Ceramah Master Cheng Yen: Mewujudkan Dunia yang Damai dan Bahagia dengan Cinta Kasih

Kita bisa melihat perubahan iklim yang sangat ekstrem sekarang. Karma buruk kolektif semua makhluk telah membuat unsur alam tidak selaras. Saat bumi dan udara tercemar, iklim pun menjadi tidak bersahabat dan bencana alam kerap terjadi. Saat unsur alam tidak selaras, hubungan antarmanusia pun akan tidak harmonis. Sesungguhnya, semua makhluk hidup memiliki habitat masing-masing.

Burung hidup di udara, ikan hidup di air, dan manusia hidup di pegunungan atau dataran rendah. Hewan yang hidup di pegunungan jarang mengganggu kehidupan manusia. Namun, bagaimana dengan manusia?

Manusia sering kali merusak habitat hewan di pegunungan. Meski demikian, manusia masih tidak puas. Orang-orang masih berebut satu sama lain, beberapa negara pun menyerang satu sama lain. Orang-orang bertikai karena ketenaran, keuntungan, dan kedudukan, sedangkan negara-negara bertikai demi memperebutkan wilayah kekuasaan. Awalnya, semua makhluk hidup bahagia dan sumber daya alam sangat berlimpah. Namun, manusia telah merusak segalanya dengan alasan pengembangan.


Percikan api saja dapat menimbulkan kebakaran hutan berskala besar dan menghanguskan banyak hutan. Jadi, selain penebangan pohon yang dilakukan oleh manusia, juga ada kebakaran hutan yang menghancurkan habitat hewan. Pikirkanlah, di mana tempat bernaung mereka? Bukan hanya hewan, manusia pun demikian.

Para pengungsi sungguh menderita. Di manakah tempat bernaung mereka? Kemungkinan mereka untuk pulang sangatlah kecil. Ada banyak pengungsi yang hanya mendirikan tenda dengan terpal yang tipis.

Kita bisa melihat saat turun salju, turun hujan, atau bertiup angin kencang, mereka hanya tidur di atas tanah di dalam tenda yang ditutupi terpal yang tipis. Saat turun hujan, tenda mereka kemasukan air. Tanah berlumpur adalah tempat tidur mereka. Mereka berbaring di atas tanah berlumpur di dalam tenda. Bagaimana mereka menjalani hidup seperti ini? Betapa menderitanya mereka.


Orang dewasa menderita, anak-anak jauh lebih menderita. Ada pula yang bersalin di atas tanah berlumpur. Betapa menderitanya para pengungsi. Apakah mereka hidup di tengah kondisi seperti ini sejak lahir? Bukan. Mereka semula memiliki kehidupan yang stabil dan bahagia. Di negara asal mereka, mereka memiliki keluarga yang penuh kehangatan. Namun, karena segelintir orang yang membangkitkan niat buruk dan memperebutkan sesuatu, terjadilah pertikaian yang menimbulkan banyak penderitaan. Ini sungguh menyedihkan.

Lihatlah, manusia menimbulkan penderitaan bagi sesama manusia, juga merusak habitat hewan. Semua ini dilakukan oleh manusia. Manusia sesungguhnya baik atau jahat? Manusia bisa membangkitkan niat baik, juga bisa membangkitkan niat buruk. Saat membangkitkan kegelapan batin, manusia bisa menciptakan karma buruk yang membawa kepiluan dan penderitaan bagi banyak orang. Ini hanya karena segelintir orang yang memiliki pikiran menyimpang. Namun, sifat hakiki manusia ialah bajik.


Buddha berkata bahwa semua orang memiliki hakikat kebuddhaan. Dengan adanya hakikat kebuddhaan, kita akan mengasihi semua makhluk tanpa membeda-bedakan. Agar semua orang hidup tenteram dan harmonis, setiap orang hendaknya bersiteguh menapaki Jalan Kebenaran. Kita bisa mengasihi tanpa membeda-bedakan karena adanya kebijaksanaan. Dengan mengembangkan kebijaksanaan, kita bisa menyatu dengan kebenaran alam semesta. Selain kebijaksanaan, kita juga harus mengembangkan welas asih agung dan berempati pada orang lain. Kita harus melapangkan hati hingga bisa merangkul seluruh alam semesta.

orang bertanggung jawab untuk melindungi ekosistem dan menjaga ketenteraman semua makhluk. Ini bergantung pada pikiran manusia. Jika semua orang dapat berinteraksi dengan penuh cinta kasih, bukankah kita dapat menolong sesama? Dengan demikian, dunia ini akan bagaikan Tanah Suci Buddha yang damai dan tenteram. Ini disebut membina berkah dan kebijaksanaan sekaligus.


Intinya, mari kita menapaki Jalan Bodhisatwa setiap hari. Lewat masalah-masalah yang dihadapi, kita dapat memahami kebenaran. Lakukanlah yang harus dilakukan, tidak peduli di mana kalian berada.

Kalian bisa melihat di Turki, sekelompok anak pengungsi menghimpun cinta kasih di dalam celengan bambu. Tzu Chi memberikan bantuan pada mereka sehingga mereka dapat mengenyam pendidikan dan tidak perlu lagi menjadi pekerja anak. Kelak, mereka juga bisa berkontribusi bagi masyarakat. Tidak peduli di mana kita berada, asalkan ada cinta kasih, kita dapat menuju arah yang sama untuk membawa manfaat bagi orang banyak. Betapa gembira dan bahagianya dapat melenyapkan penderitaan dan mendatangkan kebahagiaan bagi orang-orang.

Bodhisatwa sekalian, asalkan ada cinta kasih di dalam hati, kita dapat membawa kebahagiaan bagi orang-orang. Terima kasih atas kekuatan cinta kasih kalian. 

Sebersit pikiran yang menyimpang menimbulkan kepiluan dan penderitaan
Interaksi penuh cinta kasih dapat mewujudkan kedamaian dan ketenteraman
Memahami kebenaran lewat masalah yang dihadapi dan menapaki Jalan Kebenaran
Melenyapkan penderitaan dan mendatangkan kebahagiaan bagi orang-orang

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 17 Maret 2021
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 19 Maret 2021
Bila sewaktu menyumbangkan tenaga kita memperoleh kegembiraan, inilah yang disebut "rela memberi dengan sukacita".
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -