Ceramah Master Cheng Yen: Mewariskan Pelita Hati untuk Menerangi Dunia

“Master, engkau adalah pembimbing jiwa kebijaksanaan kami, karena welas asih dan kebijaksanaanmu membuat kami berani berjuang untuk menggalang Bodhisatwa dunia dan bersama-sama berbuat baik. Berhubung kesehatan saya beberapa tahun ini kurang baik, saya tidak dapat mengikuti kegiatan Tzu Chi. Master bilang pada saya, ‘Kamu bisa keluar agar orang-orang melihatmu. Gunakan mulutmu untuk bercerita agar orang lain mendengar, begitu saja.’ Terima kasih atas welas asih Master. Kami para murid di atas panggung ataupun di tempat duduk, semuanya berharap Master sehat selalu dan terus membimbing kami untuk berjalan di jalan yang benar,” Kata Jiang Lin Jin-luan relawan Tzu Chi.

Kita melihat Ibu Jiang. Yang paling saya ketahui dari dirinya ialah ketulusannya. Dahulu beliau selalu mendampingi saya pergi ke Yunlin, Chiayi, dan Tainan. Saat saya meninjau lahan untuk RS Tzu Chi Dalin yang sekarang, beliau jugalah yang mendampingi saya. Semua ini mengandung jalinan jodoh yang dalam. Saat kita berencana untuk membangun rumah sakit di Dalin, beliau mendampingi saya meninjau sebidang lahan sekitar 18 hektare. Lahan itu adalah kebun tebu.

Saya juga sangat berterima kasih kepada Bapak Zou, ayah mertua dari relawan kita, A-jing, juga kepada Ibu Jiang. Berkat adanya berbagai jalinan jodoh kala itu, barulah saya berkesempatan melihat lahan itu.

 

Saya berkata bahwa luasnya kurang dari 20 hektare. Jadi, A-jing menyampaikannya kepada ayah mertuanya. Ayah mertuanya berkata, "Di sebelah lahan itu, bukankah kita punya sebidang lahan satu hektare lebih? Jika itu diberikan kepada Master, luasnya menjadi 20 ha." Demikianlah jalinan jodohnya. Jalinan jodoh sungguh tak terbayangkan.

Sungguh banyak kisah yang patut disyukuri. Mereka begitu bertekad untuk menyumbangkan lahan. Saat pembangunan sedang berjalan, setiap kali datang ke lokasi proyek, saya pasti dapat menikmati teh herbal. Saat rumah sakit sudah beroperasi, Bapak Zou juga selalu menyiapkan teh herbal. Ini adalah sejarah yang berharga. Saya sangat bersyukur. Jadi, baik Ibu Jiang maupun keluarga Bapak Zou, semuanya bersumbangsih dengan cinta kasih. Begitu pula dengan para relawan senior lainnya.

Ada pula Shou-rong. Orang tuanya tinggal di Taitung. Saat saya mengenalnya, dia sedang menempuh pendidikan di Taiwan bagian barat. Setelah lulus, dia berkeluarga di sini. Dia juga bertekad untuk memperhatikan para penerima bantuan Tzu Chi di daerah ini. Dia mengantarkan bahan makanan bagi para lansia dan merawat mereka. Ini sungguh tidak mudah. Jadi, para relawan di Yunlin dan Chiayi amat tekun dan bersemangat. Rasa terima kasih saya ini sungguh tak habis diucapkan.


Waktu berlalu dengan cepat dan manusia terus menua. Saya mengatakan kepada seluruh insan Tzu Chi bahwa kita harus bertekad dan berikrar. Jangan berkata, "Saya sudah tua. Saya sedang menanti orang untuk memperhatikan saya." Kita harus menjadi orang yang memperhatikan orang lain. Jangan hanya duduk menanti orang datang memperhatikan. Jadi, jangan berpikir diri sendiri sudah tua.

Kita dapat memanfaatkan kehidupan kita saat ini karena saat-saat inilah yang paling bebas. Kebebasan ini harus kita manfaatkan untuk memberi manfaat bagi masyarakat. Jadi, Buddha datang ke dunia demi satu tujuan mulia, yakni mengajarkan praktik Bodhisatwa.

Bodhisatwa muncul karena adanya makhluk yang menderita. Jadi, kita semua tidak ingin menjadi makhluk yang menderita. Kita seharusnya berkeinginan untuk menjadi Bodhisatwa. Bodhisatwa memperhatikan mereka yang kekurangan, sendirian, atau sakit.

Sesungguhnya, saat ini banyak dari kalian yang anak-anaknya bekerja di daerah lain. Namun, kita harus mengingatkan diri bahwa kita bukanlah lansia yang hidup sebatang kara. Kita memiliki keluarga besar Tzu Chi. Di dalam keluarga ini, kita memiliki saudara se-Dharma. Mereka ada di komunitas kita dan di sisi kita. Jadi, kita sama sekali tidak sendirian. Kita bukanlah lansia yang hidup sebatang kara. Kehidupan kita selamanya penuh semangat. Kita harus hidup penuh semangat. Jangan mengaku tua. Kita harus menggenggam waktu yang ada.


Melihat relawan yang lebih tua, belakangan ini saya juga merasakan yang mereka rasakan. Tubuh tidak dapat bergerak dengan tangkas. Saya harus berjalan pelan-pelan dan menapak selangkah demi selangkah dengan mantap. Saat kaki depan menapak, kaki belakang harus melangkah. Kaki depan harus menapak dengan mantap dan kaki belakang harus melangkah dengan ringan. Dengan begitu, barulah kita bisa berjalan maju dengan mantap.

Saya berharap kita semua dapat mewariskan kebajikan dan cinta kasih dalam keluarga kita ini. Saya berharap anak cucu kalian dapat meneruskannya dari generasi ke generasi. Ini adalah warisan kebajikan bagi keluarga dan dunia.

“Kakek Guru, saya mengasihi Kakek Guru. Saya ingin cepat besar agar bisa menjalankan Tzu Chi dan berbakti kepada Kakek Guru. Menyosialisasikan vegetarisme dan bervegetaris; terjun ke tengah masyarakat demi membimbing semua makhluk, Tzu Ching dan tim genderang akan berusaha. Mohon agar Kakek Guru merasa tenang. Kami pasti akan bersungguh hati. Para murid Jing Si di Chiayi berikrar dengan tulus. Memetik pelajaran besar, kami pasti bervegetaris. Memetik pelajaran besar, kami pasti berbuat baik. Memetik pelajaran besar, kami pasti menjalankannya. Dalam menggalang Bodhisatwa dunia, kami pasti berusaha sepenuh hati. Mohon agar Master merasa tenang. Master, kami membutuhkan Master. Master, kami sungguh membutuhkan Master. Master, kami tidak bisa tanpa Master.”


Baik. Kalian membutuhkan saya, saya lebih membutuhkan kalian. Kehidupan tak luput dari hukum alam. Pelita dapat diteruskan sampai cahayanya menjadi tak terhingga.

Ya, Buddha datang ke dunia demi satu tujuan, yaitu membimbing orang-orang untuk menjadi Bodhisatwa dan membangkitkan tekad untuk mewariskan semangat cinta kasih ini dari kehidupan ke kehidupan. Menyucikan hati manusia adalah satu-satunya cara untuk membawa harapan bagi dunia.

Harap kalian selalu mengingat ikrar kalian tadi dan mewariskan pelita hati agar semua orang dapat kembali pada sifat hakiki yang murni dan menapaki Jalan Bodhisatwa.

Saya mendoakan kalian semua semoga di tahun baru segala hal berjalan sesuai harapan dan kalian dapat mewariskan cinta kasih selamanya.

Bertekad membangun rumah sakit untuk melindungi masyarakat
Tidak sendirian berkat adanya cinta kasih dan kebajikan
Mewariskan pelita hati untuk menerangi dunia
Berikrar untuk mewariskan kebajikan dalam keluarga

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 02 Februari 2021         
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 04 Februari 2021
The beauty of humanity lies in honesty. The value of humanity lies in faith.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -