Ceramah Master Cheng Yen: Mewujudkan Dunia yang Tenteram dan Damai


Lihatlah sejarah Tzu Chi. Lebih dari 50 tahun yang lalu, Tzu Chi didirikan tanpa apa-apa hingga adanya praktik celengan bambu dengan menyisihkan 50 sen NT setiap hari untuk membantu yang membutuhkan. Tetes-tetes sumbangsih kita terus terakumulasi. Kita telah menjalankan misi amal dengan langkah mantap.

Kini, relawan kita telah tersebar di berbagai negara di seluruh dunia. Mereka bagaikan kunang-kunang kecil yang tubuhnya mengeluarkan cahaya. Lihatlah, seekor demi seekor kunang-kunang terbang ke sana kemari.

Ketika kunang-kunang membentangkan sayap dan terbang, kita dapat melihat cahaya samar-samar yang dipancarkan dari tubuhnya. Ketika kunang-kunang berkumpul di tengah kegelapan, kita dapat melihat pemandangan yang sangat indah.

Bukankah cahaya kunang-kunang sangat lembut dan indah seperti cahaya bintang yang berkelap-kelip di langit? Ketika melihat kunang-kunang kecil ini, saya sangat tersentuh oleh daya kehidupan mereka.

Hendaklah kita menghormati semua kehidupan. Menghormati kehidupan berarti melindungi kehidupan. Jadi, insan Tzu Chi telah mendedikasikan kehidupan mereka untuk menyelamatkan kehidupan. Inilah yang telah kita lakukan tanpa henti sejak dahulu.


Kita pun secara perlahan menyadari betapa indah dan berharganya kehidupan. Karena itu, hendaklah kita menghargai dan mengasihi semua kehidupan serta menghargai kesempatan kita lahir ke dunia ini.

Mari kita menggenggam jalinan jodoh untuk membangun tekad dan ikrar serta menghimpun kekuatan setetes demi setetes dari tempat yang dekat hingga tempat yang jauh. Tzu Chi didirikan di pulau yang kecil. Namun, kini jalan kita telah terbentang jauh, menjangkau seluruh dunia, dan telah menginspirasi banyak orang dari berbagai ras.

Lihatlah, relawan kita telah membawa pelajaran kehidupan bagi penerima bantuan dan tetap saling menghargai. Kita harus menghormati penerima bantuan dan berterima kasih kepada mereka karena telah memberi kita kesempatan untuk mewujudkan tekad dan ikrar bajik kita. Jalan Bodhisatwa dapat dipraktikkan karena adanya orang-orang yang menderita. Jadi, hanya orang yang memiliki tekad, ikrar, dan kekuatanlah yang memiliki kesempatan untuk bersumbangsih.

Saya sering berkata bahwa kita harus berterima kasih kepada orang-orang yang hidup kekurangan atau menderita. Karena merekalah, kita dapat mempraktikkan Jalan Bodhisatwa. Orang-orang yang kurang mampu merupakan penyelamat bagi Bodhisatwa, sedangkan orang yang bersumbangsih dengan cinta kasih merupakan penyelamat bagi orang-orang yang menderita. Demikianlah pemberi dan penerima bantuan saling mengucap syukur satu sama lain.


Yang terindah di kehidupan ini ialah saling mengucap syukur satu sama lain. Inilah pemandangan yang terindah dalam kehidupan. Buddha mengajari semua makhluk untuk mengubah dunia yang penuh dengan lima kekeruhan dan penderitaan ini menjadi dunia Bodhisatwa yang penuh kebahagiaan.

Sebagai Bodhisatwa dunia, relawan kita bersumbangsih dengan sukacita. Tidak peduli seberapa banyak kesulitan yang menghadang, semua orang tetap bersukacita dari lubuk hati terdalam. Relawan kita di negara mana pun, memiliki berbagai cara untuk memberi bantuan bagi masyarakat setempat yang membutuhkan.

Bukankah Sutra Bunga Teratai juga mengajari kita untuk tidak hanya menciptakan kehidupan yang tenteram bagi diri sendiri, melainkan juga untuk semua makhluk? Selain memberikan bantuan materi, kita juga membimbing semua orang untuk mengembangkan pengetahuan dan kebijaksanaan agar hati mereka yang penuh cinta kasih dapat terbuka.

Kita memberi tahu semua orang bahwa mereka mampu membantu sesama. Kita bagaikan pembimbing kehidupan yang membangkitkan potensi kebajikan setiap orang. Kita tidak hanya memuaskan kehidupan sendiri, tetapi juga dapat memuaskan kehidupan banyak orang. Ketenteraman dan kedamaian ini sama seperti yang dideskripsikan dalam Sutra Bunga Teratai bab Praktik Damai dan Sukacita.


Buddha datang ke dunia ini untuk mengajarkan praktik Bodhisatwa. Dengan mempraktikkannya, kita dapat memperkaya kehidupan kita. Kita tidak akan membiarkan diri kita tergoda oleh kekayaan materi, ketenaran, ataupun kedudukan. Asalkan dapat mengenal rasa puas, kita pun akan bersukacita dalam Dharma.

Mari kita bersumbangsih semaksimal mungkin untuk membantu yang membutuhkan tanpa pamrih. Tidak ada orang yang tidak mampu menolong sesama. Kita semua bisa menolong sesama. Jadi, berterimakasihlah kepada diri sendiri dan juga kepada orang yang telah kita bantu.

Orang yang telah dibantu pun tidak boleh melupakan orang yang membantu. Baik bantuan dalam bentuk bimbingan maupun materi, kita tidak boleh melupakannya. Singkat kata, indahnya kehidupan terletak pada rasa syukur satu sama lain. Inilah kehidupan yang terindah.

Saya bersyukur atas setiap hari yang telah berlalu. Mari kita terus saling menyemangati. Semoga kelak kita dapat hidup aman dan tenteram. Mari kita saling mendukung di Jalan Bodhisatwa, menjalankan berbagai praktik Enam Paramita, serta menyelami ajaran Buddha.

Mari kita membuka Jalan Bodhisatwa yang lebih luas agar lebih banyak orang menapaki jalan tersebut. Demikianlah kita menyucikan dunia hingga menjadi dunia Bodhisatwa yang dipenuhi kebahagiaan.

Membentangkan sayap kebajikan dan terbang tinggi
Cahaya kunang-kunang bagaikan bintang yang menerangi langit gelap
Mengenal rasa puas, bersyukur, dan saling mengasihi
Mewujudkan dunia yang tenteram dan damai sesuai Sutra Teratai

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 09 Februari 2022
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Devi
Ditayangkan tanggal 11 Februari 2022
Orang bijak dapat menempatkan dirinya sesuai dengan kondisi yang diperlukan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -