Ceramah Master Cheng Yen: Mewariskan Teladan Bodhisatwa hingga Selamanya
“Awalnya, dia sangat takut serta enggan menerima bantuan dan berbicara dengan orang lain. Ayahnya berkata bahwa dia bisa mengurung diri di rumah selama 10 hari hingga setengah bulan. Kepala Desa juga berkata bahwa sebelumnya dia sangat baik. Namun, beberapa tahun ini, dia mengalami beberapa pukulan (beban hidup -red) dan terjadi masalah dalam rumah tangganya sehingga sifatnya menjadi lain dari biasanya,” kata Tang Zhuozhuo relawan Tzu Chi.
Kita bisa melihat insan Tzu Chi begitu mengasihinya. Mereka berulang kali mengunjunginya dengan wajah penuh senyum.
“Ini adalah cinta kasih dari Tzu Chi. Tataplah saya. Dia tersenyum begitu melihat saya. Nih, terimalah. Kamu juga bungkukkanlah badanmu,” kata Tang Zhuozhuo, relawan Tzu Chi.
Relawan kita memberikan pendampingan jangka panjang meski berkali-kali ditolak dengan ekspresi wajahnya yang dingin. Relawan kita terus memperhatikannya hingga dia tersenyum dan tersentuh hingga meneteskan air mata.
“Saya sungguh sangat menyukaimu. Saya sudah menyukaimu begitu melihatmu,” kata Tang Zhuozhuo, relawan Tzu Chi.
“Kamu beruntung sekali, ada Kakak Zhuozhuo yang menjadi ibu angkatmu,” kata relawan Tzu Chi lainnya.
“Tersenyum berarti kamu menyukai saya. Semua orang sangat mengasihi dan memperhatikanmu. Kamu harus menerima cinta kasih kami dan selalu gembira,” kata Tang Zhuozhuo lagi.
Relawan kita membuka pintu hatinya dengan terus mengunjunginya dengan senyuman, bagai Bodhisatwa Sadaparibhuta. Relawan kita berulang kali mengunjunginya tanpa takut ditolak.
“Kamu panggil saya apa?” tanya Tang Zhuozhuo.
“Mama Zhuozhuo,” ucapnya.
“Mama Zhuozhuo,” ucap Tang Zhuozhuo.
“Pertama kali keluar bersama saya, dia menggandeng tangan saya dan saya bisa merasakan bahwa tangannya gemetar. Dia merasa sangat takut. Kali ini, saat menggandeng tangan saya, dia bisa mengayunkan tangannya. Ibunya sudah tiada. Pendampingan yang saya berikan membuatnya merasakan kasih sayang ibu. Sungguh, saya merasa bahwa di dunia ini, yang terpenting dalam interaksi manusia ialah rasa hormat, kesetaraan, dan rasa syukur,” kata Tang Zhuozhuo.
“Saya juga merasa bahwa sesungguhnya, setiap orang bisa menerima cinta kasih orang lain dan bisa tersentuh oleh cinta kasih. Saat mencurahkan cinta kasih, saya juga memperoleh cinta kasih. Saya bisa merasakan bahwa dia juga menyukai dan mengasihi saya,” tutupnya.
Inilah yang dilakukan oleh para Bodhisatwa kita. Sesungguhnya, kita bisa melihat Bodhisatwa di seluruh dunia mendedikasikan diri dengan tulus untuk menjangkau orang yang menderita. Saya sungguh tidak bisa mengungkapkan betapa gembira dan terhiburnya saya. Saya sangat tersentuh.
Selama lebih dari 50 tahun ini, insan Tzu Chi tidak pernah berhenti bersumbangsih. Di Tiongkok Daratan yang begitu luas, di wilayah terpencil ada banyak orang yang membutuhkan bantuan. Meski harus bersusah payah dan mengatasi berbagai kesulitan, insan Tzu Chi tetap menjalankan misi. Relawan kita bersusah payah menjangkau, menolong, dan membimbing penerima bantuan tersebut hingga dia bisa membuka pintu hati.
Kini dia juga terjun ke komunitas. Dia telah berubah menjadi Bodhisatwa yang melindungi komunitas. Ini sungguh mengagumkan. Kita menapaki Jalan Bodhisatwa sesuai ajaran dalam Sutra Bunga Teratai. Sutra menunjukkan jalan dan jalan harus dipraktikkan. Jalan yang ditapaki akan semakin rata dan lebar. Saya sangat tersentuh.
Mari kita mengembangkan kekuatan cinta kasih untuk memperhatikan orang-orang di sekitar kita. Jika kita tidak memperhatikan orang dan hal di sekitar kita, bagaimana bisa kita memahami Dharma yang Buddha babarkan pada lebih dari 2.500 tahun yang lalu?
Terlebih, kini kita telah memasuki bagian kedua Sutra Bunga Teratai. Memasuki bagian kedua ini bagai menapaki Jalan Bodhisatwa yang berujung pada kebuddhaan. Kita harus menapaki Jalan Bodhisatwa. Inilah yang diajarkan dalam Sutra Bunga Teratai.
Belakangan ini, kita melihat para Bodhisatwa yang kembali dari tempat yang jauh sangat tekun, bersemangat, dan tertib. Saya sangat bersukacita melihat sekelompok Tzu Ching (muda-mudi Tzu Chi –red) yang memenuhi panggung untuk berbagi pengalaman mereka.
Mereka bergabung menjadi anggota Tzu Ching saat mereka masih mahasiswa. Kini mereka sudah memperoleh pencapaian di tengah masyarakat. Setiap kelompok Tzu Ching yang naik ke atas panggung berkata bahwa hati mereka tidak berubah. Di antara mereka, ada beberapa orang yang telah meraih gelar doktor. Saya turut bergembira untuk mereka.
Yang paling membuat saya gembira ialah mereka tidak melupakan tekad awal. Mereka akan selamanya mempertahankan kemurnian hati dan tekad awal mereka. Kini mereka telah menjadi relawan senior.
Lebih dari 20 tahun yang lalu, mereka masih mahasiswa. Kini, setelah 20 tahun berlalu, mereka masih mempertahankan tekad awal. Saya sungguh sangat terhibur. Dari sini bisa diketahui bahwa Jalan Tzu Chi ialah jalan yang diakui oleh kaum terpelajar. Ini membuat saya sangat terhibur.
Setiap tahun, barisan relawan yang dilantik sangatlah panjang. Beberapa hari yang akan datang, upacara pelantikan pertama kali ini akan diadakan di Hualien. Semoga setiap relawan luar negeri yang kembali untuk dilantik kali ini dapat menginspirasi relawan yang tak terhingga setelah pulang ke negara masing-masing, bagai sebutir benih yang tumbuh menjadi tak terhingga.
Saya berharap setiap orang dapat menapaki Jalan Bodhisatwa di dunia dengan tekad yang teguh dan langkah yang mantap agar jejak langkah kalian menjadi sejarah dan teladan yang dapat diwariskan hingga selamanya. Dengan demikian, semangat Jing Si dan tata krama Tzu Chi dapat terus diwariskan hingga selamanya.
Saya sungguh berharap teladan Bodhisatwa dapat diwariskan di dunia ini dari generasi ke generasi. Ini bergantung pada kekuatan cinta kasih setiap orang. Kita harus meneladani Bodhisatwa Sadaparibhuta yang hatinya selalu tulus dan murni serta pikirannya tidak bergejolak dalam segala kondisi. Dengan demikian, kita bisa terus menapaki Jalan Bodhisatwa.
Meski menghadapi kesulitan, kita tetap bisa menyelamatkan semua makhluk yang menderita dan menyucikan hati manusia agar hati orang-orang tenang dan damai. Saat hati orang-orang tenang, barulah dunia bisa tenteram. Kita harus yakin akan hal ini.
Mempraktikkan
Sutra Bunga Teratai demi mencapai Kebuddhaan
Mempertahankan
tekad awal serta tekun dan bersemangat melatih diri
Membimbing
semua makhluk dengan cinta kasih yang tulus
Mewariskan
teladan Bodhisatwa hingga selamanya
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 23 Oktober
2019
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 25 Oktober 2019