Ceramah Master Cheng Yen: Mewariskan Teladan untuk Membawa Manfaat bagi Dunia
“Ini mungkin karena jalinan jodoh. Setelah pensiun dari RS Universitas Nasional Taiwan, saya terus bersumbangsih di Tzu Chi tanpa henti. Semakin lama menjalankan Tzu Chi, saya semakin merasakan semangat misi,” kata Profesor Yang Sze-piao.
“Harapan pada usia seratus tahun ini ialah pensiun untuk kedua kalinya. Jika masih bisa berjalan, saya akan terus bersumbangsih di Tzu Chi. Saya tidak akan pergi ke rumah sakit lain,” pungkasnya.
Ada banyak orang yang membuat saya merasa kehilangan. Meski waktu terus berlalu, tetapi seiring berlalunya waktu, kita dapat menjalin jodoh baik.
Kita bisa melihat Profesor Yang Sze-piao. Saya tetap merasa bahwa beliau sangat dekat dengan saya dan bagaikan ada di sisi saya. Melihatnya, saya selalu teringat misi kesehatan kita. Sungguh, dalam misi kesehatan, beliau memiliki kontribusi besar bagi masyarakat.
Saya yakin saat ini, para staf medis kita yang mendengar saya membahas Yang Sze-piao pasti merasakan hal yang sama dengan saya. Saya merasa tidak rela. Saya juga bersyukur padanya.
Dahulu, saat akan membangun rumah sakit, kita mengevaluasi cetak biru dan menjalankan pembangunan selangkah demi selangkah hingga peresmian sudah di depan mata. Awalnya, pembangunan membutuhkan waktu tiga tahun. Namun, berkat dukungan banyak orang, termasuk kontraktor dan para pekerja konstruksi, pembangunan bisa rampung dalam waktu dua tahun tiga bulan.
Namun, di manakah dokter kita? Bagaimana kita membentuk sistem administrasi kita? Pembangunan telah rampung dan perlengkapan hampir selesai dipasang. Jika perlengkapan sudah dipasang, apakah rumah sakit kita bisa langsung beroperasi? Saya tidak ingin menyia-nyiakan waktu.
Karena itu, setelah pembangunan rampung, kita harus segera meresmikannya. Namun, kita masih harus merekrut dokter, membentuk sistem administrasi, dan mengurus berbagai hal lainnya.
Saya bersyukur kepada Profesor Yang. Kita mulai berkonsultasi dengan beliau dari cetak biru. Beliau pun bersungguh hati memberikan dukungan dan saran. Selama dua tahun lebih pembangunan berlangsung, beliau selalu membantu. Saat itu, beliau merupakan kepala RS Universitas Nasional Taiwan. Jadi, kita sering meminta bantuannya.
Jing Xian (Lin Bi-yu) sering berkunjung ke rumah sakit untuk meminta pendapatnya dan beliau selalu membantu tanpa ragu. Beliau juga memperkenalkan beberapa kepala departemen pada kita. Inilah jalinan jodohnya dengan Tzu Chi.
Kemudian, setelah rumah sakit kita diresmikan, kita mendapati bahwa pendidikan sangat dibutuhkan.
Saat rumah sakit kita resmi beroperasi, kita menyadari bahwa kita harus membina insan berbakat. Karena itulah, kita merencanakan pembangunan akademi keperawatan. Beliau juga terus memberikan dukungan dan bantuan hingga pembangunan rampung. Namun, siapa yang akan menjadi kepala akademi kita? Beliau mendedikasikan diri tanpa ragu sebagai kepala akademi pertama kita.
“Setelah pembangunan akademi rampung, berhubung belum ada kepala akademi, saya pun menjabat selama setahun sebagai pelaksana tugas kepala akademi. Kementerian pendidikan mengkhawatirkan usia saya. Saat itu saya sudah berusia 70 tahun lebih. Mengapa saya bersedia saat itu? Berhubung saat itu akademi keperawatan kita kekurangan tenaga, saya pun menerima jabatan ini. Berhubung pernah menjadi kepala rumah sakit, saya mengenal beberapa pemimpin di bidang keperawatan Taiwan. Karena itu, saya bersedia menjadi anggota panitia persiapan,” kata Profesor Yang Sze-piao.
“Terima kasih, Profesor Yang Sze-piao.”
Hanya Profesor Yang yang bisa menjalankan akademi keperawatan ini dengan baik. Terima kasih.
Semua ini sangat menyentuh. Saya merasa bahwa Profesor Yang belum pergi. Beliau tetap ada di hadapan saya dan di sisi kita. Semangatnya akan bertahan hingga selamanya. Saat membahas Profesor Yang, saya secara alami teringat akan Tu Shih-mien yang juga sepenuh hati mendedikasikan diri.
Saya juga bersyukur kepada Profesor Tseng Wen-ping. Berkat jalinan jodoh dengan istri Tseng Wen-ping (Zhou Cui-wei), saya bisa berkunjung ke rumahnya dan menyampaikan harapan saya untuk membangun rumah sakit di Hualien. Beliau juga memberikan dukungan tanpa ragu.
“Kita juga tahu bahwa jarang ada orang yang bersedia bekerja di wilayah terpencil. Jadi, dibutuhkan bantuan dari RS Universitas Nasional Taiwan. Jadi, kami semua sepakat untuk menyetujui permintaan Master,” kata dr. Tseng Wen-ping.
Selain memberikan dukungan, beliau juga bersumbangsih secara nyata. Saat kita mengadakan baksos kesehatan di Hualien atau Taitung, beliau selalu meluangkan waktu untuk berpartisipasi. Meski bukan hari libur, beliau juga akan mengambil cuti. Beliau terus berpartisipasi dalam baksos kesehatan dan mengembangkan potensinya di bidang medis. Beliau juga mengajak dokter lain untuk mendukung.
Ketiga profesor ini mendukung pembangunan misi kesehatan dan pendidikan kita. Bayangkanlah betapa beruntungnya saya bisa mendapatkan dukungan dari mereka yang memiliki kedudukan penting di dunia medis dan dihormati oleh orang-orang. Mereka mendukung misi kesehatan dan pendidikan kita sekaligus.
Bagaimana bisa saya tidak merindukan mereka? Bagaimana bisa saya melupakan mereka? Bagaimana bisa saya tidak merasa bahwa mereka masih ada di sisi saya?
Waktu terus berlalu tanpa henti. Saya bahkan bermimpi tentang mereka. Intinya, mereka adalah penyelamat dalam hidup saya yang telah mendukung saya untuk menciptakan berkah bagi dunia.
Berusaha sekuat tenaga demi menolong pasien kurang mampu
Misi kesehatan Tzu Chi diawali dengan berbagai kesulitan
Para pelopor membantu membentangkan jalan di garis depan
Mewariskan teladan untuk membawa manfaat bagi dunia hingga selamanya
Misi kesehatan Tzu Chi diawali dengan berbagai kesulitan
Para pelopor membantu membentangkan jalan di garis depan
Mewariskan teladan untuk membawa manfaat bagi dunia hingga selamanya
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 02 Juni 2021
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 04 Juni 2021
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 04 Juni 2021