Selain logo Tzu Ching, logo Tzu Chi dengan gambar perahu di dalam bunga teratai juga telah menyebar ke seluruh dunia.


Bunga teratai melambangkan sifat hakiki yang murni dan selamanya tidak akan ternoda oleh kegelapan batin dan ketamakan masyarakat. Namun, jika kita hanya mengejar kesenangan tanpa kembali pada sifat hakiki kita yang bajik, waktu kita pun akan berlalu dengan sia-sia. Kita harus menggenggam waktu untuk mengembangkan nilai kehidupan kita.

Ketika kita membangkitkan kebajikan dan mencurahkan perhatian terhadap sesama, kehidupan kita pun akan memancarkan cahaya. Kebajikan yang kita bangkitkan ini dapat meningkatkan kecemerlangan hidup kita. Namun, jika kita mengabaikan ajaran yang baik, batin kita akan mati rasa.

Jika kita tidak kembali pada sifat hakiki kita, kita akan diliputi oleh kegelapan batin. Itu sangat disayangkan. Jadi, rabalah saku kalian. Apakah ada uang logam di dalamnya? Jika ada, bangkitkanlah kebajikan dan donasikanlah uang itu. Dengan demikian, kehidupan kita pun akan terus memancarkan cahaya.  

Selama tiga puluh tahun, Tzu Ching tetap berpegang teguh pada tekad awal
Memiliki pikiran tak ternoda bagai bunga teratai
Menerangi dunia dengan pelita batin masing-masing
Mewariskan pelita batin dan mempraktikkan kebajikan bersama

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 31 Mei 2022
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Devi
Ditayangkan tanggal 02 Juni 2022
Kerisauan dalam kehidupan manusia disebabkan dan bersumber pada tiga racun dunia, yaitu: keserakahan, kebencian, dan kegelapan batin.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -