Ceramah Master Cheng Yen: Mewariskan Teladan Bodhisatwa Hingga Selamanya
Setiap hari, saya selalu memperhatikan hal-hal yang terjadi di seluruh dunia. Belakangan ini, kerap terjadi bencana yang membawa dampak serius. Empat unsur alam sudah tidak selaras. Kita juga melihat pada bulan Mei hingga Juni tahun ini, Kota Sanming di Provinsi Fujian juga dilanda banjir besar.
“Lahan yang kita injak sekarang, tadinya adalah sawah,” jelas Ma Jian-zhong, Kepala Desa Lijia.
“Lahan ini tadinya adalah sawah?” tanya relawan Tzu Chi.
“Ya. Tadinya bagian ini juga sawah,” kata Ma Jian-zhong.
“Sekarang berubah menjadi aliran sungai,” kata relawan Tzu Chi.
Kita bisa melihat banjir menggenangi rumah warga dan sawah di pedesaan. Wilayah ini merupakan penghasil beras, tetapi semua tanaman padi telah terendam banjir.
Insan Tzu Chi menjangkau korban bencana untuk mencurahkan perhatian. Saat orang-orang yang menderita tidak bisa keluar untuk meminta bantuan, Bodhisatwa akan menjangkau mereka. Ada banyak kisah seperti ini. Saya berharap setiap orang dapat membangkitkan Bodhicitta dan menapaki Jalan Bodhisatwa yang lapang.
Bodhicitta senantiasa berada dalam diri kita. Kita merupakan makhluk berkesadaran. Bodhisatwa bertujuan mencapai pencerahan. Jadi, dengan menapaki Jalan Bodhi, kita telah menjadi makhluk berkesadaran.
Sungguh, dunia ini penuh penderitaan. Akibat perubahan iklim, gletser mencair dengan cepat. Ada sekelompok ilmuwan yang berusaha mencari cara untuk menghentikan mencari cara untuk menghentikan pencairan gletser.
Sesungguhnya, kita harus menjaga kelestarian lingkungan dalam keseharian. Bagaimana kita melakukannya? Dengan menjaga kemurnian hati. Setiap orang hendaknya menyucikan hati dan bertindak secara nyata untuk mengimbau satu sama lain memulainya dari kehidupan diri sendiri.
Hidup manusia tidak terlepas dari makanan. Setelah makan kenyang sekitar pukul 6 pagi, kita perlu makan lagi pada siang hari. Setelah makanan dicerna, apa masalah yang ditimbulkan? Pencemaran. Demikianlah kondisi di dunia ini.
Manusia perlu terus mengonsumsi makanan sehingga terus menghabiskan sumber daya dan menimbulkan pencemaran. Kini populasi dunia sangat besar dan banyak orang yang memboroskan sumber daya. Pemborosan ini menciptakan banyak sampah, mencemari lingkungan, dan menimbulkan banyak masalah lainnya. Jadi, dalam kehidupan sehari-hari, setiap orang hendaknya menerapkan pola makan vegetaris.
Dengan tidak mengonsumsi daging, kita bisa mengurangi pencemaran serta hidup damai dan tenang. Kita tetap bisa menjalani hidup. Jika orang-orang terus mengonsumsi daging, pencemaran akan selalu ada, kegelapan batin pun tak bisa dilenyapkan. Karena itu, kita harus bersungguh-sungguh menyucikan hati manusia dan membimbing sesama. Jika masyarakat harmonis, maka hidup umat manusia akan tenteram.
Kita juga melihat di Brasil, insan Tzu Chi menggunakan berbagai cara untuk membimbing anak-anak ke arah yang benar. Mereka sangat bersungguh hati.
“Selain baksos kesehatan, saya juga berpartisipasi dalam pengajaran karena merasa bahwa pendidikan harus dimulai dari usia dini. Tidak seperti negara lain, bencana alam di Brasil tidak banyak, tetapi ada yang lebih buruk dari bencana alam, yaitu tindakan kriminal. Untuk mencegah tindakan kriminal, kita harus mengajarkan nilai moral pada anak-anak sejak usia dini,” kata dr. Beleza, anggota TIMA.
“Hari ini, saya belajar bahwa saat meminta bantuan orang lain, kita harus mengucapkan ‘tolong’ dan ‘terima kasih’. Kita juga harus bersikap sopan,” cerita Isadora, seorang murid.
“Selama setahun, insan Tzu Chi bukan hanya mengajari anak-anak nilai-nilai hidup yang penting, tetapi juga menginspirasi guru-guru kita. Kita sedang memulihkan nilai-nilai hidup yang penting yang mungkin kita lupakan dalam kehidupan sehari-hari,” ungkap Elaine, Kepala Urusan Akademik.
Kata Renungan Jing Si telah membawa perubahan di berbagai negara. Orang-orang bisa menerimanya. Singkat kata, mempelajarinya saja tidak cukup, kita juga harus mempraktikkannya. Inilah yang disebut membimbing masyarakat.
Kita harus merendahkan hati demi membimbing semua makhluk. Kita harus mempertahankan kekuatan cinta kasih dan terus membimbing sesama. Asalkan bersungguh hati, kita bisa membimbing semua orang.
Singkat kata, dunia membutuhkan insan Tzu Chi; dunia membutuhkan Bodhisatwa. Karena itulah, saya sering menyebut kalian sebagai Bodhisatwa. Ini jugalah yang diajarkan Buddha. Tujuan Buddha datang ke dunia ini ialah mengajarkan praktik Bodhisatwa. Insan Tzu Chi bersumbangsih di tengah masyarakat dan telah tersebar di berbagai negara. Pada zaman sekarang, seluruh insan Tzu Chi bersatu hati, harmonis, saling mengasihi, dan bergotong royong. Inilah kekuatan batin Bodhisatwa.
Kita bersumbangsih dengan cinta kasih, welas asih, sukacita, keseimbangan batin. Dengan cinta kasih agung tanpa penyesalan, welas asih agung tanpa keluh kesah, sukacita agung tanpa kerisauan, dan keseimbangan batin agung tanpa pamrih, kita bersumbangsih bagi sesama. Kita telah melakukannya.
Asalkan sesuatu itu benar, maka lakukan saja. Inilah pengalaman hidup kita yang bisa kita kenang.
Janganlah kita melupakan sejarah dan kenangan yang berharga. Mari kita mengenangnya satu per satu dan mencatatnya agar bisa diwariskan hingga selamanya dan dijadikan teladan. Semoga semua orang bisa bersungguh hati. Terima kasih.
Melihat bencana alam dan ulah manusia yang terjadi di luar negeri, kita hendaknya menyadari berkah setelah melihat penderitaan dan meningkatkan kewaspadaan.
Menyadari berkah setelah melihat penderitaan dan menggalakkan pola makan
vegetaris
Menyucikan hati manusia dan bertindak secara nyata
Mewariskan teladan Bodhisatwa hingga selamanya
Bersumbangsih dengan cinta kasih, welas asih, sukacita, keseimbangan
batin
Ditayangkan tanggal 12 Oktober 2019