Ceramah Master Cheng Yen: Mewujudkan Ikrar Besar secara Nyata

“Sejak tahun 1978 hingga sekarang, saya sungguh berterima kasih kepada Master yang memberi saya banyak kesempatan. Di dalam kelompok kami, di mana dibutuhkan, kami selalu mendukung. Saya berharap dapat memiliki peran sebagai pendamping para relawan yang lebih muda dalam survei kasus atau kegiatan lainnya. Saat mereka butuh, saya akan selalu siap mendukung karena saya juga selalu didukung. Semoga dengan berjalan bersama, semua orang tidak menyimpang di jalan Tzu Chi,” tutur Xia Xue-xing, relawan Tzu Chi.

“Saya ingat saya dilantik bulan Juli 1980-an. Master terus menyerukan kepada seluruh anggota komite untuk membangun tekad dan ikrar besar. Kita harus memiliki keberanian seperti singa, ketahanan seperti unta, dan kemurnian hati seperti anak kecil. Saat ini saya juga ingin mengingatkan bahwa Tzu Chi dibangun atas dukungan banyak donatur. Saya masih ingat saat Master mengajak semua orang untuk mendirikan rumah sakit. Semoga kita mengingat kembali perasaan dan tekad kita saat itu,” tutur Lin Yong-xiang, relawan Tzu Chi.

Saat itu, boleh dikatakan para anggota komite dan penggalang dana di seluruh Taiwan sangat antusias dan bekerja keras. Semoga kita semua dapat terus memiliki semangat seperti pada masa-masa Master mendirikan rumah sakit. Jangan melupakan tekad ini. Kita harus semakin bertekad dan bersumbangsih serta menjaga keharmonisan  sebagai persembahan bagi Master.


Saya sangat berterima kasih karena kalian telah bersumbangsih sejak awal Tzu Chi berdiri. Saya berani, sedangkan kalian baik hati. Saya tidak mengukur kemampuan sendiri, sedangkan kalian bersumbangsih tanpa batas. Tetes demi tetes sumbangsih ini terhimpun menjadi kekuatan besar bagi saya. Kalianlah yang memberi saya kekuatan.

Saya hanya mengerahkan keberanian yang polos. Saya hanya terus melangkah maju. Karena itu, barulah ada Tzu Chi seperti hari ini. Dihitung dari pembangunan rumah sakit tahap pertama, kini rumah sakit kita telah digunakan selama 33 tahun. Sebelum rumah sakit dibangun, kita menggunakan waktu bertahun-tahun untuk menghimpun cinta kasih.

Berapa banyak waktu yang telah digunakan dan berapa jauh jarak yang telah ditempuh sudah tidak terhitung lagi. Para relawan sepenuh hati menggalang dana, bahkan menghargai setiap genggam pasir. Jika sampai mereka terjatuh di area proyek dan rok mereka terkena pasir itu, mereka tidak rela membersihkannya langsung. Mereka akan menuju tempat menaruh pasir, baru kemudian mengibaskan rok mereka. Setiap butir pasir sangat dihargai. Setiap butir pasir tidak akan kita sia-siakan. Kita menghimpunnya sedikit demi sedikit.

Kisah pada tahun-tahun itu sungguh layak untuk diceritakan. "Sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit" bukan hanya pepatah, melainkan kenyataan. Demikianlah kenyataan dalam kehidupan kita. Tzu Chi didirikan dengan susah payah, tetapi kita tidak menyerah.


Sesungguhnya, saat ingin membangun RS, saya tidak memiliki apa-apa, bahkan makanan sehari-hari pun tak ada. Bahkan saat ingin kembali dari luar, saya hanya bisa naik bus setengah jalan karena saya hanya punya 1,5 dolar NT. Ongkosnya hanya cukup untuk sampai di Beipu. Saya harus turun di Beipu dan berjalan kaki hingga Griya Jing Si. Saya hanya bisa membayar setengah dari ongkos seharga 3 dolar. Saya pernah mengalami hal ini. Saya tidak punya apa-apa. Saya bagai pengemis yang berikrar besar. Semuanya kosong, tetapi di balik itu ada eksistensi ajaib yang berasal dari niat baik kalian semua yang terhimpun sedikit demi sedikit.

Perangkat keras bagi Empat Misi Tzu Chi  telah rampung. Berkat kesungguhan hati dan cinta kasih semua orang, barulah dalam waktu empat puluh tahun kita dapat merampungkan semua ini. Semua orang bersumbangsih tanpa pamrih. Saudara sekalian, saat melakukan sesuatu yang bermakna, ingatan yang terukir dalam batin kita bukanlah semata-mata mengenai segala yang telah kita lakukan sendiri, melainkan juga rasa haru yang kita rasakan setelah mendengar kisah orang lain.

Saat seseorang punya tekad sama dengan kita, melakukan sesuatu bersama dengan kita, lalu membangkitkan tekad tertentu, kita akan mengingatnya. Ingatan ini akan tertanam dalam kesadaran kedelapan kita. Kita bukan hanya mengenal orang itu. Kita telah menjadi sahabatnya. Kita melakukan hal yang sama dengannya. Apa yang dia lakukan telah menyentuh hati kita. Ini membawa kebijaksanaan. Jika kita hanya mengenalnya dan hanya tahu bahwa dia melakukan sesuatu, maka kita hanya sebatas tahu. Ini disebut pengetahuan.

Tahun lalu, pada beberapa waktu saya terus mengulas tentang mengubah kesadaran menjadi kebijaksanaan. Saat membahas isi Sutra, saya terus mengulang topik tersebut. Saat membahas setiap penggal isi Sutra, jika saya merasa suatu topik harus kalian ingat, saya menggunakan kisah-kisah Tzu Chi agar semua orang dapat selalu mengingatnya. Saat bertemu suatu hal, kita harus bagai mencatatnya di dalam batin kita. Kita bukan sekadar bersentuhan dengan sesuatu, tetapi juga mencatatnya. Inilah kebijaksanaan.

Kita mengubah kesadaran menjadi kebijaksanaan. Kebijaksanaan ini akan tertanam di dalam kesadaran kedelapan. Dalam kesadaran ini, tentu ada benih baik, ada pula benih buruk. Begitu kita menanam benih yang baik, ia akan bersemayam dalam kesadaran kita. Tentu, benih buruk juga sulit dihindari dan bisa memengaruhi akar kebajikan kita. Kebajikan adalah sebutir benih, keburukan juga merupakan sebutir benih. Jadi, jangan memutus benih kebuddhaan kita.


“Nama saya Zheng Tian-ji. Nomor anggota komite saya 122. Saya masuk ke dalam kelompok Heqi Youchang. Setiap hari saya mengendarai sepeda motor ke Aula Jing Si Kaohsiung untuk menjalin jodoh baik dengan semua orang. Tahun ini saya berusia "30-an tahun". Belakangan ini kondisi lutut saya kurang baik, tetapi saya tidak malas-malasan. Saya sangat rajin. Setiap bulan saya pasti menjadi relawan di Dalin. Saat menjadi relawan di RS Tzu Chi Dalin, saya sangat sukacita. Tahun 1991, saat pertama kali datang ke Hualien, pertama kali bertemu dengan Master, pertama kali mendengar ceramah Master, saya langsung membuat dua ikrar. Pertama, seumur hidup ini saya akan mengikuti Master dan menjalankan Tzu Chi sepenuh hati. Kedua, saya akan mengerahkan segenap kemampuan saya untuk mendukung Empat Misi Tzu Chi. Kini sudah hampir 30 tahun berlalu, saya tetap tidak menyimpang sedikit pun. Terima kasih, Master.”

Saya juga ingin mengatakan terima kasih kepada kalian. Tzu Chi bisa seperti hari ini berkat sumbangsih kalian sejak awal. Misi kesehatan, pendidikan, budaya humanis, serta Aula Jing Si terwujud juga berkat sumbangsih kalian saat itu. Saya tidak memiliki apa-apa, kalianlah yang mewujudkan cinta kasih ini. Inilah eksistensi di balik kekosongan. Sesungguhnya, saya hanya menggagas, tetapi bukan menjalankannya seorang diri.

Jadi, gagasan saya yang "kosong" ini, kalianlah yang mewujudkannya. Kalian mengubah kosong menjadi ada. Yang terpenting ialah kita harus mengubah kesadaran menjadi kebijaksanaan. Kebijaksanaan kita bertumbuh lewat segala hal yang telah kita jalani. Segala yang kita lakukan setiap hari harus bermakna bagi dunia ini. Inilah jiwa kebijaksanaan. Ingatlah jiwa kebijaksanaan ini. Waktu harus dimanfaatkan sebaik mungkin untuk membawa manfaat bagi orang banyak. Kita harus ingat semua ini.

 

Tzu Chi dibangun oleh tetes demi tetes jerih payah

Sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit

Mewujudkan gagasan dengan ikrar besar

Mengingat dan mempertahankan tekad dalam kebajikan

 

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 31 Desember 2018

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,

Penerjemah: Hendry, Karlena, Li Lie, Marlina

Ditayangkan tanggal 2 Januari 2019

Jika selalu mempunyai keinginan untuk belajar, maka setiap waktu dan tempat adalah kesempatan untuk mendapatkan pendidikan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -