Ceramah Master Cheng Yen: Mewariskan Silsilah Dharma Jing Si dan Nilai Budaya Humanis

“Berhubung pemerintah membuka kesempatan untuk mendirikan sekolah internasional maka kita mengajukan untuk mendirikan sekolah bertaraf internasional. Namun, banyak orang yang tidak paham dan mengira bahwa sekolah internasional pasti demi memperoleh laba. Saya berkata, Tzu Chi adalah organisasi kemanusiaan. (Tujuan) kami bukan demi memperoleh laba,” kata Jian Ci Lu, Ketua Tzu Chi Kuala Lumpur dan Selangor, Malaysia.

“Ada banyak sekolah internasional di Malaysia. Namun, Tzu Chi menjalankannya dengan penuh cinta kasih dan dilandasi pendidikan budi pekerti. Saya rasa metode pendidikan seperti ini belum ada di Malaysia hingga saat ini. Saya sangat setuju dengan semangat ini dan turut mendukung dengan senang hati,” kata Tan Sri Kong Hon Kong, Pendiri Nirvana Asia Group.

Banyak relawan Malaysia yang berdedikasi untuk menjalankan misi pendidikan. Tiga tahun lalu, dengan membawa cetak biru, para relawan Tzu Chi menjelaskan kepada saya bahwa mereka ingin membangun sekolah di sebuah lahan. Ada orang yang menyumbangkan lahan dan mereka ingin membangun sekolah di lahan tersebut. Mereka menanyakan pendapat saya. Tentu saja, setelah saya dengar, ini merupakan hal baik dan saya setuju. Mereka lalu segera memulainya.

Berhubung sudah ada lahan maka mereka mulai melakukan perencanaan. Prosesnya berjalan dengan cepat berkat kerja sama yang harmonis dan kekuatan cinta kasih para relawan.

 

“Dahulu, saya tidak berkesempatan  untuk bersekolah. Karena itu, mendengar bahwa Tzu Chi ingin membangun sekolah, saya sangat gembira dan berusaha untuk membantu,” kata Tang Jin-ding, relawan Tzu Chi.

“Kami hanya orang biasa. Dari segi finansial, kami tidak mampu berdonasi dalam jumlah besar. Jadi, saya mengajak ibu saya untuk membantu dan berkata, ‘Ibu, Tzu Chi hendak membangun sekolah’. Dahulu, saat Tzu Chi akan membangun rumah sakit, ada relawan yang menjual perhiasannya, ada pula yang berjualan dalam bazar. Mereka bersumbangsih semampu mereka, baik berupa tenaga maupun uang. Ibu saya langsung menyanggupinya,” kata Xie Xiao-qiu, relawan Tzu Chi lainnya.

“Tzu Chi Internasional School tidak memandang perbedaan agama. Saya berkata kepada putri saya, Saya hanya bisa memasak dan menjualnya untuk mengumpulkan dana. Memang sedikit lelah, tetapi saya sangat gembira karena setelah sekolah dibangun akan ada banyak anak yang terbantu. Itu sangat baik. Karena tidak berkesempatan untuk bersekolah maka saya berharap anak-anak dapat bersekolah,” kata Liu Si-mei, Ibu Xie Xiao-qiu.

Setiap relawan Malaysia bersungguh hati untuk membuka dan membentangkan jalan Tzu Chi. Relawan Tzu Chi Malaysia menghimpun tetes-tetes cinta kasih untuk membangun sekolah. Banyak ahli setempat yang turut membantu, seperti kontraktor dan desainer. Para arsitek dan kontraktor terjun dalam pembangunan secara langsung. Mereka mengatakan bahwa sekolah ini dibangun bukan demi memperoleh laba. Mereka bahkan merogoh kocek sendiri untuk bersumbangsih. Mereka sangat bersungguh hati.


Mereka menunjukkan foto desain mereka tiga tahun lalu dan video gedung sekolah yang sudah selesai dibangun sekarang.

Kini, setelah tiga tahun berlalu, gedung sekolah yang dibangun persis seperti desain pada saat itu. Saya sangat kagum pada keakuratan mereka. Tangga yang mereka bangun juga landai sehingga mudah dinaiki. Koridor sekolah juga luas walau lahannya tidak luas. Mereka sudah membuka pendaftaran dan sekolah akan mulai beroperasi pada Januari tahun depan. Kini, banyak orang tua murid yang berlomba-lomba mendaftarkan anak mereka. Walau belum beroperasi, sekolah ini telah menarik minat banyak orang.

Saya mendengar bahwa kontraktor, arsitek, dan relawan Tzu Chi setempat bersumbangsih dengan uang dan tenaga untuk mendukung pembangunan sekolah. Salah satunya dengan mengadakan bazar. Dengan himpunan setiap tetes cinta kasih, mereka membangun sekolah ini dengan baik. Kini, kabar yang saya dengar ialah banyak orang tua yang ingin mendaftarkan anak mereka di sekolah kita. Sekolah kita hanya bisa menerima lebih dari seribu anak, tetapi sudah ada lebih dari 2.000 anak yang mendaftar.

Singkat kata, Sekolah Tzu Chi di Malaysia ini telah diminati sebelum resmi beroperasi. Sungguh, asalkan bersungguh hati, hal yang kita lakukan akan berhasil.

Kepala sekolah juga datang dan mengutarakan rencananya dalam mengelola sekolah. Beliau akan membimbing dan mengasihi para siswa layaknya anak sendiri. Saya sangat yakin terhadap insan Tzu Chi Malaysia. Pendidikan di sekolah tersebut bertaraf internasional. Saya mendoakan mereka. Melihat mereka memperoleh pencapaian seperti ini dengan kekuatan sendiri, saya sangat terharu.

Setelah sekolah selesai dibangun, silsilah Dharma Jing Si harus diterapkan dalam pendidikan. Ini adalah nilai budaya humanis Tzu Chi. Kita harus mewariskan dan menjaga keindahan nilai budaya humanis ini. Inilah yang tengah dijalankan oleh insan Tzu Chi.


Hingga kini, kita masih menjalankan proyek harapan untuk mengurangi risiko bencana. Kita tengah membantu pembangunan kembali gedung-gedung sekolah yang berbahaya. Saya berkata, “Apabila pembangunan kembali baru dilakukan setelah bencana terjadi, kerusakan telah terjadi. Jadi, lebih baik kita melakukan pembangunan kembali sekarang.”

Kita memanfaatkan sumber daya masyarakat untuk membawa manfaat bagi masyarakat. Kita perlu membangun sekolah yang kukuh agar siswa dapat belajar dengan aman. Dari pembangunan kembali 26 gedung sekolah, ada sebagian yang masih berlangsung. Pembangunan ini tidak pernah terhenti.

Singkat kata, tetes demi tetes sumbangsih insan Tzu Chi yang penuh kekuatan cinta kasih sangat mengharukan.

Saya sungguh berharap semangat untaian bacang dan silsilah Dharma Jing Si dapat terus diwariskan. Generasi muda juga hendaknya mengetahui semangat ini. Kita harus mewariskan semangat ini dan memberi pendampingan kepada generasi muda karena masa depan ialah milik anak cucu kita.

Kita telah menjalankan Tzu Chi dengan mantap dan menuju arah yang benar selama lebih dari setengah abad. Kita seharusnya  membimbing anak-anak kita dan kaum muda di tengah masyarakat agar mereka tahu bagaimana bersumbangsih bagi masyarakat di masa mendatang.

Kini kita perlu lebih memahami bahwa di tengah masalah perubahan iklim, pergolakan hati manusia, dan meningkatnya populasi dunia, semangat Tzu Chi makin dibutuhkan. Jadi, insan Tzu Chi harus mewariskan semangat Tzu Chi kepada generasi penerus agar kondisi masyarakat di masa mendatang lebih tenang dan stabil.

Bekerja sama dengan harmonis untuk menghimpun cinta kasih
Terjun secara langsung dan bersumbangsih dengan tekun
Bertekad dan berikrar demi misi pendidikan
Mewariskan silsilah Dharma Jing Si dan nilai budaya humanis

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 12 Desember 2019    
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, 
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 14 Desember 2019

Saat membantu orang lain, yang paling banyak memperoleh keuntungan abadi adalah diri kita sendiri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -