Ceramah Master Cheng Yen: Mewariskan Sejarah dengan Tekad yang Teguh
“Aset terbesar Tzu Chi ialah relawan. Pada masa awal, semua relawan penuh dengan semangat dan jumlahnya sangat banyak. Kita harus berterima kasih kepada para relawan kita. Sepanjang perjalanan ini, kita memiliki banyak kenangan. Dahulu, Master sering kali mengingatkan kita tentang pentingnya etika dan aturan bagi insan Tzu Chi agar meninggalkan kesan yang baik bagi orang lain,” kata Wang Duan-zheng Wakil Ketua Badan Misi Amal Tzu Chi.
“Master menetapkan aturan bahwa murid yang menyalurkan bantuan di luar harus menghubungi Griya Jing Si pada pukul 9 malam. Berhubung Master sangat mengkhawatirkan keselamatan kita, kita harus melaporkan bahwa kita aman dan selamat. Kita juga dapat melaporkannya kepada Master melalui tulisan. Berkat Master, kita dapat melalui perjalanan ini sehingga meninggalkan kenangan dan jejak,” kata Huang Hua-De relawan Tzu Chi.
Saya selalu mengingat tentang "Tiga Tiada" saat menginventarisasi kehidupan. Tiga hal ini telah saya lakukan. Saudara sekalian, hendaknya semuanya tekun dan bersemangat. Jangan biarkan orang lain merintangi batin kita. Kita semua harus memiliki tekad dan ikrar yang sama. Ketika semua orang dapat mempraktikkan tiga tiada, yakni tiada orang yang tidak saya kasihi, tiada orang yang tidak saya percayai, dan tiada orang yang tidak saya maafkan, percayalah bahwa dunia ini akan dipenuhi berkah yang melimpah bagaikan lautan. Memiliki kelapangan hati seperti ini bukanlah hal yang mudah.
Saya ingin memberi tahu semuanya bahwa ini tidak bisa dilakukan oleh satu orang saja. Diperlukan semua orang di dunia untuk melakukan ini. Ingatlah saat kita memiliki "Kereta Tzu Chi". Saat ini, semua relawan senior yang duduk di sini pasti ingat dengan zaman "Kereta Tzu Chi". Saat saya ingin membangun rumah sakit, dari mana saya mendapatkan uang?
Berkat orang-orang penuh cinta kasih yang menggalang dana, barulah kita dapat membangun rumah sakit yang menyelamatkan kehidupan dan melindungi kesehatan dengan cinta kasih. Tanpa adanya kalian di era itu, bagaimana mungkin kita bisa memiliki rumah sakit? Ini semua berkat niat dan pikiran setiap orang. Oleh karena itu, saya sering kali berkata bahwa pikiran kita sangatlah penting.
Saat itu, bepergian dari Taipei ke Hualien tidaklah mudah karena salah satu sisi Jalan Tol Suhua masih berupa tebing dan kendaraan yang berpapasan harus saling memberi jalan. Jalur kereta api baru mulai beroperasi di Hualien. Saya sangat berterima kasih kepada Bapak Chen, kepala stasiun pada saat itu.
“Setelah mengenal Tzu Chi, saya menggunakan ajaran Master untuk mewariskan Dharma. Di Biro Kereta Api Taiwan, kita selalu berhadapan langsung dengan penumpang. Master selalu mengajarkan kita untuk menganggap pasien sebagai keluarga. Saya mengubahnya menjadi menganggap penumpang sebagai keluarga. Dengan demikian, kita akan secara alami memberikan pelayanan terbaik dan mendapat banyak pujian,” kata Chen Qing-biao relawan Tzu Chi.
“Setelah pensiun, saya ditawarkan untuk menjadi konsultan di sebuah perusahaan. Saya menolak tawaran itu tanpa berpikir 2 kali. Saya sepenuh hati mendedikasikan diri di Tzu Chi. Hingga saat ini, tekad saya tetap teguh dan selamanya tidak akan berubah,” kata Chen Qing-biao.
Ada pula Jing Yang yang selalu mengantre setiap pagi untuk membeli 3 hingga 5 tiket kereta demi membawa orang ke Griya Jing Si. Saya selalu mengingat setiap hal. Baik di kereta maupun bus, setiap kali masuk ke dalam, relawan kita selalu menggenggam kesempatan dan waktu untuk membagikan kisah Tzu Chi. Mereka mengajak orang-orang kembali ke Hualien dengan naik Kereta Tzu Chi. Mengenang masa-masa itu, tanpa dukungan dari semuanya, Tzu Chi tidak akan tersebar ke seluruh dunia seperti sekarang.
Tzu Chi telah membangun 254 gedung sekolah dan lebih dari 20 ribu unit rumah permanen. Sedikit demi sedikit, Tzu Chi telah melakukan banyak hal bagi dunia. Saya juga bersyukur saat relawan kita bergerak untuk menjalankan misi, Huang Jin-yi selalu ikut serta sehingga kita memiliki banyak dokumentasi berharga di berbagai tempat. Saat ini, saya hanya memiliki satu harapan, yaitu kita dapat mencatat sejarah Tzu Chi dengan sungguh-sungguh mengenang jalan dan tempat yang pernah kita jangkau.
Berbicara tentang zaman, zaman itu memiliki budaya yang berbeda. Bagaimana kita menyempurnakan budaya humanis Tzu Chi? Di masa lalu, saya selalu berkata bahwa kita harus fokus pada budaya humanis yang harus diungkapkan dengan tindakan, bukan hanya kata-kata. Kita membabarkan Dharma dengan membentuk barisan yang rapi. Saya sangat bersyukur karena semua telah melakukannya. Kalian bukan hanya melakukannya, melainkan juga membimbing orang lain untuk turut melakukannya. Kalian semua adalah ketua tim yang membimbing orang lain. Kalian telah membimbing relawan untuk bekerja sama dalam keharmonisan dan keindahan.
Selama perjalanan Tzu Chi hingga saat ini, kita telah menyelesaikan 52 proyek harapan. Di Taiwan, kita telah mengumpulkan tetes demi tetes donasi. Jangan meremehkan setiap donasi kecil. Tetes demi tetes donasi terus terakumulasi. Bagaimana cara kita menggalang dana? Dengan menginspirasi orang lain bergabung di Tzu Chi. Relawan kita mengajak sekelompok demi sekelompok orang ke Hualien. Setiap minggu, tidak terhitung berapa kali relawan kita mengajak orang kembali ke Hualien dengan Kereta Tzu Chi. Demikianlah kita terus menghimpun kekuatan cinta kasih. Inilah waktunya bagi kita untuk mengenang masa lalu.
Di dalam sejarah ini ada Anda, dia, dan saya. Semuanya telah mempraktikkan "Tiga Tiada". Inilah dedikasi terbaik yang dilandasi cinta kasih. Tiada orang yang tidak saya kasihi, tiada orang yang tidak saya percayai, dan tiada orang yang tidak saya maafkan. Semua orang pasti memiliki ceritanya masing-masing. Demi menjalankan misi Tzu Chi, semuanya telah melalui banyak kesulitan. Tidak hanya saya, kalian juga demikian. Keluarga, kerabat, dan teman kalian tidak memahami kalian. Saat kalian menggalang donatur, mereka juga tidak memahami kalian. Semua kesulitan telah kita lalui.
Saudara sekalian, Tzu Chi memiliki sejarah yang kaya. Ini adalah warisan bagi setiap keluarga dan sejarah bagi dunia ini. Hendaknya kita mencatat sejarah Tzu Chi bersama.
Mempraktikkan "Tiga Tiada" dengan tekun dan bersemangat
Kereta Tzu Chi penuh cinta kasih berkesadaran
Mendengar Dharma dan membawa manfaat dengan tekad yang teguh
Mewariskan sejarah dan mempraktikkan kebajikan dengan cinta kasih
Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 18 Agustus 2024
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Graciela
Ditayangkan Tanggal 20 Agustus 2024