Ceramah Master Cheng Yen: Mewariskan Rasa Syukur dan Menghimpun Cinta Kasih

“Halo Master,” ucap semua relawan Tzu Chi Nantou.

“Master, mereka adalah relawan daur ulang lansia. Mendengar kedatangan Master, mereka sangat senang,” ucap salah seorang relawan Tzu Chi Nantou.

Yang paling jauh datang dari mana?

“Ada yang datang dari Guoshing, Puli, Jhushan, Caotun, dan Nantou,” Lanjutnya.

Beberapa relawan daur ulang lansia datang dari Puli. Begitu rupanya. Kalian datang dari jauh dan tiba sangat pagi. Baik. Terima kasih.

“Mendengar kedatangan Master, saya sangat senang,” ucap salah seorang relawan daur ulang lansia.

Baik. Terima kasih. Saya juga senang melihat kalian.

“Terima kasih, Master,” ucap salah semua relawan daur ulang lansia.

Semoga kalian sehat dan tenteram.

Selamat Tahun Baru.

“Semoga Master sehat selalu,” ucap salah semua relawan daur ulang lansia.

Saya kembali mengunjungi Nantou. Kali ini saya datang tiba-tiba. Namun, saya tetap melihat kemeriahan. Saya merasakan kedekatan batin dengan para insan Tzu Chi. Setibanya saya di Nantou, matahari terasa hangat.

Memasuki Kantor Perwakilan Tzu Chi Nantou, saya merasa tempatnya sangat tenang dan luas. Namun, di sana ada banyak orang. Saya melihat banyak relawan lansia yang berbaris rapi. Mereka merupakan relawan daur ulang.


Saya terus menyusuri lorong dan melihat ruang pameran. Dokter Huang mengajak saya melihat-lihat ruang pameran. Saya melihat banyak semut.

“Walau murid Jing Si di Nantou tidak banyak, tetapi kita memiliki ikrar yang kuat. Jadi, dengan gambaran “semut di kaki Gunung Sumeru” ini, kami berharap bisa menjadi layaknya semut-semut ini, dapat meredam kekuatan karma dan menggerakkan Gunung Sumeru. Seorang relawan, Kakak Zeng Rui-ming, membuat semut-semut ini dari pita pengikat,” kata dr.Huang relawan Tzu Chi.

Apakah ini hasil daur ulang?

“Semuanya terbuat dari daur ulang pita pengikat,” jawab Zeng Rui-ming relawan Tzu Chi.

“Secepatnya dia membuat ini, dia membutuhkan waktu 10 menit. Dia sangat terampil, tetapi masih membutuhkan sedikitnya 10 menit,” lanjut dr. Huang, relawan Tzu Chi.

Selesai dalam 10 menit?

“Sudah lama dia bisa membuatnya,” jawab dr. Huang.

“Hampir 13 tahun,” jawab  Zeng Rui-ming.

Bapak Zeng sangat terampil. Dia membuat semut dan rusa ini. Lihatlah tangannya. Tak disangka, dia sangat terampil membuat kerajinan kecil seperti ini. Dia bahkan membuat semut.

Saat saya melihat karyanya sambil berjalan, saya memujinya dalam hati, “Sangat menakjubkan.” Jika diminta untuk membuat ini, saya “tidak memiliki cara”. Saya tidak bisa karena tidak mengetahui cara membuatnya. Saya tak bisa membuat karya seperti itu. Ini disebut “tidak memiliki cara”. Artinya, karena tidak tahu caranya, saya tidak bisa membuatnya. Tidak memiliki cara. Semua orang di sini memiliki cara untuk membuat kerajinan dari berbagai material.

Setiap kali berkunjung, saya sangat senang mendengar dan melihat keindahan kerajinan seperti ini yang dibuat dengan sepenuh hati. Beberapa hari lalu, saya berada di Aula Jing Si Taichung. Di sana, saya melihat lampion bambu, sangat indah. Saat saya berjalan masuk, di lobi, saya melihat kerajinan bambu lain dengan ukiran matahari dan bulan yang bisa bergerak naik turun. Saat saya berkunjung ke Nantou, saya melihat semut.


Semut-semut itu sedang mendaki Gunung Sumeru. Semut dan Gunung Sumeru melambangkan makna tertentu. Sesuatu yang paling kukuh dan besar hingga tidak dapat dilukiskan di dunia ini digambarkan sebagai Gunung Sumeru, sedangkan sesuatu yang kecil digambarkan sebagai semut. Inilah yang ada di Nantou.

Namun, saat saya datang ke sini, saya juga mendengar cerita tentang Topan Herb yang terjadi pada tahun 1996 lalu Kejadian itu telah berlalu 23 tahun. Mengingat kembali kejadian Topan Herb, ini merupakan sejarah Tzu Chi yang telah melibatkan banyak relawan. Kekuatan alam sangat besar. Semua kerusakan terjadi dalam sekejap. Sebuah topan saja dapat menyebabkan kerusakan parah.Begitulah Topan Herb.

Saat itu insan Tzu Chi tidak berdiam diri. Insan Tzu Chi menuju lokasi bencana dan bersumbangsih di sana. Mereka adalah relawan dari Nantou. Saya juga diingatkan kembali dengan kejadian Gempa 921. Kita harus mengingat tahun itu. Kita membahasnya kembali bukan untuk meminta balas jasa, melainkan sebagai edukasi.

Kini, murid-murid di sekolah, seperti murid SD, tidak tahu siapa yang membangun kembali sekolah mereka hingga menjadi kukuh dan indah. Mereka juga tidak tahu organisasi apa yang membangun kembali sekolah mereka yang roboh pascagempa. Mungkin mereka tidak tahu. Jadi, kita perlu membahas kembali kejadian tahun itu dan bagaimana relawan lokal bersumbangsih.

Beberapa relawan juga terdampak bencana, tetapi tetap bersumbangsih di lokasi tanpa memedulikan diri sendiri. Mereka turut bersumbangsih menghimpun kekuatan untuk menolong para korban gempa. Insan Tzu Chi yang seperti ini perlu kita kenang kembali agar diketahui banyak orang.


Manusia memiliki kekuatan cinta kasih. Kita perlu menghimpun kekuatan cinta kasih dan mengenang kembali kejadian tahun itu sebagai edukasi agar kaum muda memahami bagaimana keadaan dunia di masa depan. Kita bersyukur kepada masa lalu atas pencapaian saat ini. Bagaimana dengan masa depan? Apakah ketidakkekalan tidak akan kembali? Sulit untuk diprediksi. Yang terpenting, kita harus menciptakan berkah.

Hari ini saya melihat belasan relawan bertekad untuk menjadi komisaris kehormatan. Beberapa dari mereka harus bekerja bertahun-tahun di gunung dan menghimpun pelan-pelan hasil panen buah mereka untuk disumbangkan. Rasa terima kasih saya tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata. Tidak hanya yang bekerja di gunung, mereka yang membuka toko atau kios juga sama.

Saat saya mulai menggalakkan misi Tzu Chi, orang-orang mendukung Tzu Chi. Saya sangat bersyukur. Mereka menciptakan berkah di dunia dan tetap mengucapkan terima kasih setelah bersumbangsih tanpa pamrih. Bersumbangsih dengan penuh syukur, tanpa pamrih, tanpa kemelekatan, dan tanpa batas menciptakan pahala yang tak terhingga. Banyak hal yang perlu disyukuri.

Seiring berjalannya waktu, kita memupuk makna kehidupan kita dengan bersumbangsih bagi masyarakat. Inilah welas asih demi manfaat makhluk lain. Inilah makna kehidupan kita di dunia.

Jangan lupakan tahun saat memberikan bantuan bencana
Berdedikasi dengan berani dan giat bersumbangsih
Mewariskan rasa syukur dan menghimpun cinta kasih
Menciptakan berkah dengan cinta kasih, welas asih, sukacita, dan keseimbangan batin

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 05 Januari 2020          
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Stella
Ditayangkan tanggal 07 Januari 2020
Genggamlah kesempatan untuk berbuat kebajikan. Jangan menunggu sehingga terlambat untuk melakukannya!
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -