Ceramah Master Cheng Yen: Mewariskan Pelita Kebijaksanaan dan Menakhodai Perahu Cinta Kasih


“Nilai inti dari Asosiasi Tzu Cheng Yi De sama dengan nilai inti Master, yaitu cinta kasih. Melalui keteladanan kita dalam menyebarkan cinta kasih, kita berharap anak-anak ini akan menjadi sebuah kekuatan di dalam masyarakat,”
kata Lin Sheng-sheng relawan Tzu Chi.

“Tiga puluh tahun yang lalu, Ibu mengatakan bahwa semua orang di dunia ini adalah keluarga kita dan seberapa besar cinta kasih kita, sebesar itulah keluarga ini,” kata Chen Li-xun Putri dari Lin Sheng-sheng.

Saya sungguh tidak rela. Kemarin, kita mengadakan upacara peringatan di Universitas Tzu Chi Hualien.

“Toleransi dan cinta kasih dari Ibu Lin Sheng-sheng selalu ada dalam setiap jejak Asosiasi Ibu Yi De,” kata Gao Xiu-min relawan Tzu Chi.

“Sejak Universitas Tzu Chi didirikan, beliau telah menjadi Ibu Yi De. Hingga ketika meninggal, beliau menyumbangkan tubuhnya bagi fakultas kedokteran Tzu Chi. Saya merasa bahwa hidup Lin Sheng-sheng sepenuhnya sesuai dengan harapan Master,” kata Wang Ben-rong Direktur misi pendidikan Tzu Chi.

Lin Sheng-sheng adalah Ibu Yi De. Banyak orang mengenalnya karena beliau adalah relawan senior yang mendampingi saya membangun rumah sakit dan sekolah. Lebih dari 30 tahun yang lalu, ketika misi pendidikan dimulai, saya terus berpikir bahwa pendidikan harus dapat membina insan berbakat bagi masyarakat dan dunia. Oleh karena itu, saya berharap kita dapat membina cinta kasih semua orang dan ini membutuhkan dukungan dari insan Tzu Chi.


Di sini, insan Tzu Chi memiliki latar belakang agama yang berbeda-beda, tetapi semuanya memiliki karakter dan semangat Bodhisatwa dunia yang bersumbangsih tanpa pamrih bagi orang yang menderita dengan hati yang penuh syukur. Ya, hal yang paling dibutuhkan masyarakat ialah pendidikan syukur dan budi pekerti. Oleh karena itu, kita mendirikan Asosiasi Ayah Tzu Cheng dan Ibu Yi De.

Selain mendedikasikan diri pada misi Tzu Chi, saat saya membangun sekolah dan rumah sakit, mereka mengikuti langkah saya dengan cermat. Terlebih lagi, mereka dengan sangat kuat mendorong "kereta lembu" ini di jalan yang menanjak. Meski bebannya sangat berat, mereka tetap mendorong tanpa henti. Saya hanya menarik dari depan dan kekuatan sepenuhnya terletak pada relawan yang ada di samping dan belakang. Dengan bantuan mereka, kereta ini dapat tiba di puncak bukit.

Ketika melihat ke belakang, saya tidak sadar bahwa barisannya telah sangat panjang. Kereta ini sungguh berat dan ada begitu banyak orang di samping dan belakang yang membantu mendorong. Tzu Chi bisa menjadi seperti saat ini, saya harus melihat ke belakang dan mengucapkan terima kasih kepada semuanya dengan membungkuk dan beranjali. Saya sungguh berterima kasih kepada semuanya.


Saya juga bersyukur karena beberapa relawan telah membuat janji dengan saya. Setelah membantu mendorong kereta, mereka berbalik dan membungkukkan badan. Mereka berkata kepada saya, "Master, saya berhenti di sini. Ada sekelompok orang di belakang yang akan terus mendorong kereta ini. Saya akan menuruni bukit dan menunggu Master kembali. Saya akan terus mendorong kereta di masa depan." Jadi, di masa depan, akan ada banyak kereta yang harus didorong oleh semua orang dari kehidupan ke kehidupan.

Hendaknya kita mendorong kereta Bodhisatwa ini dari dunia makhluk awam hingga naik ke bukit Bodhisatwa. Inilah ikrar dan tekad yang harus dibangun semua orang. Lihatlah, Zhang Guang-hui juga telah "menuruni bukit" pada bulan April. Setelah siap, dia akan kembali lagi.

Setelah Sekolah Tzu Chi dibangun, di masa-masa awal, Ayah Tzu Cheng ini akan menunggu di gerbang sekolah dasar dan menengah untuk menggandeng tangan para siswa dan mengantar mereka ke dalam sekolah. Setelah sampai di kelas mereka, Ayah Tzu Cheng juga akan membantu mencarikan tempat. Dia berkata, "Ini tempat dudukmu. Duduk yang baik dan belajarlah dengan rajin." Ketika mengingat kembali hal ini, sudah berapa banyak tangan yang digandengnya?


Saat ini, para siswa itu telah membangun keluarga sendiri. Saya ingat beberapa tahun yang lalu, seorang Ayah Tzu Cheng meninggal dunia. Semua putra dan putrinya hadir. Banyak orang bertanya, "Mengapa dia bisa memiliki begitu banyak putra dan putri?" Relawan menjawab, "Mereka adalah anak-anak dari sekolah Tzu Chi." Ini menunjukkan seberapa dekat mereka. Jadi, cinta kasih yang dimiliki insan Tzu Chi adalah cinta kasih berkesadaran.

Orang yang melayani tanpa pamrih ataupun kemelekatan serta memiliki cinta kasih berkesadaran yang murni adalah Bodhisatwa. Kita dapat melihat bahwa siswa yang didampingi oleh para Ayah Tzu Cheng dan Ibu Yi De memiliki berbagai pencapaian dalam berbagai bidang di masyarakat. Di bidang pendidikan, mereka sukses menjadi doktor dan guru. Mereka terus mendidik generasi demi generasi agar semuanya dapat mencapai kesuksesan. Saya sungguh berterima kasih.

Dalam empat badan misi Tzu Chi, baik itu misi amal, misi kesehatan, misi pendidikan, maupun misi budaya humanis, terdapat lulusan sekolah Tzu Chi. Setiap kali saya melihat ini, saya merasa sangat tenang dan terhibur. Tidak ada penyesalan sepanjang hidup saya. 

Para Ibu Yi De memberi keteladanan melalui tindakan yang lembut
Membina insan berbakat dengan cinta kasih, welas asih, ketulusan, dan kebenaran
Membungkuk dengan penuh syukur dan membangun harapan
Mewariskan pelita kebijaksanaan dan menakhodai perahu cinta kasih    

Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 22 Mei 2023
Sumber: Lentera Kehidupan - Daai Tv Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Felicia
Ditayangkan Tanggal 24 Mei 2023
Walau berada di pihak yang benar, hendaknya tetap bersikap ramah dan bisa memaafkan orang lain.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -