Ceramah Master Cheng Yen: Mewariskan Pilar Masyarakat dari Generasi ke Generasi


“Tim akreditasi telah memastikan bahwa pengelolaan Sekolah Tzu Chi Chiang Mai telah sesuai dengan moto sekolah, yakni ‘Empat Pikiran Tanpa Batas’ yang mencakup cinta kasih, welas asih, sukacita, dan keseimbangan batin. Moto ini telah menuntun kami hingga dapat mendapat penilaian yang baik dari tim akreditasi,”
kata Yin Wen-xian Kepala Sekolah Tzu Chi Chiang Mai.

“Kami menggabungkan keistimewaan pendidikan Tzu Chi dengan nilai-nilai pendidikan setempat. Setelah digabungkan, ini menjadi ciri khas Sekolah Tzu Chi Chiang Mai,” kata Huang Ya-chun Perwakilan Sekolah Tzu Chi Chiang Mai.

“Sekolah kami adalah sekolah yang menitikberatkan pada pendidikan budaya humanis. Kami masih berusaha untuk mempromosikannya agar masyarakat Thailand melihat, setuju, dan memahami filosofi pendidikan Tzu Chi,” kata Yin Wen-xian Kepala Sekolah Tzu Chi Chiang Mai.

Kepala Sekolah Tzu Chi Thailand Utara sangat bersungguh hati. Selama bertahun-tahun, beliau sangat bertanggung jawab. Sekolah juga sangat membantu dalam memikul Empat Misi Tzu Chi. Melihat hal ini, saya sungguh senang. Harapan terletak pada pendidikan. Untuk memiliki harapan dalam hidup, kita harus menerima pendidikan.

Kita telah melihat angkatan demi angkatan siswa lulus dari sekolah kita. Siswa yang lebih tua memberi contoh dan membimbing siswa yang lebih muda. Pengaturan seperti ini sungguh mengharukan. Hal ini mengingatkan saya pada saat Bapak Chiang mengunjungi Griya Jing Si dan membahas tentang sekelompok veteran di Thailand Utara yang membutuhkan bantuan. Beliau berharap Tzu Chi dapat pergi ke sana untuk membantu para veteran dan mencurahkan perhatian kepada mereka.

Dengan semangat misi dan welas asih, kita berinteraksi dengan insan Tzu Chi Thailand dan meninjau ke Thailand Utara. Para veteran telah berusia tua. Mereka telah memiliki anak dan cucu. Anak-anak yang tinggal di pegunungan tidak bersekolah. Kami sungguh sedih melihat hal itu dan segera memikirkan cara untuk membantu mereka.


Kemudian, kita membangun Perumahan Cinta Kasih, sekolah dasar, dan sekolah menengah di sana. Hingga saat ini, kita dapat melihat bahwa anak-anak menerima pendidikan yang baik. Semua hal dimulai dari sebuah motivasi yang merupakan pemikiran, diikuti dengan tindakan, dan akan terus berlanjut. Segala sesuatu dapat dicapai seiring berjalannya waktu. Saya sungguh tersentuh.

Beberapa alumnus angkatan pertama telah menjadi guru di sekolah ini. Mereka juga memiliki ikatan alumni. Segala sesuatu dimulai dengan adanya jalinan jodoh. Pendidikan adalah harapan bagi masyarakat. Saya tidak pernah menyesali hidup saya. Dalam kehidupan kita sehari-hari, segala hal bermula dari sebersit niat.

Jika bukan karena Bapak Chiang datang ke Hualien saat itu dan membahas tentang Thailand Utara, Tzu Chi tidak akan memiliki sekolah di sana. Tanpa sekolah, tidak akan ada pula kantor cabang Tzu Chi di Thailand. Ketika ada pengungsi yang datang ke Thailand, insan Tzu Chi juga merawat mereka.

Tzu Chi mengadakan baksos kesehatan di kantor Tzu Chi setempat. Jadi, kita telah melihat rangkaian jalinan jodoh. Jika saat itu kita tidak memunculkan pemikiran untuk membantu para veteran, hari ini kita tidak akan memiliki kantor cabang Tzu Chi di Thailand untuk menenangkan penduduk setempat, menemui banyak pengungsi, dan membantu kehidupan keluarga kurang mampu.

Insan Tzu Chi di Thailand memikul banyak tanggung jawab. Saya sungguh bersyukur. Baik perhatian di perbatasan Thailand, pembangunan Perumahan Cinta Kasih di Thailand Utara, maupun pembangunan sekolah, semuanya berawal dari satu niat. Ini semua dimungkinkan karena adanya jalinan jodoh. Hendaklah kita menggenggam jalinan jodoh dengan baik.


“Saya menjadi donatur pada tahun 1996 karena ayah saya, Wan-xun. Sebelumnya, saya bukanlah relawan Tzu Chi. Dahulu, saya terkadang akan ikut dengan ayah saya melakukan daur ulang di depo. Ketika dia mengetahui tentang proyek renovasi rumah, ayah saya mengatakan bahwa dia berharap saya dapat belajar dan turut membantu proyek itu,”
kata Chen Jia-ming relawan.

“Saya menghormati pemikiran ayah saya karena saya tahu bahwa dia berharap saya dapat bergabung dengan Tzu Chi. Hanya saja, dahulu saya belum bersedia, jadi saya tidak pernah meresponsnya. Saya merasa sekarang adalah waktunya bagi saya untuk mengikuti ayah saya menjalankan misi Tzu Chi agar saya bisa membantu lebih banyak orang yang membutuhkan,” pungkas Chen Jia-ming.

“Nama saya Yi Zheng-hua. Kedua orang tua saya sakit dan mereka telah menerima bantuan Tzu Chi dalam jangka waktu yang panjang. Saya sungguh berterima kasih. Saat ini, saya ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Master dan Tzu Chi. Beberapa bulan yang lalu, Paman Xie mengajak saya untuk bergabung menjadi tim alat bantu dan membantu pengiriman. Ada kasus yang memiliki kesan mendalam bagi saya. Saya sungguh memiliki jalinan jodoh dengan orang ini,” kata Yi Zheng-hua relawan.

“Dia adalah seorang relawan yang saya temui selama saya bertugas di Dinas Dukcapil Yingge sebagai pengganti wajib militer. Dia merawat saya dengan sangat baik. Saat kami memindahkan ranjang untuk seorang pasien ke lantai atas, istrinya berkata bahwa suaminya telah tidur di lantai selama 2 hingga 3 bulan. Hanya Tzu Chi yang membantu dengan sungguh-sungguh dan menyediakan tempat tidur gratis. Saat itu, saya sangat tersentuh,” lanjut Yi Zheng-hua.

Jalinan jodoh datang dengan sangat menakjubkan. Saya berterima kasih kepada Tzu Chi yang telah memberikan kesempatan pada saya untuk dapat bersumbangsih. Hati saya sangat senang. Saya akan terus menjalin jodoh baik di tim alat bantu,” pungkas Yi Zheng-hua.


Setelah mendengar dan melihat kisah-kisah ini, saya merasa relawan kita sungguh sepenuh hati dalam mencurahkan perhatian kepada masyarakat. Mereka sungguh mendedikasikan diri dalam perawatan jangka panjang dan menjalankannya dengan sangat baik. Terlebih lagi, saya sungguh tersentuh dengan para Tzu Cheng yang tergabung dalam tim alat bantu.

Insan Tzu Chi menciptakan berkah bagi dunia. Relawan Tzu Cheng selalu bersumbangsih tanpa pamrih. Saya juga melihat anak-anak muda setempat yang memikul tanggung jawab Tzu Chi dan terjun ke tengah masyarakat. Saya berharap mereka dapat tekun, bersemangat, dan terus melakukan yang terbaik.

Bodhisattva sekalian, hendaklah kalian memiliki hati seorang ibu dan hati orang tua. Anak-anak ini membutuhkan perhatian kita semua. Hendaklah kita terus menyemangati mereka. Mereka adalah pilar masyarakat di masa depan. Terima kasih atas cinta kasih dan sumbangsih dari Bodhisattva sekalian.

Hendaklah kita semua menciptakan berkah bagi dunia, menumbuhkan kebijaksanaan, serta membina berkah dan kebijaksanaan sekaligus. 

Membina insan berbakat demi harapan masa depan
Mewariskan jalinan jodoh dari generasi ke generasi
Berani mengemban misi untuk menumbuhkan berkah dan kebijaksanaan
Membangun pilar masyarakat dengan bersumbangsih tanpa pamrih 

Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 03 April 2023
Sumber: Lentera Kehidupan - Daai Tv Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Heryanto
Ditayangkan Tanggal 05 April 2023
Apa yang kita lakukan hari ini adalah sejarah untuk hari esok.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -