Ceramah Master Cheng Yen: Mewujudkan Cinta Kasih Lewat Tindakan Nyata
Untungnya kalian semua aman dan selamat, bukan? Putri Anda membantu membersihkan rumah. Saya tahu bahwa saya harus berpikiran terbuka, tetapi saya tidak sanggup mengatakannya. Kalian sungguh banyak membantu kami. Kami sudah lama menyimpan rasa terima kasih ini. Ibu saya juga tahu bahwa saat tidak orang membantu kami, kalian yang datang membantu kami.
Kehidupan manusia tidak kekal. Meski orang-orang itu tak ada hubungan dengan kita, tetapi relawan Tzu Chi mendalami ajaran Buddha dan menyadari bahwa segala sesuatu di dunia saling berhubungan. Karena tidak tega melihat penderitaan semua makhluk, kita mengembangkan cinta kasih dan welas asih agung untuk mengasihi sesama. Ini merupakan tanggung jawab kita. Sungguh, dapat bersumbangsih merupakan berkah.
Selama satu bulan lebih, relawan Tzu Chi terus bersumbangsih tanpa beristirahat. Relawan Tzu Chi dari wilayah utara, tengah, dan selatan Taiwan juga berangkat ke Taitung untuk membantu. Ada beberapa saudara se-Dharma kita yang rumahnya juga mengalami kerusakan akibat bencana. Meski demikian, mereka tetap terjun untuk memberi bantuan. Kakak selalu pulang semalam ini? Saya pulang paling malam pukul 11. Istrinya berkata bahwa suaminya sangat sibuk membantu orang. Kami sendiri sangat takut dengan topan, terlebih lagi mereka yang rumahnya lebih rusak dari kami. Kakak tidak ada waktu. Jendela dan pintu kasa kami juga rusak.
Relawan Tzu Chi Taipei yang membantu kami memperbaikinya. Seorang relawan lain berkata kepada saya, “Tidak apa-apa”. “Anda pergi saja”. “Saya akan mencari orang untuk memperbaiki atap rumah Anda”. Mereka melakukannya dengan baik. Kali ini lebih baik dari sebelumnya. Selama beberapa waktu ini, para anggota Tzu Cheng yang ahli dalam reparasi aliran air,listrik, dan pertukangan, berangkat menuju Taitung.
Lebih dari 40 tenaga profesional menuju Taitung untuk memberi bantuan. Karena itu, kita mendengar istri anggota Tzu Cheng berkata bahwa suami mereka sangat sibuk menyalurkan bantuan sehingga relawan Tzu Chi lain yang datang membantu memperbaiki rumah. Lihat, inilah cara relawan Tzu Chi saling membantu. Suaminya adalah warga lokal.
Berhubung banyak relawan Tzu Chi dari luar wilayah yang datang membantu, suaminya harus bertanggung jawab sebagai koordinator. Karena itu, suaminya sangat sibuk. Berhubung relawan Tzu Chi di Taitung tidak banyak, mereka membutuhkan bantuan relawan Tzu Chi dari luar daerah. Karena itu, relawan Tzu Chi dari seluruh Taiwan berangkat ke Taitung untuk membantu. Kabarnya, untuk mengatur penjemputan relawan Tzu Chi dari luar wilayah juga dibutuhkan usaha keras.
Dalam waktu satu hari, mobil van dengan 9 tempat duduk harus melakukan penjemputan sebanyak 50 kali dan bus besar harus melakukan penjemputan sebanyak 15 kali. Dapat kita bayangkan bahwa tim pengatur transportasi sungguh harus bekerja keras. Kemarin, saya melakukan perjalanan ke Taitung. Saya berangkat dari Hualien sebelum pukul 7 pagi dan tiba di Taitung pukul 11 siang lewat. Kami tidak berhenti di Guanshan ataupun Yuli karena perjalanan menuju wilayah Selatan membutuhkan waktu yang sangat panjang.
Mulanya kami berencana untuk berhenti di Taimali, tetapi setelah dihitung-hitung, waktu kami tidak cukup. Karena itu, kami meminta staf dari divisi pembangunan untuk memberikan laporan di kantor cabang Tzu Chi Taichung. Setelah melihat laporan mereka, saya merasa lebih tenang. Ada beberapa orang yang sungguh tidak sanggup memperbaiki rumah mereka. Mulanya, kita berencana untuk membangun rumah baru yang lebih kukuh untuk mereka, tetapi kita kesulitan mendapatkan lahan.
Kepala desa dan bupati datang memberi tahu kita bahwa mereka tidak memperoleh lahan karena tidak mencapai kesepakatan. Karena itu, satu-satunya hal yang dapat kita lakukan adalah membantu merenovasi rumah warga setempat. Kita pun segera menjalankan proyek renovasi agar para warga dapat segera memiliki tempat tinggal untuk melindungi diri dari terpaan angin dan hujan. Mereka hanya menggunakan terpal plastik sebagai atap sehingga saat turun hujan tetap terjadi kebocoran.
Kita menggunakan batang baja untuk membangun atap. Beberapa rumah sudah selesai direnovasi, sedangkan beberapa rumah lainnya masih dalam proses renovasi. Saya mendengar laporan staf kita bahwa lusa mereka akan mulai melakukan pemasangan atap. Proyek renovasi ini akan rampung dalam waktu dua hingga tiga hari mendatang. Jika demikian, saya akan merasa tenang. Saya juga mendengar bantuan tim konsumsi, tim pelayanan, dan tim akomodasi. Mereka mengerahkan fungsi masing-masing untuk mendukung penyaluran bantuan.
Semua orang di dunia bagaikan satu keluarga. Melihat mereka bersumbangsih dengan penuh kekuatan cinta kasih, saya sungguh bersyukur. Meski sangat bersyukur, saya juga merasa tidak tega. Ada beberapa relawan Tzu Chi di Taimali yang juga mengalami dampak bencana.
Lahan buah-buahan mereka mengalami kerusakan sehingga harus ditanam kembali. Meski harus memulai kembali dari awal, tetapi mereka dapat mengesampingkan kepentingan pribadi dan mengerahkan kekuatan cinta kasih mereka untuk membantu sesama.
Ada pula orang yang meski menderita penyakit tetapi tetap ikut berpartisipasi. Ada pula warga yang mengalami kerugian besar, tetapi tetap berpartisipasi untuk memberikan bantuan. Singkat kata, kekuatan cinta kasih sungguh menyentuh hati. Mereka adalah Bodhisatwa dunia yang muncul untuk membantu orang yang membutuhkan. Kita dapat melihat beberapa lokasi bencana yang masih belum pulih. Kita masih dapat melihat beberapa rumah yang rusak. Kita juga melihat salah seorang warga yang sudah mengubah hidupnya. Dia sudah mengubah tabiat buruknya yang gemar mengonsumsi miras dan lain-lain sehingga membuat orang tuanya khawatir.
Relawan Tzu Chi memberikan bimbingan kepadanya. Apa yang ingin kamu katakan kepada orang tuamu? Ayah dan Ibu, saya mengasihi kalian. Ucapkan terima kasih kepada orang tuamu. Ayah dan Ibu, terima kasih. Saya mengasihi kalian. Ya. Begini baru benar. Jaga kesehatan sendiri dengan baik. Saya sudah berhenti mengonsumsi miras. Sudah tidak mengonsumsi miras? Bagus sekali. Relawan Tzu Chi bukan hanya menyalurkan bantuan bencana, tetapi juga berbagi ajaran baik dengan para warga setempat.
Ada seorang kakak Tzu Chi memberi tahu saya sebuah kata renungan dari Master yang akan saya ingat selamanya. “Dengan membuka hati, maka nasib akan berubah dan berkah akan datang”. Saya menanam srikaya untuk mencari nafkah. Pascatopan, sekitar 93 hingga 95 persen tanaman saya rusak. Saat melintasi kebun orang lain, saya melihat bahwa kerusakan mereka lebih parah dari saya. Hanya 20 pohon yang selamat dari kebun seluas 0,5 hektare. Melihat hal itu, saya hampir menangis. Saat itu, saya berpikir dalam hati, “Saya hanya kehilangan 90 persen tanaman dan masih ada beberapa pohon yang bertahan”. “Kondisi saya lebih baik dari mereka”. Di saat itu, saya menyadari makna dari ucapan Master Cheng Yen tadi. Saya pun mulai berpikiran terbuka.
Dengan membuka hati, maka nasib akan berubah dan berkah akan datang. Saat dia mulai merasa putus asa, relawan kita berbagi Kata Renungan Jing Si dengannya. Intinya, inilah kekuatan cinta kasih. Antarsesama manusia hendaknya saling memperhatikan, saling mengasihi, dan saling menyemangati agar para korban bencana dapat bangkit kembali.
Relawan Tzu Chi berkumpul untuk memberikan bantuan
Memperbaiki atap agar dapat melindungi diri dari terpaan angin dan hujan
Mengesampingkan kepentingan pribadi demi mewujudkan praktik cinta kasih universal
Melenyapkan penderitaan dan berbagi ajaran baik dengan para korban bencana
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 22 Agustus 2016
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina Ditayangkan tanggal 24 Agustus 2016