Ceramah Master Cheng Yen: Mewariskan Pelita Hati dari Generasi ke Generasi


Saya sering mengatakan kepada relawan Tzu Chi bahwa jika sesuatu itu benar, setelah memikirkannya, kita harus segera mengambil langkah untuk melakukannya, tetapi arahnya tidak boleh menyimpang sedikit pun. Relawan Tzu Chi telah berhasil melakukannya.

Dahulu, ketika kita memulai semangat celengan bambu dengan menyisihkan 50 sen, sesungguhnya ini hanyalah permintaan kecil. Saya ingin semua orang dapat membangkitkan sebersit niat baik setiap hari. Inilah permintaan saya kepada mereka saat itu. Sekarang, saya tidak boleh melupakan tekad awal untuk menghimpun tetesan cinta kasih itu.

Saya mengajak orang-orang berdonasi dalam jangka panjang untuk membangkitkan cinta kasih setiap hari dan bersedia bersumbangsih setiap saat. Kita bertemu banyak orang setiap hari dan kita bisa mengingatkan mereka, "Apakah Anda telah membangkitkan cinta kasih hari ini?" Antarsesama manusia, kita meneruskan semangat ini dari satu orang ke yang lainnya. Bukankah dalam Sutra Teratai juga membahas hal ini?

Dalam membabarkan Dharma, jika membabarkan Dharma kepada satu orang, lalu orang tersebut menyebarkannya kepada 50 orang, ini adalah pahala. Buddha tidak meminta banyak, cukup satu orang menyebarkan Dharma kepada 50 orang. Ini jugalah harapan saya. Kita harus terus menyebarkan cinta kasih. Inilah semangat celengan bambu. Semangat ini masih terus disebarkan oleh relawan Tzu Chi di seluruh dunia. Melalui cara ini, kita mewariskan semangat dan nilai. Kita juga telah menjalankan dan mengemban tanggung jawab ini.


Perjalanan yang saya lalui hingga saat ini sungguh tidaklah mudah, tetapi saya merasa saat-saat sulit tersebut merupakan sebuah berkah. Sekarang, saya melihat banyak orang mendukung Tzu Chi. Mereka percaya bahwa kita melakukan hal yang benar dan memuji Tzu Chi. Mendengar hal ini, saya merasa tenang.

Saya berharap para Bodhisatwa dunia yang hadir di sini bisa bersatu hati. Saya berharap mereka yang belum pernah mendengar Tzu Chi atau mengenal saya juga memiliki kesempatan di masa depan. Saya berharap para Bodhisatwa yang mendengarkan secara daring ataupun yang hadir di depan saya dapat memiliki tekad yang sama dengan saya. Asalkan semua orang memiliki tekad yang sama dengan saya, kita dapat berjuang demi kepentingan bersama di dunia. Dunia membutuhkan saya, Anda, dan dia. Meski kita menyebut orang dengan kata saya, kamu, dan dia, kita harus bekerja sama dan menyatukan hati.

Akhir-akhir ini, saya sering berbicara tentang menginspirasi orang yang tak terhitung banyaknya dan menyatukan semua orang. Untuk menyatukan semua orang, mereka harus bertemu satu sama lain. Dalam interaksi antarmanusia, orang-orang harus saling bertemu. Kita saling bertemu secara daring. Suara saya tersebar ke seluruh dunia. Saya berharap teknologi dapat menyebarkan kata-kata dan gambar saya meskipun sekarang saya sudah tua.

Mari lebih sering menyaksikan Da Ai TV. Ketika menonton Da Ai TV, saya kerap melihat diri saya saat muda dengan mata yang terlihat sangat cerah. Sekarang, saya kesulitan membuka mata dan tidak bisa melihat dengan jelas. Ini sesuai dengan hukum alam bahwa kita akan meninggal suatu hari nanti. Beruntungnya, kita masih memiliki kesempatan untuk terlahir kembali. Harapan saya ialah lahir kembali di alam manusia.


Saya bersyukur kepada diri sendiri dan orang-orang yang telah menemani, membantu, dan berjalan bersama saya di jalan Tzu Chi ini. Baik di masa lalu, masa sekarang, maupun masa depan, arah kita harus benar. Untuk itu, saat ini saya harus memastikan orang-orang yang berjalan bersama saya memiliki arah yang tidak menyimpang.

Dalam Sutra Teratai, Buddha mendorong orang-orang untuk menyebarkan Dharma mulai dari satu orang hingga 50 orang. Orang ke-50 ini melambangkan generasi ke-50. Mewariskan Dharma dari generasi ke generasi berarti menyalakan cahaya pelita yang tak terhitung jumlahnya. Bukankah ini seperti bintang-bintang yang bersinar terang pada malam yang gelap?

Kalian telah berjalan di jalan Tzu Chi dan mengukir sejarah. Saya berharap kalian dapat mencatat perjalanan yang telah kalian lalui di Tzu Chi untuk meninggalkan sejarah bagi kehidupan sendiri dan meninggalkan sejarah Tzu Chi di dunia. Mari menginventarisasi kehidupan kita dan jangan menyia-nyiakan kehidupan. Satu langkah meninggalkan sebuah jejak. Setiap orang harus meninggalkan jejak langkah mereka. Seiring berjalannya waktu, kita bergerak maju selangkah demi selangkah. Seiring waktu, kita bisa melangkah lebih jauh dan meninggalkan jejak langkah kita.


Kita hidup di dunia, di era yang penuh kelimpahan. Kita harus lebih bersyukur kepada diri sendiri karena kedua kaki kita telah meninggalkan jejak di dunia ini. Kita perlu merekam jejak langkah kita dengan baik, saling bersyukur, dan membantu mencatat sejarah antarsesama. Dengan merekam jejak langkah para relawan Tzu Chi, kita dapat melihat dan mendengar langsung serta ikut menemani perjalanan mereka. Kita semua telah membangun ikrar dari kehidupan ke kehidupan sehingga kita bisa saling berjodoh.

Buddha mencapai kebuddhaan karena di berbagai kehidupan lampau-Nya, Beliau telah menjalin jodoh baik dengan banyak orang. Ketika jalinan jodoh ini matang, Beliau mencapai kebuddhaan. Jadi, kita harus menggenggam jalinan jodoh dan kesempatan dengan baik. Kita harus tekun menapaki Jalan Bodhisatwa dan memanfaatkan setiap detik dengan baik. Jangan menyia-nyiakan waktu.

Saya berharap semua orang dapat menjadi bintang-bintang yang bersinar terang di langit dan menjadi orang yang membawa pelita untuk menerangi kegelapan. Kita semua bisa melakukannya.   

Kenangan akan masa celengan bambu tidak terlupakan
Mempertahankan niat baik dan meneruskan jalinan jodoh
Dharma Bersatu hati dan bergotong royong demi kepentingan bersama
Mewariskan pelita hati dari generasi ke generasi   

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 02 Oktober 2022
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Heryanto
Ditayangkan tanggal 04 Oktober 2022
Kehidupan masa lampau seseorang tidak perlu dipermasalahkan, yang terpenting adalah bagaimana ia menjalankan kehidupannya saat ini.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -