Ceramah Master Cheng Yen: Mewariskan Pelita Kebijaksanaan
Kita
bisa melihat banyak bencana yang terjadi di seluruh dunia. Sungguh, hidup aman
dan tenteram adalah berkah. Bencana akibat ulah manusia membuat orang-orang
menderita karena mengungsi, sedangkan bencana alam menghancurkan segalanya
dalam sekejap. Sungguh, bencana membawa penderitaan dan membuat orang
kehilangan segalanya. Kita hendaknya menyadari berkah.
Sesuai hukum alam, semua orang akan menua dan jatuh sakit. Bagaimana kita menjaga kesehatan? Dengan menerapkan pola makan vegetaris. Saudara sekalian, apa kekurangan dari makanan vegetaris? Bukankah kita tetap memiliki fisik dan batin yang sehat selama kita bervegetaris? Apakah makanan hewani lebih menyehatkan? Belum tentu, bahkan mungkin mengganggu kesehatan. Jadi, jangan mencari alasan.
Tekad kita harus teguh. Jika ingin memiliki tubuh yang sehat, kita harus bervegetaris terlebih dahulu. Ini berarti menjalani hidup sesuai hukum alam. Lahir dan mati adalah bagian dari hukum alam. Kita hendaknya menjalani hidup sesuai hukum alam. Jangan menciptakan karma buruk dengan membunuh hewan.
Semangat Hari Makan Etis Sedunia yang sesungguhnya ialah setiap orang bervegetaris setiap kali makan setiap harinya. Mengonsumsi sayuran dan buahan merupakan cara menjaga kesehatan yang sangat alami. Sejak kita lahir, langit dan bumilah yang menopang kehidupan kita. Langit menyediakan udara yang segar dan oksigen bagi kita, sedangkan bumi menyediakan beragam tanaman pangan. Beragam tanaman pangan ini sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan nutrisi kita. Mengapa manusia harus membunuh hewan untuk dikonsumsi?
Banyak nyawa yang dikorbankan demi memenuhi nafsu makan manusia yang hanya dirasakan beberapa detik. Setiap hari, manusia membunuh lebih dari 200 juta ekor hewan dan menciptakan karma buruk besar. Karena itulah, terjadi banyak bencana di dunia. Inilah karma kolektif semua makhluk.
Segala sesuatu tak luput dari hukum sebab akibat. Jangan merasa bahwa bencana-bencana terjadi di negara lain. Saya ingin mengingatkan kalian bahwa Bumi terus berotasi. Saat hidup kita aman dan tenteram, kita harus membina ketulusan. Setiap hari, saya mengimbau orang-orang untuk mawas diri, berhati tulus, serta tekun dan bersemangat.
Sungguh, kita adalah Bodhisatwa dunia. Kita melakukan perbuatan baik di dunia sesuai yang diajarkan dalam Sutra. Inilah Bodhisatwa hidup. Dahulu, Buddha membabarkan Dharma yang merupakan ajaran kebenaran. Kini, kita adalah Bodhisatwa dunia yang mempraktikkan Dharma secara nyata. Kalian adalah insan Tzu Chi generasi pertama.
Dahulu, orang-orang pergi ke kuil untuk bertobat dan melantunkan Sutra serta memohon perlindungan dari Buddha dan Bodhisatwa. Namun, insan Tzu Chi tidak demikian. Di mana pun orang membutuhkan bantuan, insan Tzu Chi akan pergi ke sana untuk melenyapkan penderitaan. Kita mempraktikkan Dharma secara nyata. Selain mengasihi sesama manusia, kita juga harus mengasihi bumi.
Hidup pada zaman sekarang, kita bisa memperoleh banyak informasi. Karena itu, kita harus menggenggam saat ini. Kita bisa membuktikan kebenaran dalam ajaran Buddha dengan ilmu pengetahuan. Saat kita terjun ke tengah masyarakat, baik tekun maupun tidak, diri sendirilah yang akan menuai hasilnya. Jika kita bermalas-malasan, diri sendiri jugalah yang rugi.
Seiring berlalunya satu hari, usia kehidupan kita juga berkurang satu hari. Ini adalah fakta, bukan topik yang tabu dan tidak boleh dibicarakan. Hidup dan mati adalah hal yang biasa bagi setiap orang. Jadi, kita harus menghadapi kenyataan. Waktu terus berlalu. Sangat disayangkan jika kita tidak bersungguh-sungguh menggenggam waktu.
Saudara sekalian, kita jangan berhenti bersumbangsih. Kita sungguh harus menyemangati diri sendiri. Bodhisatwa sekalian, perlu kalian ketahui bahwa dalam menjalankan Tzu Chi, kita harus bersungguh hati karena apa pun kebaikan yang dilakukan, diri sendiri yang akan memperoleh manfaat. Setiap kali bersumbangsih, kita menjalin jodoh baik dengan orang lain. Jadi, diri sendirilah yang memperoleh manfaat.
Saudara sekalian, bagai harapan orang tua terhadap anak, saya juga berharap murid-murid saya dapat tekun melatih diri. Prinsipnya sama dengan para guru yang berharap murid-murid mereka meraih prestasi yang bagus. Kita semua adalah insan Tzu Chi generasi pertama. Kita memiliki tanggung jawab untuk menyebarkan semangat Tzu Chi dan kekuatan cinta kasih dari Taiwan ke segala penjuru dunia.
Berada di tempat berawalnya Tzu Chi, inilah yang hendaknya kita lakukan. Sesungguhnya, setelah lilin kita dinyalakan, agar wilayah tempat tinggal kita semakin cemerlang, kita harus menyalakan lilin lain dengan lilin kita. Ini tidak akan mengurangi cahaya lilin kita. Bagi para relawan senior, mewariskan tanggung jawab pada relawan lain bukan berarti menarik diri dari misi Tzu Chi. Jika kalian berbuat demikian, maka lilin kalian akan padam.
Kita harus menjaga lilin kita agar selalu menyala. Jadi, kita harus terus-menerus menyalakan lilin lain agar wilayah tempat tinggal kita semakin lama semakin cemerlang. Kita ingin mengubah kegelapan menjadi kecemerlangan. Kita harus menyalakan pelita kebijaksanaan untuk menyinari jalan. Setelah menyalakan sebatang lilin lain, kita jangan memadamkan lilin sendiri.
Sungguh, setelah lilin kita dinyalakan, janganlah kita membiarkannya padam. Kita harus terus menyalakan lilin-lilin yang tak terhingga. Jadi, jangan berhenti bersumbangsih setelah mewariskan tanggung jawab. Kita harus menginspirasi lebih banyak relawan. Jangan membiarkan lilin kita padam setelah menyalakan lilin lain. Jika demikian, Tzu Chi tidak akan berkembang dan kelak, kita mungkin harus belajar dari relawan luar negeri.
Semoga para insan Tzu Chi generasi pertama dapat memikul tanggung jawab untuk mewariskan semangat Tzu Chi dari generasi ke generasi. Melihat relawan muda terus berkembang, saya berharap relawan lansia tidak mundur. Kita harus meluruskan pinggang dan berdiri tegap untuk terus bersumbangsih. Meski usia terus bertambah, tetapi kita jangan menyerah pada usia. Intinya, kita harus melangkah maju dengan tubuh yang tegap.
Mengimbau
orang-orang bervegetaris
Bodhisatwa dunia
mempraktikkan Dharma
Dengan tekun dan
bersemangat, diri sendiri akan memperoleh manfaat
Master menaruh
harapan besar terhadap murid-muridnya
Ceramah Master
Cheng Yen tanggal 9 April 2019
Sumber: Lentera
Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah:
Hendry, Karlena, Li Lie, Marlina
Ditayangkan
tanggal 11 April 2019